Kembalinya Seorang Pewaris

1225 Kata
“Kamu beneran yakin mau muncul depan umum sekarang Bi?” Bianca yang baru saja selesai di rias itu, dengan segera menoleh ke arah sang kakak. Memberikan kode pada Kevin agar memerintah sang perias dan pelayan untuk keluar dari kamar tersebut sekarang juga. Kevin yang dapat memahami maksud dari sang adik, tentu saja langsung menggerakkan tangannya ke arah pintu pada perias dan juga pelayan yang ada di dalam kamar tersebut, untuk segera keluar meninggalkannya berdua saja. Begitu mendengar suara pintu yang tertutup, Kevin lekas berujar, “mereka udah keluar semua. Cuma tinggal kita berdua aja Bi.” “Kak Kevin kenapa nanya hal tadi? Kak Kevin meragukan aku?” “Bukan meragukan kamu Bi. Justru kakak seneng kalau misalnya kamu benar-benar mau muncul depan umum dan diperkenalkan sebagai pewaris resmi keluarga Maheswara.” jawab Kevin. Dulu, setelah kematian kedua orang tua mereka, Bianca memang belum sempat diperkenalkan sebagai pewaris resmi dari keluarga Maheswara (konglomerat). Saat itu memang Bianca yang ingin di rahasiakan identitas aslinya. Dia rela meninggalkan kemewahan yang dia punya untuk bersanding dengan pria yang sudah menjadi penolongnya. “Ya terus, kenapa tadi kakak tanya aku yakin atau tidak? Wajar saja jika aku berpikir Kak Kevin ragu dengan keputusanku.” “Ya kakak pikir, ini bukannya terlalu cepat ya Bi? Kamu baru saja bercerai dengan suami kamu.” “Lebih cepat lebih baik Kak. Aku pengen lihat gimana reaksi mereka setelah tau siapa aku sebenarnya.” sahut Bianca. Dia kembali menoleh dan menatap pantulan dirinya di depan cermin rias yang begitu besar di hadapannya. “Aku beneran sakit hati Kak! Mereka terlalu meremehkan aku. Bahkan Mas Davi tega mengkhianati aku. Sumpah demi Tuhan, aku harus bales rasa sakit hati ini. Aku harus beri mereka pelajaran, Kak!” Bianca benar-benar sudah bertekad untuk membalaskan dendam, atas rasa sakit yang dia rasakan. Segala hinaan, cacian dan makian sudah dia terima. Bianca tidak mau diam saja harga dirinya di injak-injak. Karena itulah, dia harus menunjukkan siapa dia yang sebenarnya. “Mereka harus tau siapa orang yang sedang mereka hadapi sekarang!” “Oke, kakak paham. Saat ini, mereka hanya mengetahui jika kakak lah pemilik dari Gold Company. Mereka tidak tau saja, siapa pemilik asli dari Gold Company. Bianca Keiza Maheswara, pemilik Gold Company yang sebenarnya. Pewaris dari seluruh harta kekayaan milik keluarga Maheswara.” Kevin mengulurkan tangannya, dan Bianca menerima uluran tangan pria itu tanpa adanya keraguan sama sekali. “Malam ini, kita harus melihat, bagaimana reaksi orang-orang toxic itu begitu mengetahui siapa Bianca yang sebenarnya.” +++ Daviendra membawa ibu serta adiknya untuk mendatangi sebuah acara perayaan kembalinya seorang pewaris resmi dari keluarga konglomerat yang mereka ketahui adalah keluarga Maheswara. Daviendra datang dengan setelan jas berwarna biru muda. Pria itu terlihat semakin tampan, setelah mencukur rambutnya menjadi sedikit lebih pendek. Mungkin agar tetap kelihatan fresh dan muda. “Jangan norak, Kamala!” tegur Wulan sembari mencubit siku Kamala. Anaknya yang satu itu tidak bisa diam sejak tadi. Terus saja bergerak kesana-kemari. “Ih ibu! Sakit tau dicubit!” “Jangan keras-keras kalau ngomong! Harus jaga sikap dan tingkah kamu Kamala. Inget, kita sedang menghadiri acara perayaan kembalinya pewaris dari keluarga Maheswara. Coba pikir, jika sampai pewarisnya adalah laki-laki, kamu harus coba untuk mendekatinya. Ngerti kamu?” Dengan malas Kamala menyahut, “iya ngerti.” “Jangan jelalatan! Awas saja kamu!” sahut Wulan memperingati. Daviendra sama sekali tidak mendengar percakapan ibu dan adiknya. Benar-benar tidak tau apa yang sedang dibahas oleh dua orang tersebut. Fokus Daviendra justru ke arah panggung yang ada di depan ruangan tersebut. Dia sempat mengira, bahwa Kevin adalah pemilik dari Gold Company. Tapi sebuah fakta mencengangkan baru dia ketahui, bahwa Kevin bukanlah pemilik atau pewaris resmi dari Gold Company. Sebenarnya, Daviendra sudah pernah mendengar desas-desus soal asal-usul Kevin. Banyak