"Ada yang bertingkah seperti korban dan membuat semua orang merasa kasihan. Padahal, dia yang menyakiti paling sadis." ---- Pagi-pagi sekali Airin sudah sampai di rumah sakit. Karena semalam masih tinggal serumah dengan Athar, ia sengaja menghindari segala bentuk pertemuan yang tidak penting apalagi sampai terlibat pembicaraan dengan pria itu. Sedari tadi, di kursi kerjanya Airin duduk termenung. Menatap lurus ke luar jendela sembari memerhatikan deretan gedung yang ada di depannya, ia terus berpikir. Mencari cara terbaik untuk membalas segala bentuk perbuatan Athar, Nonie, dan sang mertua kepadanya. Demi Tuhan, Airin merasa terang-terangan dipermainkan. Ia tampak begitu bodoh karena dijatuhkan harga dirinya. Diinjak-injak. Parahnya, ia yang merupakan korban, malah dijadikan sosok pal