18

1957 Kata

Naja pulang dari toko dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, Fahri terus saja merengek untuk pulang. Kesabaran Naja sungguh diuji untuk satu harian ini. “Loh nduk, kamu kenapa kok cemberut gitu?” tanya sang ibu. “Nggak pa-pa bu,” jawab Naja sambil menata belanjaanya kedalam lemari. “Ini banyak sekali belanjaanya? Sayang loh nduk uangmu.” “Nggak pa-pa bu,” sahut Fahri yang tiba-tiba hadir.  “Bon, mau masak apa?” tanya Fahri mencoba untuk membuka suara. “Emang mas nggak liat Naja lagi goreng telur sama oseng kangkung?” tanya Naja nadanya begitu tidak bersahabat. “Ya tau lah. Kan gua cuma basa-basi.” “Basa-basimu itu, basi mas.” “Ya Allah jutek amat, mau PMS ya?” tanya Fahri. “Maybe, lebih baik mas mingir sana, udah tau badanya gede, nggak tahu diri.” Fahri menghela napas pasr

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN