1. KETIKA SUAMIMU SELINGKUH

1204 Kata
"Airin, kemarin aku liat suami kamu bareng perempuan lain." Wanita bernama Airin Mahira Elhaq itu sontak menoleh. Menatap sembari tersenyum tipis ke arah Vennia yang tampak sengaja berjalan mendekat ke arah meja kerjanya. "Mungkin Mas Athar lagi ada pertemuan sama klien atau rekan kerjanya. Emang kamu ketemu dia di mana?" tanya Airin ingin tahu. Sebagai pria yang berprofesi sebagai pimpinan dari sebuah perusahaan retail, ia tahu kalau pekerjaan sang suami memang sering sekali bersinggungan dengan lawan jenis. Airin juga yakin kalau Athar tidak mungkin berbuat macam-macam. Logikanya juga, kalau Athar main serong, mungkin hubungan mereka tidak akan bertahan sampai dua tahun lamanya. "Aku liat Mas Athar di hotel Kempinski," sahut Venia. "Kamu ketemu Mas Athar di Hotel?" Kening Airin nampak berkerut. Berusaha sekali tetap berpikir positif kalau sang suami tidak melakukan hal-hal di luar batasan. Tidak, pokoknya Airin yakin Athar adalah pria baik-baik. "Iya, aku lihat dia masuk ke salah satu lift bareng sama perempuan," jelas Vennia kemudian. Dari sorot matanya, Airin yakin temannya itu tidaklah berbohong dengan apa yang baru saja diceritakan. "Ah, mungkin mereka emang ada pertemuan bisnis." "Pertemuan bisnis? Masalahnya, aku liat dengan jelas kalau Mas Athar rangkul perempuan itu mesra banget, Rin. Mana ada rekan bisnis akrab sampai rangkul mesra segala macam." Jantung Airin langsung berdetak dua kali lebih cepat. Mendapati kenyataan kalau sahabatnya melihat sang suami tampak mesra dengan perempuan lain, membuat pikirannya lama-lama jadi terganggu. "Aku yakin aja kalau mereka berdua bukan sekedar rekan kerja," sambung Venia. "Lagian, bisnis macam apa yang dikerjakan di hotel dan hanya berduaan saja? Aku yakin kalau Mas Athar ----" "Vennia .... " potong Airin. "Udah, cukup. Nggak perlu diteruskan lagi," mohon wanita itu seraya menggelengkan kepala berkali-kali. Meminta dengan sangat agar Vennia menyudahi apa yang sedang dituduhkan. "Biar ini jadi urusanku sama Mas Athar. Terima kasih banyak karena kamu udah kasih tau." Setelah mendengar berita ini, seharian Airin tidak konsen mengerjakan tugasnya di rumah sakit. Padahal, sebagai dokter spesialis anak, ia dituntut untuk selalu fokus agar tidak salah dalam memberikan tindakan. Setelah sempat beberapa saat merasakan pergulatan batin, Airin akhirnya membulatkan tekad. Ia memutuskan untuk tidak mengambil hati berita yang Vennia sampaikan demi kewarasan hati dan pikirannya. Berusaha mungkin untuk tetap percaya bahwa sang suami tidak mengkhianati pernikahan mereka. Begitu jam kerja selesai, buru-buru Airin memacu mobilnya untuk segera pulang. Berharap ia yang lebih dulu sampai rumah ketimbang sang suami yang biasanya juga pulang sore hari. Sampai di kediamannya, setelah menaruh jas dokter serta tas kerja yang biasa ia bawa, Airin langsung pergi ke dapur. Seperti biasa, ia tetap menyempatkan diri untuk memasak makan malam terlebih dahulu agar bisa dinikmati bersama dengan sang suami. Baginya, walaupun setiap hari sibuk dengan pekerjaan dan banyaknya pasien di rumah sakit, Airin tetap tidak boleh mengabaikan tugasnya sebagai istri. Sebisa mungkin mengerjakan serta menyiapakan sendiri apa yang suaminya butuhkan. Selesai masak dan menghidangkan makanan di meja, gegas Airin melangkah menuju kamar. Membersihkan diri dan bersiap untuk menyambut kedatangan sang suami. Tepat pukul tujuh malam, sosok yang sedari tadi ia tunggu akhirnya tiba di rumah. Memasuki kamar, pria tampan, bertubuh tinggi tegap itu langsung menghampiri Airin yang tengah duduk membaca buku di sofa. Athar terlihat membawa kemudian menyerahkan se-bucket bunga mawar merah serta satu box red velvet cake yang memang menjadi kesukaan Airin selama ini. Tak lupa juga pria itu memberikan pelukan serta ciuman sayang seperti yang biasa diberikan setiap kali berangkat atau pulang kerja. "Aku kangen kamu," bisik Athar sambil terus memeluk erat tubuh Airin. Merenggangkan sedikit pelukan, pria itu mengecup kening dan bibir Airin bergantian sebelum akhirnya benar-benar melepaskan pelukan. Airin tersenyum. Melihat manisnya sikap sang suami, bagaimana bisa dirinya percaya seorang Athar