Pram menatap lekat wajah wanita yang berada dalam pelukannya. Napas Gita yang turun naik teratur membelai leher pria itu. Ia menelan ludah, meredakan detak jantung yang kian bergemuruh tak beraturan. Berada sedekat dan seintim ini dengan wanita yang sangat ia cintai, membuatnya harus mati-matian menahan diri. Berhak bukan berarti harus memaksakan kehendak. Pram sadar, meskipun sangat ingin, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menuntut haknya. Sementara ia tahu betapa lelah kekasihnya itu. Pram menghela napas panjang. Lantas telentang sembari meletakkan kedua tangan di belakang kepala. Tubuhnya juga lelah. Sayang matanya masih enggan terpejam. Tidur seranjang dengan wanita untuk alasan apa pun sudah lama sekali tidak ia lakukan. Tepatnya setelah hatinya yakin memilih Gita. Diaku