“Ya, kau benar Dongmin-ah. Park Sojin itu memang pria yang suka bekerja keras. Dia memiliki pendirian dan keteguhan hati. Jika Park Sojin sudah bersikap serius, maka dia akan benar-benar berusaha melakukannya dengan benar.” jawab Yang Sungkyu sambil mengingat-ingat kembali masa pelatihan mereka dulu sebelum debut.
Dirinya masih ingat bagaimana polosnya para member ketika itu. Terlebih ketika mereka bertemu dengan Jeon Sungmin di saat usianya yang masih menginjak begitu muda, yaitu di saat pria itu berusia 13 tahun. Sangat manis dan begitu polos sekali. Saat itu Jeon Sungmin datang ke dorm mereka dengan memakai celana Jeans beserta kaos polos hitam, dengan sebuah koper besar berwarna merah di sebelahnya. Kim Dongmin yang pertama kali membukakan pintu untuk Jeon Sungmin. Dan sontak saja pria muda itu langsung terperangah melihat penampilan Kim Dongmin yang saat itu baru saja bangun tidur dengan rambut keriting model jambul di atas kepalanya yang masih terlihat acak-acakan. Dan jangan lupa kolor merah pendek yang saat itu dikenakannya tanpa memakai apapun lagi sebagai penutup bagian tubuh atasnya. Saat itu suasana langsung terlihat canggung di antara mereka dan mengingat hal itu membuat Y"ang Sungkyu sontak tertawa geli karenanya. Mendengar kikikan tawa dari member tertua mereka tanpa ada alasan yang jelas itu sontak membuat Kim Dongmin dan Jeon Sungmin menoleh ke arahnya.
“Hyung, apa yang kau lakukan?” tanya Kim Dongmin kemudian.
“Sungkyu hyung, apa kau butuh sesuatu? Mungkin sebutir obat untuk meredakan...“ tawar Jeon Sungmin sambil menggerakkan jemari telunjuknya berputar-putar di sisi kepalanya dengan ragu.
“Ya! Apa maksudmu aku sudah menjadi gila? Ish dasar kalian ini!” protes Yang Sungkyu kepada kedua membernya dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.
“Sungkyu hyung, itu kan karena kau sendiri yang tiba-tiba tertawa tidak jelas di depan kami. Memangnya apa yang tengah kau tertawakan hyung?” balas Jeon Sungmin tidak mau kalah dari hyung tertuanya itu.
“Khekhekhe tidak. Aku hanya tiba-tiba mengingat kembali pertemuan pertama kita dulu. Kau benar-benar terlihat seperti anak muda yang tengah tersesat di negeri antah berantah Jeon Sungmin-ah hahaha!”
“Hahaha itu benar hyung. Aku bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana wajah terkejutnya anak ini, ketika melihat penampilanku pertama kali. Apa sebegitu mengejutkannya ha?” seru Kim Dongmin yang kini juga ikut tertawa besama Yang Sungkyu.
“Ya Dongmin hyung, tentu saja itu sangat mengejutkan. Bagaimana bisa kau menerima tamu dengan penampilan yang seperti itu. Aku pikir aku telah salah mendatangi tempat itu, kau tahu!” sungut Jeon Sungmin yang merasa tidak terima dijadikan bahan bullyan oleh ke dua hyungnya itu.
“Ya Jeon Sungmin, apa kau tahu bahwa aku juga pernah merasakan apa yang kau rasakan waktu itu? Kau pikir siapa yang menyambut kedatanganku di dorm jika bukan hyung berkolor merahmu yang satu itu khekhekhe!”
“Oh benarkah? Apa semua member juga disambut Dongmin hyung dengan cara yang sama? Wahhh kau benar-benar luar biasa Dongmin hyung!” seru Jeon Sungmin sambil menatap ke arah Dongmin dengan tatapan takjubnya.
“Hei, jangan meledekku. Kalian sudah tahu bahwa fashionku yang sekarang sudah jauh lebih baik, bukan!” balas Dongmin yang merasa tidak terima karena ledekan member-membernya, dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Gerutuan pria ber-IQ tinggi itu malah semakin mengundang gelak tawa dari member tertua dan termudanya itu. Tidak lama Park Soojin datang dari lantai atas menghampiri ketiga membernya yang masih asik berbincang-bincang.
