33. PELANGI UNTUK SI BUTA WARNA

1627 Kata

Airin pagi ini mau berbesar hati duduk satu meja dengan Athar. Karena merasa ada sesuatu yang perlu disampaikan, ia sengaja meluangkan waktu untuk berbicara secara langsung dengan sosok pria yang sempat dua tahun menjadi suaminya tersebut. "Besok, sidang perdana perceraian kita. Aku mau, kamu nggak perlu hadir biar semua prosesnya bisa berjalan cepat tanpa perlu lagi mediasi." Di tempat duduknya, Athar tampak menghela napasnya pelan. Diperhatikan dari ekspresi yang pria itu tunjukkan, seperti ada gelagat tidak rela kalau dalam waktu dekat akan segera bercerai dari Airin. "Apa benar-benar nggak ada lagi kesempatan aku untuk memperbaiki ini semua?" Airin malah tertawa geli. Ia pandangi wajah Athar sambil geleng-geleng kepala. Sungguh tidak tahu malu pria di depannya ini. "Ya ampun, Mas.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN