Keperawanan Yang Terenggut

1424 Kata
"Kak Brian?! lepasin kak!! " Vania berusaha mendorong kak Brian yang sedang menindih tubuhnya tapi sayang tenaganya terlalu lemah dibandingkan pria itu. "Ayolah Vania, kamu jangan munafik, aku tau kamu juga menginginkannya. Lihat ini milikmu sudah basah sekali, " ucap Brian seraya membelai lembut miliknya dibawah sana. "Jangan!! singkirkan tanganmu kak! jangan kumohon!! " Vania terus memberontak saat kak Brian mulai kembali melecehkan dirinya. Di waktu yang bersamaan pintu apartemen tiba-tiba terbuka lebar. BRAKKK Terlihat Venna sedang berdiri di depan pintu dengan mata terbelalak melihat Brian sedang menindih tubuh Vania," Apa yang kalian lakukan?!! " Brian langsung menyingkir dan memperbaiki bajunya, " Sayang kamu jangan salah paham, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Adikmu duluan yang menggodaku. Dia yang mengajakku untuk bercinta dengannya. " Vania menggelengkan kepalanya tidak membenarkan tuduhan kak Brian padanya, " Itu nggak benar kak! kak Brian ingin memperkosaku kak dia... " Belum selesai Vania bicara, Venna sudah lebih dulu menampar pipinya. PLAKKK Vania memegang pipinya yang terasa sakit akibat ditampar oleh Venna. Dia tak menyangka Venna akan menamparnya lagi untuk kedua kalinya. "Dasar wanita jalang!! beraninya kamu menggoda kekasihku!! adik tidak tau diri kamu Vania!! " teriak Venna dengan mata memerah. "Kak percaya padaku kak, aku nggak mungkin menggoda kak Brian. Dia duluan yang melecehkan aku, " jelas Vania dengan jujur tapi Venna terlihat tidak mempercayainya begitu saja. "CUKUP!! kamu harus diberikan pelajaran!! sini ikut dengan kakak!! " Venna menarik tubuh Vania ke kamar mandi dan menyiramnya dengan air shower yang begitu dingin. "Ahkk!! hentikan kak dingin sekali! " seru Vania dengan tubuh menggigil. Venna berhenti menyiraminya dan menatapnya nyalang, " Kamu tidak boleh keluar dari kamar mandi selama beberapa jam! renungkan semua kesalahanmu Vania!! harusnya kamu berterima kasih karena aku masih membawamu kemari tapi kamu malah berusaha menggoda Brian!! seharusnya aku tinggalkan saja kamu di jalanan!! " Setelah mengatakan itu, Venna keluar dari kamar mandi dan membiarkan Vania berada disana. Vania hanya bisa menangis sambil memeluk tubuhnya sendiri. Satu-satunya kakak yang dia miliki dan seharusnya melindunginya malah menyiksanya seperti ini. Selama beberapa jam berada di kamar mandi, tubuh Vania nyaris membeku dengan bibir membiru. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka lebar, terlihat Venna sedang berkacak pinggang disana dengan gaya angkuhnya. "Cepat keluar sekarang dan makanlah! kakak sudah membelikan nasi bungkus untukmu! " Vania berusaha bangkit lalu keluar dari kamar mandi. Setelah itu dia berganti pakaian yang jauh lebih hangat kemudian duduk di ruang makan untuk menyantap nasi bungkus yang sudah dibelikan oleh kakaknya. Venna juga ikut bersamanya dalam diam tanpa berkata sepatah kata apapun. Selesai makan, barulah Venna mulai bicara. "Malam ini kamu harus ikut kerja bareng kakak. Kamu sudah dewasa dan sudah seharusnya mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri, " ucap Venna seraya meminum minumannya. "Baiklah kak, aku mau bekerja bareng kakak. Tapi aku harus kerja apa? " tanya Vania penasaran. Venna menaruh gelasnya dan menelisik tubuh Vania dari atas sampai kebawah, " Kamu akan tau malam nanti. " *** Suara hingar bingar musik memekakkan telinga Vania. Untuk pertama kalinya Vania menginjakkan kakinya di bar ini. Dia tidak mengerti kenapa kakaknya membawanya kemari. "Kak kita mau apa kemari kak? " tanya Vania merasa tak nyaman dengan tempat ini apalagi sedari tadi banyak pria yang menatapnya lapar seolah dia adalah makanan lezat. "Sudah kamu diam dan ikuti kakak," Venna menarik tangan Vania untuk mengikuti langkahnya. Setelah itu mereka berdua sampai di bar, Venna memesan minuman Vodka dan menyerahkannya kepada Vania. "Berikan minuman ini pada pria yang sedang duduk disana, " perintah Venna seraya menunjuk seorang pria yang sedang duduk sendirian di salah satu table. "Tapi buat apa kak? apa kakak mengenalnya? " tanya Vania keheranan. "Sudah jangan banyak tanya dan lakukan saja! " Venna mendorong Vania agar mendekati pria di sana dan memberikan minuman yang sudah dia berikan. Vania melangkah dengan canggung mendekati pria itu sambil membawa minuman Vodka di tangannya, " Permisi tuan ini minumannya. " Pria tampan berwajah oriental itu menatapnya dengan tajam. Dia adalah James Wang pelanggan VVIP di club ini, " Siapa kamu? apa kamu pelayan? kenapa lama sekali? tuangkan minuman itu untukku! " "Ba.. baiklah, " Vania menuangkan minuman Vodka itu ke dalam gelas anggur. Setelah itu pria tampan berwajah oriental itu meminumnya sampai tak bersisa. Tak lama kemudian pria itu merasakan sekujur tubuhnya memanas. Matanya mendelik tajam menatap Vania masih berdiri di depannya. "Kamu?! kamu sengaja