Mimpi? Reyhan masih tak yakin apakah saat ini yang menciumnya adalah Windy. Cahaya temaram itu menambah kesan romantis saat Windy terus menyesapi bibir plum Reyhan dengan posesif. Reyhan masih terpaku. Matanya bahkan tak berani terpejam, hanya sesekali dia berjengit karena menyadari hormonnya mulai terpacu akan sentuhan s*****l Windy. Tak sadar, Reyhan melepaskan suara itu saat Windy menggigit lower lip-nya agar mendominasi sentuhannya. Tak ada pilihan. Reyhan telanjur terjerat dalam rasa manis bibir Windy. Kecup Reyhan pun sudah hampir kehilangan akal untuk tak membalasnya. Sejak kapan Windy jadi seliar ini? 'Windy, kenapa kamu ....' Sekelibat, rasa cemburu menderai batin Reyhan. Dia segera mendorong bahu Windy dengan keras hingga gadis itu jatuh ke sisinya. "Apa-apaan kamu, Wind