“Apa kamu marah?” tanya Geraldo setelah menyamai langkah kaki Lethicia yang lebih dulu turun dari pesawat. Lethicia merapatkan sweater yang membalut tubuhnya. Dingin angin malam itu terasa menusuk-nusuk hingga ke dalam tulangnya. “Baby ....” “Kenapa aku harus marah?” tanya Lethicia sambil melirik ke samping tidak lebih dari dua detik. Wanita itu semakin mempercepat ayunan kakinya. “Ya, kamu marah.” Kesal, Lethicia menghentikan langkah kaki, lalu memutar tubuh. “Dengarkan aku, Tuan Geraldo. Aku bilang, aku tidak marah. Bukankah aku memang tidak ingin pergi?" tanya balik Cia di ujung kalimat. “Kamu yang ngotot ingin pergi, dan kamu juga yang menggagalkannya.” Cia menatap beberapa saat sepasang mata Geraldo, sebelum memutar kembali langkah kakinya, lalu mengayun lebih cepat. Kedua tanga