untuk menjebakku kan?! " tanyanya marah. "A.. apa maksudmu tuan? saya tidak... " belum sempat Vania menjelaskan, James sudah lebih dulu menariknya hingga jatuh ke atas pangkuannya. "Jangan pura-pura tidak tau. Kamu sengaja menjebakku kan wanita jalang? sudah berapa kali kamu menggunakan trik kotor ini untuk menjebak pria. Karena kamu sudah bermain-main denganku maka kamu akan mendapatkan pembalasannya, " James langsung membungkam bibir Vania dengan ciumannya yang panas dan brutal. Mata Vania sekuat tenaga mendorong James agar menjauh darinya dan menutup rapat bibirnya sendiri. Tapi James tidak kehilangan akal dengan sengaja mengigit bibir bawah Vania hingga terbuka lebar dan menyisakan rasa asin disana. Mata Vania melotot saat merasakan lidah James menyusup ke dalam rongga mulutnya dan memperdalam ciuman mereka lebih intens lagi. Ciuman pertamaku... "Nggh, " desah Vania tatkala ciuman James mulai turun kebawah leher dan dadanya. James sudah tidak tahan lagi menahan hasratnya dan langsung saja membawa Vania ke salah satu room untuk bercinta dengannnya. Malam itu Vania harus kehilangan satu-satunya kehormatan yang selama ini dijaganya selama 23 tahun di tangan seorang pria yang sama sekali tidak dicintai olehnya. "Ahh kau sempit sekali, milikmu menjepit erat milikku sial! " umpat James tatkala memasukkan miliknya yang sangat besar ke dalam milik Vania yang sempit berbeda dengan para wanita yang selama ini menghangatkan ranjangnya. "Sakit!! ahhk! keluarkan! nggak mau!! " teriak Vania kesakitan. " Diamlah, ini bahkan belum setengahnya jalang! " James kembali membungkam bibir Vania sambil mendorong pinggulnya hingga seluruh miliknya benar-benar terbenam habis tanpa sisa sedikitpun. Mata Vania melotot seolah nyawanya berada di ujung tanduk. Rasanya benar-benar menyakitkan sekali. Sementara James sedang menikmati denyutan dinding kewanitaan Vania mencengkram erat miliknya. Belum pernah dia merasakan nikmat yang luar biasa seperti ini. James terus memompa Vania tanpa henti, hebatnya wanita itu tidak pingsan seperti wanita yang selama ini tidur bersamanya. Setelah menuntaskan hasratnya James tertidur begitu saja di samping Vania sementara Vania hanya bisa menangis kesakitan karena telah kehilangan kehormatannya di tangan pria yang tidak dicintai olehnya. Keesokan harinya.. BRAKKK Pintu room tiba-tiba saja terbuka lebar. Sontak James dan Vania langsung terbangun dari tidur mereka. Vania dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Venna bersama kekasihnya Brian masuk ke dalam room lalu berdiri di depan mereka. "Tuan James! anda sudah meniduri adik saya! maka dari itu saya meminta kompensasi sebagai jaminannya!! jika tidak, maka saya akan melaporkan hal ini pada polisi! " gertak Venna. James nyaris ingin tertawa mendengar gertakan Venna. Sudah dia duga, ini adalah jebakan untuknya, " Berapa yang kamu minta? " Venna tersenyum penuh kemenangan karena dia bisa memeras pria kaya raya di depannya ini. Sudah lama Venna mengincar James, sayangnya banyak rumor yang mengatakan bahwa banyak wanita yang berakhir di rumah sakit setelah melayani James. Venna tidak mau mengambil resiko, maka dari itu dia tega mengorbankan adiknya sendiri. "30 Milyar!! " pinta Venna dengan serakah. James tersenyum smirk sambil mengeluarkan cek miliknya dan menuliskan nominal angka disana. Setelah itu dia menyerahkannya kepada Venna. 50 Milyar Mata Venna hampir melompat saat melihat cek 50 Milyar ada di depannya. Ternyata semudah ini caranya mendapatkan uang. "50 Milyar itu adalah harga untuk adikmu. Kamu tidak mempunyai hak atas dirinya lagi, " ucap James sambil menarik Vania mendekat ke arahnya dan meremas sebelah bukit kembarnya. "Tentu saja tuan! ambil saja dia! " Venna langsung setuju begitu saja menyerahkan Vania kepada James sang Taipan gila yang suka mempermainkan nyawa manusia bak mainan untuknya. "Tidak! kak tolong aku kak! jangan biarkan aku bersama pria ini!! " Vania memohon pada Venna untuk tidak menjualnya pada James. Tapi Venna sama sekali tidak memperdulikan dirinya. Uang memang benar-benar sangat mengerikan dan membutakan mata siapapun yang melihatnya. "Mulai saat ini kamu bukan adikku lagi Vania. Sekarang kamu adalah b***k tuan James. Menurutlah padanya ya, kamu akan baik-baik saja bersamanya. Yuk sayang kita pergi, " Venna mengajak Brian untuk pergi meninggalkan tempat itu. Hati Vania sangat hancur karena kakaknya sendiri malah menjualnya pada seorang pria dewasa dan meninggalkan dirinya begitu saja. JLEBB Jemari besar milik James memaksa masuk ke dalam miliknya di bawah sana. Vania meringis kesakitan tapi James sama sekali tidak peduli padanya. "Tuan kumohon hentikan, " pinta Vania memohon. "Tidak bisa, kamu sekarang sudah menjadi milikku. Mari kita lakukan ronde kedua, " James kembali menindih tubuh Vania dan bersiap melakukan penyatuan kembali bersamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN