Part 22 :Penghianat

1803 Kata

“Apa?” Efan berdiri membanting buku tuanya yang ia beli di toko barang bekas. Buku bersampul cokelat yang tidak menarik, tetapi Efan tetap membacanya. “Ayah, keputusanku sudah bulat. Aku tahu ini tidak mudah tetapi aku harus melakukannya.” Luke menatap Efan dan Megi tanpa ragu. Kesungguhan terpancar dari matanya. Efan dan Megi saling bertatapan. Mereka sadar Luke sudah dewasa sehingga mereka tidak bisa mengekangnya terus menerus. Lambat laun Luke akan mengetahui jati dirinya. “Kau boleh pergi, tapi dengan satu syarat,” kata Efan. Ada rasa senang menyapa hati Luke, tapi hanya sebentar saat Efan meminta syarat. “Kau tidak boleh memperlihatkan wajahmu pada orang-orang. Apa kau sanggup?” Luke menatap Megi yang diam-diam mengangguk. Anggukan Megi juga berarti bahwa ia telah mendapatkan r

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN