“Jangan buru-buru makannya. Pelan-pelan saja.” Cia mengingatkan Rion yang melahap potongan besar roti hingga mulut anak itu menggembung. Rion mengunyah cepat, lalu menelan. Mendelik ketika kunyahan yang belum benar-benar halus itu tersangkut di tenggorokan. Anak itu buru-buru menerima uluran gelas dari sang nanny. Cia menggelengkan kepala—memperhatikan anak kecil di depannya. Wanita yang duduk menyandar punggung kursi itu berdecak melihat Rion langsung menghabiskan satu gelas penuh air putih dalam sekali tenggak. Luar biasa—batin Cia. Pantas saja tubuh Rion lumayan bulat. Semalam akhirnya Cia tahu siapa orang-orang yang berkelahi dengan pengawal Geraldo. Cia tidak mengerti kenapa seorang pengusaha harus memiliki musuh. Papanya juga pengusaha, dan dia tidak pernah melihat perkelahian ora