“Hyung, Sungmin-ah, kalian makan tidak mengajakku. Tega sekali kalian ini!” sungut salah satu pria berbibir sensual itu sambil mempoutkan bibir tebalnya.
“Soojin-ah, apa kau masih lapar?” tanya Yang Sungkyu.
“Hyung, mau kubuatkan ramen juga? Sepertinya masih ada sisa ramen di lemari. Biar aku lihat.” tawar Sungmin mengajukan diri untuk memasakkan ramen milik Soojin.
“Ah, tidak, tidak. Tidak perlu Sungmin-ah. Aku gabung bersama kalian saja. Lagipula aku juga masih kenyang ini.” balas pria berpredikat mochi itu. Soojin langsung mengambil tempat di sebelah Sungmin dan meraih sumpitnya untuk mengambil ramen bagiannya. Terdengar suara seruputan dari mie yang dilahap Soojin.
“Hm, enak sekali. Pasti Sungmin yang membuatnya kan. Kau memang selalu pandai mengatur airnya Kookie-ah!” puji Soojin dengan bangga sambil menepuk pundak pria bergigi kelinci itu. Sedangkan Jeon Sungmin hanya sibuk menyeruput kuah ramennya dengan nikmat, tidak membalas ucapan Soojin. Tidak masalah bagi Soojin, karena Jeon Sungmin adalah adiknya yang paling menggemaskan.
“Hei Soojin-ah, sepertinya aku akan mengajukan lagu ciptaanmu untuk menjadi intro album kita. Bagaimana dengan kalian semua?” tanya Dongmin sambil meletakkan mangkuk ramennya yang telah kosong.
“Oh benarkah, hyung? Wah luar biasa. Apa tidak masalah?” seru Soojin dengan wajah terkejut sekaligus antusiasnya.
“Aku rasa itu akan menjadi sangat luar biasa, Soojin. Wonhee pasti akan menyukainya.” sahut Sungkyu yang tengah menyenderkan punggung tegapnya di belakang kursi. Sungmin bangkit untuk mengambil minuman soda di lemari pendingin.
“Sungmin-ah, aku juga mau!” seru Dongmin. Sungmin mengambil beberapa soda sekaligus untuk hyung-hyungnya yang lain.
“Lalu bagaimana dengan Lee Juna hyung?” tanya Soojin kembali. Pria itu juga butuh suara Lee Juna sebagai salah satu member mereka juga.
“Kau tenang saja. Justru Juna hyung yang menyarankan ide ini.” Jelas Dongmin setelah meneguk soda kalengnya.
“Kalau begitu sudah diputuskan. Selamat hyung! Buat Wonhee semakin tergila-gila padamu!” seru Sungmin dengan tawa gigi kelincinya. Pria itu mengangkat kaleng soda tinggi-tinggi untuk meminta member bersulang atas keputusan mereka ini. Tidak tahu kenapa mereka semua juga ikut menyambut tingkah member termuda mereka tanpa alasan dengan gelak tawa. Begitulah keseharian member STIGMA. Mereka selalu bisa kompak dan bertingkah konyol dalam satu waktu bersama-sama.
Di lain waktu, seorang pria berpostur tinggi semampai tengah melangkahkan kaki, baru saja turun dari pesawatnya. Dengan setelan celana hitam all size yang dipadu dengan kaos hitam polos dan dilapisi dengan cardigan rajut. Tidak lupa tas kult dengan aksesoris syal yang dililitkan ke tas jinjingnya dan rambut berwarna abu-abu silver yang lurus jatuh hingga menutupi garis matanya yang memiliki tatapan tajam, dan hal itu semakin membuatnya terlihat seperti boyfriend material sekali, meski wajah tampannya telah tertutup dengan sebuah masker hitam. Bernama Jung Ye Jun, seorang Ceo, salah satu pendiri dari agensi yang saat ini tengah naik daun, yang dinaungi oleh member boygrup bernama STIGMA. Ceo tampan yang penuh dengan kharisma mematikan itu baru saja menjejakkan kakinya lagi di tanah air setelah beberapa minggu pria itu berada di belahan dunia yang lain. Jung Ye Jun yang ditemani dengan asistennya Kim Suho itu melangkahkan kaki dengan cepat di dalam banyak kerumunan penggemar mereka berdua, dengan dibantu oleh beberapa bodyguard yang selalu setia menemani perjalanan mereka berdua. Memang kombinasi dari visual Jung Ye Jun dan sekertarisnya, Kim Suho, yang juga memiliki visual tajam seperti idol, selalu berhasil memikat banyak orang yang melihatnya. Kedua pria itu sama-sama memiliki fashion kelas atas yang suka membuat banyak orang yang melihatnya mendecak kagum. Terlebih sebagai assisten, Kim Suho memang terlihat bersikap lebih santai dan sangat akrab dengan atasannya, Jung Ye Jun. Sedangkan Ye Jun sendiri juga tidak masalah dengan itu, karena pria itu sudah menganggap Kim Suho sebagai kakaknya sendiri. Mereka selalu terlihat bersama-sama dalam waktu yang lama. Dan itu membuat banyak penggemar mereka semakin menyukai salah satu couple ini.
Mereka berhasil memasuki mobil yang sudah siap menjemput mereka di bandara dengan aman. Jung Ye Jun langsung membuka maskernya dengan lega. Begitu juga dengan Kim Suho yang kini ikut menyenderkan punggungnya dengan nyaman di sebelah Jung Ye Jun.
“Ye Jun-ah, kau mau langsung ke apartemen setelah ini? Sudah tidak ada jadwal lagi untukmu hari ini. Kau bisa beristirahat untuk besok.” ucap Kim Suho. Jung Ye Jun hanya memerhatikan pemandangan kota siang itu dengan santai sambil mendengarkan ucapan teman lamanya itu.
“Ya hyung. Kurasa aku akan beristirahat di apartemen saja. Sepertinya ada beberapa file yang harus aku teliti lebih lanjut lagi.” jawab Jung Ye Jun. Di depan orang mereka terbiasa berbicara dengan formal layaknya atasan dan bawahannya. Namun di balik itu semua mereka bisa bertingkah seperti teman sepermainan, meski untuk Kim Suho sendiri, pria itu tidak akan berniat sampai melewati batas di antara hubungan mereka karena bagaimanapun juga Jung Ye Jun adalah atasannya juga.
“Yah seperti Jung Ye Jun yang suka dibacarakan media. Kau tidak akan bisa berhenti bekerja barang sejenak. Pantas saja kau selalu jomblo. Sesekali cobalah untuk bersikap lebih santai. Tidak ada salahnya untukmu membuat sebuah kencan, bukan. Kau mau ikut denganku berpesta nanti malam? Akan kukenalkan beberapa gadis cantik yang mungkin saja menarik perhatianmu.” tawar Suho dengan bersungguh-sungguh.
Jung Ye Jun hanya menanggapi ucapan pria di sebelahnya itu dengan senyuman kecilnya.
“Tidak perlu, Hyung. Aku masih tidak memperlukan itu. Kau tenang saja, aku bisa mencarinya sendiri jika aku mau. Tapi tidak sekarang.” jawab pria itu dengan nada santainya.
“Jangan terlalu lama melajang, Ye Jun-ah. Aku takut milikmu terlanjur berkerut sebelum waktunya nanti. Dia juga perlu diasah dengan benar, bukan.” sindir Suho yang berhasil membuat Ye Jun terkekeh geli.
“Jangan meragukan milikku, hyung. Dia tahu apa yang harus dilakukannya khekhe,”
“Hahh ya sudahlah kalau begitu.” Kim Suho akhirnya menyerah untuk berdebat dengan pria itu lagi. Seperti biasa, Jung Ye Jun selalu tidak ambil pusing dengan hal-hal yang berbau wanita. Baginya hal itu tidak lebih penting dari kesibukannya yang sekarang mengurus perusahaan yang telah dirintis olehnya dengan bantuan ayahnya yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.