Jam sudah menunjukkan pukul Sembilan pagi, seisi rumah sudah dihebohkan dengan mulut Fahri yang sudah berteriak tidak jelas seperti orang kesetanan. Padahal hanya masalah sepele, yaitu mencari bajunya yang tak kunjung ditemukan. Mulutnya sudah berkali-kali memanggil Naja namun nahas, tidak ada jawaban dari yang punya nama. Di ketahui Naja sedang pergi kepasar tradisional sejak jam enam pagi, agar tidak macet di jalan. Sudah dua jam lebih Naja belum kembali juga itu membuat Fahri sangat geram. “Aduh, kemana sih baju gua?” Dumal Fahri sembari mengobrak-abrik isi almari. Baju-baju sudah berserakan di lantai. “Kok nggak ada sih? Biasanya juga di sini kok.” Fahri masih mengoceh tidak jelas. Lihatlah kamarnya sudah layak diberi julukan kapal pecah. “Bobon kemana sih? Heran dah gua, sebenerny