sekali gosip yang beredar bahwa Kevin hanyalah anak angkat, bukan anak kandung dari keluarga Maheswara. Banyak yang berpikir jika Kevin terlalu beruntung, sebab bisa memiliki semuanya. Padahal tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Tapi saat itu, Daviendra tidak percaya dengan gosip. Baginya itu terlalu murahann. Namun hari ini, dia harus menepis ketidakpercayaan itu, sebab gosip yang beredar tentang Kevin nyatanya benar. Daviendra jadi penasaran, siapakah pemilik atau pewaris resmi dari Gold Company? Kenapa baru muncul setelah sekian lama? “Davi!” Sang pemilik nama lekas menoleh, dan mendapati Renata hadir. Tersenyum ke arahnya tanpa rasa canggung. “Bagaimana bisa datang kemari?” “Astaga Dav, baru juga berhenti di samping kamu, udah langsung ditembak sama pertanyaan.” “Tinggal jawab, apa susahnya?” “Papa yang minta aku buat ikut ke acara ini.” “Terus kamu mau?” Renata mengangguk dengan cepat, “ya iya. Karena aku tau, kamu pasti bakalan hadir juga ke acara ini. Secara, ini Gold Company yang ngundang. Nggak mungkin nggak dateng.” “Terserahlah.” sahut Davi acuh. Renata dengan berani meraih lengan Davi untuk dia peluk. Tapi Davi menepisnya tidak suka. “Ih Dav, ini pengennya anak kamu tau! Mau peluk lengan saja. Emang mau nanti kalau lahir anak kamu jadi ileran?” Daviendra langsung bungkam, di saat Renata selalu membawa-bawa soal kehamilannya tersebut. Tidak ada yang bisa Davi lakukan untuk menghindar, jika alasannya tentang anak. Renata tersenyum menang, melihat Daviendra begitu pasrah, saat dia beralasan. Jika tidak begitu, mana bisa Renata berdekatan begini dengan pria itu? Sampai lebaran tahun depan juga tidak akan pernah bisa. “Nah begini kan bikin seneng, Dav.” ujarnya, namun di acuhkan oleh Daviendra. Acara malam ini sudah dimulai. Bahkan Kevin, selaku pimpinan Gold Company yang sekarang sudah dipersilahkan naik ke atas panggung yang disediakan untuk menyampaikan sambutan. Gemuruh tepukan tangan diberikan pada Kevin yang baru saja membuka sambutan dengan sangat baik. “...mungkin kalian semua bertanya-tanya, dan terkejut dengan undangan yang kami sebarkan secara mendadak ini. Tapi kami pun juga sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk memperkenalkan pewaris dari keluarga Maheswara. Pemilik resmi dari Gold Company yang sudah kembali.” Kembali tepukan gemuruh terdengar memenuhi seisi ruangan. Tidak ada yang tidak melakukannya, sebab seberpengaruh itu Gold Company. Perusahaan raksasa yang meraup banyak keuntungan dari berbagai usaha. Banyak sekali anak-anak perusahaan milik Gold Company yang tersebar di seluruh kota. Maka tidak heran, jika banyak perusahaan lain yang menghormati Gold Company. “Dari awal memimpin Gold Company, saya tidak pernah memperkenalkan diri sebagai pemilik, karena ini semua memang bukan milik saya. Saya hanya menghandle semuanya, sampai pemilik Gold Company kembali. Dan kini, hari yang begitu saya tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Tolong berikan tepukan yang meriah untuk kembalinya pewaris resmi keluarga Maheswara, pemilik Gold Company yang berjaya ini. Bianca Kezia Maheswara!” Suara tepukan tangan kembali memenuhi ruangan. Suara riuh terdengar, begitu presensi Bianca muncul dari pintu masuk. “Cubit aku Bu, nggak mungkin dia kan?” “Ngapain harus cubit-cubit segala? Sudah jelas di depan mata jika itu dia!” sahut Wulan menahan kesal dan syok luar biasa. Dari banyaknya orang di negaranya, kenapa harus Bianca yang itu?! Bukan hanya Wulan dan Kamala saja yang syok begitu mengetahui Bianca yang dimaksud adalah Bianca yang sama. Daviendra jauh lebih syok begitu mengetahui fakta tersebut. Daviendra jadi merasa dibohongi selama ini. Bianca yang selama ini bersamanya, ternyata memakai topeng yang begitu tebal. Tatapannya tidak pernah lepas dari Bianca. Sepanjang wanita itu berjalan di tengah-tengah kerumunan, Daviendra berharap jika Bianca akan menoleh ke arahnya. Hanya saja, apa yang dia harapkan tidak terjadi. Bianca acuh. Memang tidak melihatnya, atau sengaja tidak mau melihatnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN