Masih open PO ya, gengs. Harga 125k. Paket bundling Destinys series 235k free totebag.
Minat chat me
Wa 085788190001
Jumlah halaman 500-600 hal.
*****
Kelopak mata Arlene terbuka. Hal pertama yang ia rasakan ketika ia terjaga adalah rasa sakit di organ kewanitaannya. Sebuah ingatan mengerikan berputar di benaknya, membuat ia berteriak histeris.
Pelayan masuk ke dalam kamar Arlene. "Nona, tenanglah." Pelayan itu berdiri satu meter di depan Arlene yang nampak seperti kerasukan setan.
Tatapan tajam Arlene jatuh pada si pelayan. Ia mengambil vas bunga yang ada di sebelahnya lalu melemparkannya pada pelayan itu hingga mengenai kepala si pelayan.
"Pergi dari sini! Pergi!" raung Arlene.
Pelayan itu segera keluar sembari memegangi kepalanya yang berdarah. Di dalam kamar, Arlene melemparkan semua barang yang ada di dekatnya.
Tidak lama kemudian Selir Samantha masuk ke dalam sana. "Arlene, tenangkan dirimu." Ia mendekati putrinya lalu memegangi kedua tangan Arlene.
Tatapan mata Arlene sekarang kosong. Yang ia rasakan hanyalah kemarahan dan rasa jijik. Ia bahkan masih bisa merasakan setiap sentuhan dua pria bayaran yang memperkosanya.
"Aku sudah hancur, Bu. Aku hancur." Arlene bersuara serak. Wajahnya terlihat tanpa kehidupan.
Selir Samantha memeluk Arlene. "Jangan bebicara seperti itu. Kau masih memiliki masa depan, Sayang. Pangeran Kedua sangat mencintaimu, dia pasti akan menerimamu."
Arlene menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku akan bunuh diri saja! Orang-orang di luar sana saat ini pasti sedang mentertawakanku. Mereka pasti akan memandangku hina."
"Tidak ada yang berani, Sayang. Kau putri Perdana Menteri. Mereka tidak akan mau berurusan dengan ayahmu." Selir Samantha bicara dengan lembut dan tenang.
Pikiran Arlene kacau. Ia tidak bisa menanggung malu atas apa yang telah terjadi. Ia tidak akan bisa mengangkat wajahnya ketika ia berjalan di tengah keramaian. Orang-orang yang dahulu memujinya pasti akan menatapnya iba.
Ia tidak ingin dikasihani orang lain. Ia lebih baik mati daripada harus merasakan itu semua.
Tanpa berpikir panjang, Arlene meraih pisau buah yang ada di meja. Ia hendak mengiris pergelangan tangannya, tapi segera dihentikan oleh Selir Samantha yang ada di sana.
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Arlene hingga bekas kemerahan terlihat di sana. "Gunakan akal sehatmu, Arlene!" geram Selir Samantha marah.
Ia tidak pernah berpikir bahwa putrinya akan selemah ini. Hidup putrinya belum berakhir. Yang terjadi pada Arlene memang sangat buruk, tapi bukan berarti Arlene harus menyerah pada hidupnya. Saat ini orang-orang mungkin akan membicarakan Arlene, tapi seiring berjalannya waktu akan ada skandal lain yang akan jadi perbincangan. Arlene hanya perlu menunggu dengan sabar.
"Sekarang jelaskan pada Ibu kenapa kau bisa berada dalam masalah seperti ini? Kau jelas tidak akan bertindak konyol bermain-main dengan dua pria saat kau memiliki Pangeran Kedua di sisimu!" tekan Selir Samantha.
Pertanyaan Selir Samantha membuat kedua tangan Arlene mengepal kuat. "Allura! Ini semua karena jalang sialan itu!" geramnya. "Aku akan membunuh p*****r itu!" Ia melangkah melewati ibunya.
Tatapan Arlene sangat tajam, aura membunuh menguar begitu kuat. Para pelayan yang berpapasan dengannya dibuat menggigil. Ia tidak pernah melihat nona favorit mereka semengerikan ini. Selama ini nona kedua mereka selalu terlihat lembut dan hangat.
Sampai di depan pintu reyot kamar Allura, Arlene menendang pintu itu kuat hingga terbuka lebar, ia bahkan melupakan rasa sakit di organ kewanitaannya yang masih belum sembuh. Ia masuk ke dalam sana dengan kemarahan sebesar gunung.
"p*****r sialan! Di mana kau!" raungnya murka. Ia melihat ke sekeliling tapi tidak menemukan Allura di dalam kamar itu.
"Ada apa, Arlene?" Allura datang dari belakang Arlene. Ia berada di taman sebelah paviliunnya ketika Arlene menendang pintu kamarnya.
"Aku akan membunuhmu, p*****r sialan!" Arlene mengarahkan pisau buah yang ia bawa dari kamarnya, hendak membunuh Allura. Wajahnya terlihat seperti iblis sekarang.
Allura sudah memperkirakan ini sebelumnya, Arlene pasti akan datang padanya dan menyerangnya membabi buta. Ia mengelak dari serangan Arlene, lalu memukul tangan Arlene hingga pisau terlepas dari genggaman Arlene.
"Arlene, apa salahku? Kenapa kau ingin membunuhku?" Allura telah mempelajari banyak hal setelah ia mendapatkan kematian. Arlene bermulut manis dan pandai bersandiwara, jadi ia harus melakukan hal yang sama agar bisa mengimbangi Arlene.
Dahulu ia terlalu naif dan rendah diri. Ia bahkan tidak bisa menghukum pelayan yang menghinanya tepat di depan wajahnya.
Namun, setelah ia dihidupkan kembali, ia tidak akan melakukan hal yang sama. Siapa yang berani menghinanya maka akan ia beri pelajaran. Siapa yang berani menggertaknya, maka akan ia pukuli sampai mati. Meski terabaikan ia tetap putri sah Perdana Menteri. Tidak bisa dihina oleh sembarang orang.
Arlene membalik tubuhnya. Jika ia adalah bom maka saat ini ia akan meledak karena ucapan Allura. Ia jelas tahu bahwa Allura adalah dalang dari yang terjadi padanya.
"p*****r sialan! Sandiwara apa yang kau mainkan, hah! Kau telah menjebakku dengan dua pria itu, jika hari ini kau tidak mati maka aku tidak akan pernah bisa tenang." Ia mendekat lagi ke Allura dan hendak menyerang Allura. Namun, Allura menghindar lagi.
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Arlene. Tenanglah, bicara baik-baik," seru Allura polos.
"Kau yang telah membiusku dan mengirimku ke dua p*******a itu! Kau benar-benar keji, Allura! Aku tidak akan pernah membiarkan kau hidup!" Kedatangan Arlene ke kediaman Allura pagi ini hanya untuk satu tujuan, membunuh Allura. Jadi, ia tidak akan berhenti sampai ia berhasil.
Ketika Arlene hendak mencekik batang leher Allura. Tangan Arlene lebih dahulu ditangkap oleh Allura, kemudian Allura memelintirnya.
"Lepaskan Arlene, Allura!" bentak Selir Samantha yang sudah masuk ke dalam kamar.
Allura menatap Selir Samantha tenang, Mata zamrud nya yang penuh percaya diri membuat Selir Samantha seolah melilhat ibu Allura.
"Aku tidak bisa melepaskannya, Selir Samantha. Jika aku lepaskan Arlene akan membunuhku," jawab Allura.
"Kau telah menghancurkan hidupku, Allura. Aku tidak akan pernah melepaskanmu!" Arlene memberontak, tapi semakin ia memberontak Allura semakin memelintir tangan Arlene.
"Berhenti menyakiti Arlene! Lepaskan dia!" Selir Samantha menatap tajam Allura.
Allura mengikuti kemauan ia mendorong tubuh Arlene menuju ke Selir Samantha.
"Ibu, semua yang terjadi padaku adalah ulah Allura. Jika aku tidak mendapatkan keadilan hari ini maka aku tidak akan bisa hidup dengan tenang." Arlene menyalahkan Allura atas apa yang telah menimpanya.
Allura tersenyum samar. Arlene memang pandai menyalahkan orang lain.
"Apakah benar yang aku dengar barusan?" Perdana Menteri masuk ke kamar Allura bersama dengan Pangeran Jourell.
Melihat kedatangan Pangeran Jourell. Allura tidak bisa menahan rasa jijiknya. Pria penipu itu telah membodohinya selama bertahun-tahun.
Ia begitu mencintai Pangeran Jourell seolah tidak ada pria lain di dunia ini. Baginya Pangeran Jourell adalah pria paling tampan yang pernah ia temui. Pria paling baik dan tulus di muka bumi ini.
Ia telah melakukan segala hal agar bisa menyenangkan hati Pangeran Jourell.
Ketika Pangeran Jourell menyukai wanita yang pandai menari, maka ia belajar mati-matian untuk menari meski itu ia harus mepelajarinya secara sembunyi-sembunyi di tempat sebuah rumah hiburan. Ketika Pangeran Jourell menyukai puisi, maka ia mengumpulkan semua kata-kata indah yang kemudian ia tuliskan khusus untuk Pangeran Jourell. Ketika Pangeran Jourell menyukai musik, ia juga belajar untuk itu meski jalan yang ia tempuh tidak mudah.
Mana ada orang yang mau mengajarinya. Bahkan untuk berada dalam jarak satu meter darinya saja orang tidak mau. Pada akhirnya ia belajar dari mengintip.
Pangeran Jourell elegan dan anggun, maka ia mencoba untuk memantaskan dirinya. Ia terus merawat tubuhnya dengan mengumpulkan ramuan herbal untuk ia minum.
Ia telah memotong sayapnya sendiri untuk menjadi wanita yang sempurna bagi Pangeran Jourell. Ia suka berkuda, memanah dan bertarung. Namun, ia berhenti mempelajari semua itu demi mempelajari hal-hal yang disukai Pangeran Jourell.
Allura telah menghabiskan seluruh waktunya untuk mencintai Pangeran Jourell yang bahkan tidak pernah mencintainya. Ia hanya menjadi lelucon untuk Pangeran Jourell dan Arlene yang bermain api di belakangnya.
Di dunia ini mungkin tidak ada orang yang lebih bodoh darinya. Ia dikhianati dengan kejam, kemudian dilemparkan ke skema mengerikan, lalu mati karena orang-orang yang ia cintai.
Jika saat ini ada lomba sandiwara terbaik, pemenangnya pastilah Pangeran Jourell. Pria itu menatapnya seolah ia satu-satunya pusat dunianya, tapi pada kenyataannya ia tidak pernah ada di dunia pria itu.
Memikirkan bagaimana mengerikannya Pangeran Jourell membuat Allura ingin membunuh pria itu dan melemparkan tubuhnya ke hutan agar dimakan oleh anjing liar.
Pria itu sungguh tidak berperasaan, begitu tega mempermainkan hatinya yang tulus. Di kehidupan ini Allura tidak akan pernah menyerahkan hatinya pada orang lain lagi.
"Ayah, itu semua benar. Allura telah menjebakku. Dia yang telah merencanakan segalanya." Arlene datang pada ayahnya, air matanya jatuh berderai seolah ia benar-benar menderita penganiayaan.
Wajah Perdana Menteri merah padam. "Wanita keji! Bagaimana bisa kau melakukan itu pada adikmu!"
Allura tertawa, tapi bibirnya tidak tersenyum sama sekali. "Ayah, kau bahkan tidak bertanya padaku lagi. Kau hanya mempercayai apa yang keluar dari mulut Arlene."
"Jadi, apakah maksudmu Arlene berbohong! Jika bukan kau siapa yang bisa melakukan hal keji seperti itu. Dahulu kau mencoba untuk membunuh Arlene, dan kemarin kau menghancurkan masa depannya. Kau sungguh biadab, Allura!" Selir Samantha tidak menahan kata-katanya. Ia ingin merobek wajah Allura, lalu mengirim Allura ke neraka.
Wanita jalang itu telah membuat hidup putrinya hancur. Ia tidak akan pernah melepaskannya.
"Selir Samantha, jika kau ingin menuduhku maka kau harus menyertakan buktinya." Allura menjawab tenang. Jika ini terjadi sebelum ia lahir kembali maka ia hanya bisa diam tanpa bisa membantah tuduhan palsu yang diarahkan padanya.
Selir Samantha mengepalkan kedua tangannya. Allura yang ada di depannya terlihat sangat berbeda dengan Allura si pengecut yang ia kenal. Bahkan Allura berani menatap wajahnya langsung dan menjawab ucapannya tanpa ragu.
"Berhenti mengelak, Jalang! Kau yang sudah menjebakku. Kau membiusku dan mengirimku ke tempat sialan itu!" raung Arlene marah.
Lagi-lagi Allura terkekeh geli. Bukankah itu rencana Arlene sendiri, jadi dia sendiri yang harus menikmatinya. "Arlene, jika kau ingin menyeretku dalam kesalahanmu kau harus menjadi sedikit masuk akal. Aku berada di kamarku seharian penuh. Kau bisa bertanya pada semua pelayan yang bertugas untuk mencuci dan menjemur pakaian untuk memastikannya. Lagipula jika aku keluar dari kediaman ini maka seseorang pasti melihatku.
Adakah di sini orang yang melihatku keluar dari kediaman ini kemarin? Dan untuk membawamu ke sana tidak mungkin aku menyeretmu bukan, setidaknya aku harus menggunakan kereta. Lalu, katakan kereta kuda mana yang aku gunakan untuk membawamu? Aku sendiri tidak memiliki kereta kuda." Allura memberikan alibi yang masuk akal untuk ia ucapkan. Namun, Arlene tidak menerima semuanya, yang terjadi padanya memang ulah Allura.
"Ayah, ada jalan keluar rahasia di dekat hutan. Allura membawaku keluar dari sana. Dia memintaku untuk menemaninya ke pasar secara diam-diam. Siapa yang menyangka wanita mengerikan ini malah menjebakku." Tatapan Arlene setajam pisau. Kebenciannya pada Allura terlihat sangat jelas. Ia ingin sekali menguliti Allura hidup-hidup.
"Kau benar-benar penuh trik dan licik, Allura!" Perdana Menteri memandang putrinya hina.
Allura tidak sakit hati lagi dengan makian ayahnya. Perlahan-lahan rasa hormat Allura terhadap ayahnya mengikis. Ia hanya tidak mengerti kenapa ayahnya memperlakukannya begitu berbeda dengan Arlene padahal ia dan Arlene sama-sama darah dagingnya.
"Ayah, kata-katamu terlalu tajam. Seharusnya kau menyelidikinya dahulu baru memberi penilaian. Apakah seperti ini sikapmu sebagai seorang Perdana Menteri? Saat ini kau terkesan memihak," seru Allura yang membuat Perdana Menteri semakin marah. "Aku benar, kan, Yang Mulia Pangeran?" Allura meminta pendapat dari Pangeran Jourell yang ada di sana.
Pangeran Jourell tidak menyangka bahwa Allura akan ikut menyeretnya. Sebagai pangeran yang dikenal baik, ia harus memberikan pendapat yang masuk akal. "Allura benar, Perdana Menteri. Jangan mengambil kesimpulan terlalu dini. Selidiki terlebih dahulu."
Allura tersenyum kecil mendengar ucapan Pangeran Jourell. Pria ini tentu saja akan mempertahankan citra sempurna di depan banyak orang. Dasar rubah licik!
"Yang Mulia, ini urusan keluarga kami mohon untuk tidak ikut campur." Perdana Menteri merasa tidak senang. Bagaimanapun Pangeran Jourell jauh lebih muda darinya. Ia tidak suka dinasehati oleh mereka yang bahkan belum melalui banyak hal seperti dirinya.
"Ayah, aku adalah tunangannya. Jika aku mendapatkan ketidakadilan, adalah tugasnya untuk mendapatkan keadilan untukku. Benar, kan, Yang Mulia Pangeran?" Lagi-lagi Allura meminta jawaban dari Pangeran Jourell.
Pangeran Jourell merasakan perbedaan Allura. Biasanya Allura tidak akan banyak bicara. Wanita itu juga tidak akan berani menatapnya langsung seperti saat ini. Apa yang salah dengan jalang ini? Pangeran Jourell memaki di dalam hatinya.
"Ya, itu memang tugasku." Pangeran Jourell memberi jawaban yang membuat semua orang menjadi tidak senang lagi, terutama Arlene.
Hati Arlene terasa panas. Harusnya saat ini Pangeran Jourell membelanya. Kekasihnya itu jelas tahu bahwa yang terjadi padanya adalah jebakan. Bukan dirinya yang harusnya diperkosa, tapi Allura.
"Cukup! Sekarang bawa aku menuju jalan rahasia itu!" Perdana Menteri tidak ingin berdebat lebih lama lagi.
"Aku akan membimbingmu, Ayah." Arlene berjalan lebih dahulu.
Kali ini Allura tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk menutup jalan rahasia itu tidak mungkin baginya. Ayahnya pasti akan menemukan jalan itu, tapi ia tetap tidak akan mengakui tuduhan Arlene. Ada jalan lain agar semuanya bisa berhenti sesuai dengan keinginannya.