Elyas Aljufri berkhianat. Sedang sikap pria itu dari dulu hingga sekarang begitu hangat, begitu mesra, bahkan pintar sekali menyenangkan hatinya. Seolah tidak ada celah untuk Athar melakukan tindakan bodoh apalagi sampai berselingkuh. "Mas Athar nggak bosan setiap hari bilang kangen ke aku? Lagian, tiap hari kita juga ketemu, kan?" Athar tersenyum. Mencubit gemas hidung Airin, pria itu membahas ucapan sang istri. Patutnya ia bersyukur memiliki istri cantik, pintar, dan mandiri macam Airin. "Ya gimana, dong? Kamu kan emang ngangenin, sayang." "Gombal." "Kok gombal? Aku serius. Dari dulu kamu emang selalu ngangenin. Makanya biar di kantor sekali pun, aku nggak pernah absen buat telpon atau kirim pesan ke kamu." Athar tidak berlebihan. Sesibuk apa pun ia di kantor, mana pernah sekali pun lupa untuk menghubungi sekedar memberi kabar atau sebatas mengirimi Airin pesan singkat. Terlihat jelas kalau ia begitu mencintai serta menyayangi istrinya tersebut. "Iya, aku percaya. Kalau gitu, cepat mandi. Setelah itu, kita makan malam bareng. Aku udah siapkan makanan yang tadi pagi kamu request." Athar tersenyum lalu mengangguk setuju. Pria itu lantas membuka jas serta kemeja putih yang membalut tubuhnya. Menaruh begitu saja di atas tempat tidur, kemudian berjalan santai dengan keadaan bertelanjang dadaa menuju kamar mandi. Airin sudah terbiasa dengan kelakuan Athar yang satu ini. Sambil menggelengkan kepala, wanita itu mengais pakaian kerja yang Athar taruh di atas tempat tidur. Membawanya, untuk kemudian dipindahkan ke keranjang baju kotor. Namun, sebelum benar-benar memasukkan ke dalam keranjang, fokus Airin terganggu. Sekilas, dirinya menghirup aroma parfum asing yang menempel pada kemeja yang sebelumnya Athar kenakan. Airin dekatkan hidung mancungnya untuk kemudian ia hirup kembali pelan-pelan demi memastikan kalau dirinya tidak salah. Lantas, Airin pun menarik kesimpulan kalau aroma parfum yang menguar tajam itu bukan milik sang suami apalagi miliknya. Detik itu juga, ucapan Vennia kembali terngiang di telinga Airin. Gambaran kalau sang suami benar-benar berselingkuh, kini menari-nari di otaknya. Airin lantas memejamkan mata. Menarik napas sembari berpikir tindakan apa yang harus ia lakukan. Apakah ia perlu mengklarifikasi ini semua secara langsung kepada Athar? Atau menyelidiki pria itu secara diam-diam untuk mengumpulkan seluruh bukti-bukti sebelum mengambil keputusan final? *** Dua hari berlalu. Walaupun tetap berusaha untuk bersikap baik kepada Athar, hatinya tidak bisa berbohong. Ada rasa gelisah sekaligus tanda tanya besar apakah sang suami benar mengkhianati cintanya. Vennia yang melihat gelagat aneh Airin, berinisiatif untuk mengajak rekan sekaligus sahabatnya itu makan siang bersama di luar rumah sakit. Memilih salah satu mall yang lokasinya tidak begitu jauh, mereka berdua memutuskan untuk makan di restoran Korea yang memang biasa keduanya kunjungi. "Udahlah, Rin. Kenapa bete terus, sih? Dari kemarin aku liat muka kamu nggak enak banget," tegur Vennia saat mereka berdua sudah duduk dan siap memesan makanan. "Nggak tau. Bawaan PMS, kali," sahut Airin berkilah. Ia malas saja menceritakan apa yang tengah dirasakannya saat ini pada Vennia. Airin takut sahabatnya itu mengompori atau memprovokasi yang mana malah membuat hatinya semakin panas. "Ya sudah. Bawa makan es krim aja. Mana tau mood kamu jadi membaik." Vennia mungkin benar. Ada baiknya ia memakan es krim untuk meredakan hawa panas yang bergejolak di hatinya. Siapa tahu setelah ini mood nya memang benar-benar bisa kembali membaik. Namun, belum sempat lagi es krim dipesan, netra Airin tanpa sengaja menangkap keberadaan sang suami yang kebetulan lewat di depan restoran. Maksud hati hendak memanggil, tiba-tiba saja bibirnya terasa kelu dan membeku. Dari matanya, Airin melihat dengan jelas Athar yang awalnya jalan sendiri, tiba-tiba dihampiri oleh seorang wanita. Bahkan mereka berdua tidak segan-segan bergandengan tangan dengan mesra. Yang lebih menyakitkan, Airin tahu siapa sosok wanita yang sedang berjalan bersama sang suami. Dia adalah sekretaris pribadi Athar yang juga merupakan sepupu dari Airin sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN