THREE MUSKETEERS

1098 Kata
“Dadd, aku minta cariin tanah buat gudang dong?” pinta Inesh hari ini saat dia dan suaminya datang untuk menginap week end. Usia kehamilan Inesh saat ini sudah menginjak enam bulan. “Dua gudangmu sudah tidak cukup?” tanya Farah “Tidak Mom, harus nambah satu area lagi,” jelas Inesh. “Maunya daerah mana? Dan minimal luas berapa?” tanya Darvi. “Minimal seluas tanah gudang yang ada sekarang Dadd, kalau daerah Daddy bisa lebih tau lah mana yang lebih bagus buat gudang ke tiga kita,” jawab Inesh. “Ok, nanti Daddy kabari kalau sudah ada info,” jawab Darvi sambil menyeruput kopinya. “Nanti seperti biasa ya Dadd, di bangunkan mushola serta satu ruang istirahat pegawai, dapur serta satu ruang kepala gudang yang transparant bukan tertutup jadi tidak bisa buat kegiatan tidak benar,” pinta Inesh. Inesh tidak tau kalau kata-katanya menusuk jantung suaminya karena suaminya sering berbuat m***m di ruang kerjanya. “Sejak Daddy pertama kali punya niat bangun kantor di Jakarta dulu, sebelum menikah dan kenal mommymu, memang Daddy merancang ruang pemimpin itu tembus pandang, agar semua bisa transparant. Daddy bahkan belum pernah punya ruang kantor private, karena ruang kerja Daddy selalu tanpa sekat apa pun,” jawab Darvi. ≈≈≈≈≈≈≈ Dhana tiba dikantornya. Shahzada Danendra Maulana Law and Firm, di mata umum Dhana dan Zadda memang memakai nama belakang Maulana, hanya KTP dan Ijazah saja tertulis nama Mahendra di belakang nama kedua anak Ricky Andrean Mahendra itu. Dhana sedang mempersiapkan berkas untuk sidang esok hari saat chat dari kekasihnya masuk. Khaira minta mereka ketemuan sesudah dia pulang dinas siang, artinya malam ini karena dinas siang kan selesainya jam sembilan malam. Khaira perempuan mandiri yang tak banyak menuntut, maka tanpa berpikir panjang Dhana menyanggupi permintaan kekasihnya itu. Khaira seorang dokter yang sedang ambil spesialis menjadi dokter anak. “Maz aku boleh cerita tidak?” tanya Khaira saat calon suaminya menjemputnya sesudah dia dinas siang. Saat ini sudah jam sepuluh malam, karena Khaira selesai dinas jam sembilan malam. “Kenapa?” tanya Dhana, dia mendengar nada keraguan pada kekasihnya. “Kita ke cafetaria depan saja ya, jangan langsung pulang,” pinta Khaira, dia tak ingin mereka cerita di mobil. Khaira memesan hot choco milk untuknya dan mocachino untuk Dhana. “Maz mau makan?” tanya Khaira. “Tidak usah, aku masih kenyang, kalau kamu lapar ya makan saja, nanti Mas makan dari piringmu,” jawab Dhana, dia tau niat Khaira bertanya adalah minta bantuin ngabisin makanan yang dia pesan karena perempuan itu tak bisa ngabisin seporsi makanan sendirian. Lalu Khaira pun pesan kwetiauw goreng seafood extra udang seperti biasa. ≈≈≈≈≈≈≈ Dhana dan Zadda sedang menunggu kedatangan daddy mereka. Siang menjelang sore memang Dhana meminta Zadda dan Darvi menemuinya di cafe miliknya. Walau bergelut di bidang hukum tapi jiwa bisnis Dhana sangat tajam, dia membuat beberapa tempat nongkrong untuk eksecutive muda yang butuh tempat bersantai. Darvi datang, lelaki paruh baya ini masih saja tetap ganteng dan mempesona dengan rambut tetap sebahu karena istrinya tak membolehkan dia cukur pendek. Dengan jeans hitam serta kaos pas badan warna cream membuat dia tak kalah dengan kedua jagoan yang sudah menunggunya di kantor Dhana dalam cafe itu. “Sudah lama Bang?” tanya Darvi saat anak laki-laki kecilnya menyalami serta memeluknya erat seakan mereka lama tak jumpa, padahal pagi tadi mereka baru saja pisah sehabis sarapan. “Belum Dadd, baru abis satu batang hisapan,” jawab Zadda. Sedang sejak Darvi mendekati Farah dulu dia mengurangi membakar tembakau dan berhenti total sebulan sebelum mereka menikah. Dhana memang tak pernah ingin menyentuh gulungan tembakau itu sejak remaja. Lama mereka basa basi, tapi Dhana yang berinisiatif mengundang adik dan daddynya belum juga membuka pokok bahasan yang akan mereka bicarakan, membuat Darvi curiga. “Kamu panggil Daddy dan Abang ke sini ada apa Maz? Mau mempercepat acara pernikahanmu?” tanya Darvi lembut karena dia melihat anak sulungnya ragu-ragu untuk mulai bercerita. Zadda melihat intens ke kakaknya yang seperti punya beban sangat berat. “Apa kak Khaira hamil Maz?” tanyanya pelan tapi serius. Dhana menarik napas panjang, lalu menyeruput kopi kentalnya “Ini bukan soal Maz dan Khaira, ini soal mommy dan Inesh!” jawab Dhana sendu. Dhana tak bisa ngebayangin perempuan yang paling dia jaga akan kembali terluka. “Hug me please Dadd,” pinta Dhana sambil berurai air mata. Sudah lima hari dia memikirkan tentang mommynya yang akan kembali terluka. Sampai semalam dia merasa sudah tak kuat dan dia ingin daddynya membantu menyelesaikan beban yang menghimpit di dadanya. “Hei, what’s wrong with mommy, tell Daddy now!” balas Darvi sambil mendekap anak sulungnya yang sudah menangis di pelukannya. Darvi tak pernah sesedih ini, dia tak pernah menangis sejak remaja. Lama Dhana meredam emosinya di pelukan Darvi sementara Zadda mengusap lengan kakaknya dengan penuh simpati sambil cemas menantikan kabar yang akan Dhana beritahukan. Dhana mengambil tissue dan menghapus air matanya. “Sorry to this,” ucap Dhana . “Aku minta Daddy menjaga mommy dan mencegahnya kembali terluka seperti saat dia terluka oleh mantan suaminya dulu,” Dhana membuka ceritanya. Dia berkata ‘mantan suami’ mommy seakan tak punya hubungan apa pun dengan oknum itu, yang jelas-jelas ayah kandungnya. Juga ayah kandung Zadda dan Inesh juga. “Tunggu … tunggu … apa Maz pikir mommy akan kembali terluka karena dia kembali diselingkuhi?” tanya Zadda sambil melihat Darvi dengan tajam. “Kalian tahu Daddy tak pernah sekali pun ingin mendua, bahkan Daddy pernah hampir gila saat memikirkan mommy akan meninggalkan Daddy kalau mommy salah paham saat daddy akan dijebak Jane teman Daddy dulu,” bela Darvi yang tak ingin dia disalahkan oleh kedua anak lelakinya. “Ya Maz ingat saat kasus itu Dadd. Maz sudah cukup besar saat Daddy sampai dirawat karena takut ditinggal mommy. Saat itu mungkin Abang belum mengerti,” jawab Dhana. “Ini bukan soal Daddy, tapi Athrav,” lanjut Dhana. “Lima hari lalu Khaira cerita, dia melihat Athrav keluar dari ruang praktik dokter anak di rumah sakit tempat dia kerja. Karena penasaran dia lalu mencari data pasien dan meminta izin temannya untuk meng-copy kartu pasien tersebut. Alasan Khaira meng-copy data itu karena delapan bulan lalu dia melihat Athrav mengantarkan seorang perempuan yang di kartu pasien tertulis suami pasien adalah Athrav dan perempuan tersebut sedang hamil enam bulan.” “Lima hari Mas memikirkan solusi dari persoalan ini, Mas tidak mau salah langkah karena di sini bukan hanya Inesh yang akan terluka tapi mommy. Dan Mas ingat mommy punya trauma perselingkuhan,” jelas Dhana sambil memperlihatkan dua lembar kertas photo copy data pasien pada Darvi. Darvi dan Zadda tentu saja sangat geram atas kelakuan Athrav terhadap Inesh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN