Mohon bijak dalam membaca, yang dibawah 18, mohon minggi, ini mengandung cerita dewasa 21+ dan beberapa kekejian, sperti pukulan, pembunuhan, kekerasan.
Cerita ini hanya fiksi belaka, jika terdapat kesamaan dalam hal cerita baik nama maupun tempat hanya kebetulan belaka.
Kicauan burung membangunkan Nata, membuka mata dan samar-samar melirik jam dinding menunjukan pukul 6, begitu melihat jam menunjukan pukul 6 pagi segera tersentak dan dengan kesadaran penuh bergegas bergerak melompat dari tempat tidur meluncur kekamar mandi. Gerakan secepat kilat menyudahi rutinitas pagi. “gawat desisnya, aku bisa telat dihari pertama ku” sambil mengunkan pakaian yang diambi sembarang, mengunakan rok lipit pendek selutut, kemeja merah muda berlengan pendek sedikit ketat membungkus badanya dan rambut disisir asal, dengan gerakan sat-set semua selesai dalam hitungan menit. Diraih nya tas dan ponsel, sembari menglik aplikasi ojek online, begitu ojek sudah ada langsung meningakan kamar Kosnya.
*
*
*
Permata Nata nama lengkapnya, berusia 20 tahun dan berada ditingkat 2 salah satu Universitas swasta di Kota C. Meninggalkan kampung halama sedari lulus SMA, memberanikan diri tinggal di kota C tanpa pengawasan orang tua dikamar kos berukuran 4*3 yang memang disewanya dilingkungan padat, sedikit kumuh dengan harga yang terjangkau.
***
Berjalan sembari berlari untuk mempercepat langkah agar segera bertemu dengan ojol yang sudah membuat janji di ujung gang, berusaha cepat agar tidak terlambat. Hari ini hari pertama nya bekerja disalah satu resotoran ternama dikota C. Restoran ini terkenal sangat disiplin terhadap karyawan, selain disiplin juga sangat royal bisa memberi bonus besar, berkat temanya merekomendasinya kesana dia bisa keterima sebagai pemagang. Makanan yang disajikan disan miliki cita rasa khas Nusantara, terdiri dari beberapa menu yang beragam dari beberapa daerah, dan ini membuatnya tertarik selain bisa bekerja, menghasilkan uang juga bisa belajar dengan sempurna, mengingat jurusan kulianya adalah tataboga, diyakininya dengan bekerja langsung direstoran akan menambah pengalaman untukya kelak.
***
Restoran ini berada di salah satu gedung pencakar lagit, yang diperuntukan untuk para karyawan yang bekerja disana, Restoranan ini bukanya sekitar jam 7 pagi ini untuk memenuhi sarapan bagi para karyawan disana, untuk yang bekerja di sift pagi tentu harus datang lebih cepat, namun para pekerja magang seperti dirinya mendapat sift siang untuk menyiapkan makan siang dan diharuskan sudah disana sekitar jam 7 pagi. “sungguh aku tidak ingin telat di hari pertama ku” gurutuknya dalam hati, sambil melihat jam di ponsel nya yang memang sebentar lagi menunjukan jam 7.
Jarak tempuh ke restoran masih cukup jauh, ojol yang ditumpanginya masih terjebak macet. Tidak ingin terlambat Nata segera berpamitan” saya disini saja Pak, sepertinya akan lama macet disini” lalu bergegas jalan, tangan nya memberitanda akan menyebrang, dan berjalan dengan cepat ke trotoar. Dari sini Nata berlari beberapa blok untuk sampai ke restoran tempatnya bekerja. Jalan setapak memang lebih dekat namun Nata harus melewati beberapa lorong dan gang sempit. Membuanya berlari lebih cepat karena merasa tertekan berada di lorong diantara pertokoan dan gedung, serasa lorong tanpa hujung, dihapit oleh dinidng, Nata selalu merasa tertekan jika melewati lorong sempit yang panjang.
Setelah melewati beberapa blok , sampai lah didepan restoran dengan keringat membasahi tubuhnya seperti habis joging pagi, selain karena kelelahan juga karena ketakutan sehingga keringatan bercucuran, seluruh baju nya basah, melirik jam di Hpnya tenyata telat 30 menit. Bergegas masuk. selamat pagi sapanya yang dia tau itu adalah menejer restoran, ketika wawancara minggu lalu sempat berkenalan, sambil menunduk “maaf aku terlambat terjebak macet”. Walau macet bukan lah alasan yang tepat karena semua juga akan macet, semua orang tau bagaimana kondisi lalu lintas di kota C jika sedang jam sibuk, namun alasan itu yang terlintas cepat di benaknya. Menejer restoran melihatnya dengan sini, “kamu telat dihari pertama itu prestasi, kamu yang pertama”, diluar hujan? Kamu basah kuyup ucap manejer restoran itu, belum sempat Nata menjelaskan sudah dipotong dengan memberitahu ”kamu di pangil ke ruang CEO restoran ini, telat dihari pertama itu tidak bisa ditoleran”. CEO disini sangat disiplin, bukanya aku sudah memberi tahumu di hari wawan cara tempo hari. “ruangnya ada di lantai 5 gedung ini, pakai saja lift yang ada disana, ini kartu aksesnya” dengan nada ketus memerintah Nata harus segera melapor.
Nata segera mengambil kartu itu, sembari membungkuk mundur melangkah menuju lift yang ditunjuk tadi. Kartu ditempel dibagian lift yang disediakan agar bisa menuju lantai 5. Setalah menekan tombol 5, lift segera tertutup, dengan gugup, Nata memperhatikan dinding lift dilengkapi dengan kaca yang lebar mengelilingi, Nata memperhatikan pantulan dirinya dikaca, sangat berantakan, dengan baju sedikit transparan, banjunya tansparan karena memakai pink muda ditambah basah karena keringat yang dipakai berlari dilorong tadi “harunya aku ganti baju kerja dulu sebelum kesini” namun sudah tidak ada waktu lagi, 30 menit bukan lah waktu yang singkat, jika aku memakai waktu itu maka waktu terlambatku lebih panjang, dan bukan nya kerja pasti aku didepak dari sini. Lift terus berjalan dan sembari mengatur nafas Nata terus memandang angka yang berganti satu persatu sampai pada angka 5. Pintu lift terbuka, Nata melangkah dengan pasti melihat kekiri dan kekanan memperhatikan jalan, kiri kanan nya hanya ada dinding kaca, dia juga tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya, karena ditutupi gorden. Hanya ada satu koridor yang panjang didepan pintu lift ini, Koridor ini didesain sangat indah dominan warna putih dan hitam, langit-langitnya pun sangat mewah Nata memperhatikanya sembari berjalan, ini pertama kali baginya masuk ke gedung besar dan kelantai 5, lalu bergegas melangkah sedikit mempercepat langkahnya, sampai menemui satu pintu dengan tulisan ruang CEO Rangki. “aku rasa ini ruang nya” setelah mengatur nafas lalu mengetuk pintu.
Tok…tok.. tok.. tiga kali ketukan, tidak ada suara, memberanikan diri secara perlahan pintu didorongnya, mencondongkan badan kedalam dan terlihat sosok CEO muda, wajahnya sangat tampan, rahang nya tegas, kulitnya bersih, pakaianya rapi , sangat cocok denganya. Permisi pak ucap Nata.
“kamu, pemagang baru kemari” ucapnya keras. CEO Rangki terlihat sedang memengang biografi pemagang sambil membaca Permata Nata, 20 tahun jurusan TataBoga, telat bekerja di hari pertama nya. Nada suara CEO ini tegas terdapat sedikit intimidasi disana saat menekakan hari pertama. “benar sangat disiplin disini” pikir Nata. Sebenarnya dia sudah sangat gugup untuk menghadapi hari ini namun tidak ada jalan mundur pikirnya.
Nata berjalan dengan cepat, dan segera membungkuk “maafkan saya Pak, saya berjanji tidak akan telat lagi”. Saat nata membungkuk aroma syampo yang pagi tadi dipakai Nata terhendus ke hidung Rangki, shampo tadi dibilas dengan cepat sehingga aromanya masih sangat menyengat. Rangki merasa terganggu, dengan aroma itu,dapat menarik dan membangkitkan hasratnya, dan ini masih pagi tentu hasrat laki-laki lebih besar. Rangki sosok laki-laki yang susah mengendalikan diri apalagi dipagi hari, sejenak terdiam dan menahannya. Nata masih menunduk dengan hormat, menunggu permohonan maafnya diterima.
Rangki tidak melepas tatapanya saat bagian dalam kemeja pink muda itu terlihat jelas, berisi, membangkitkan hasratnya yang sedang ditaha. Tidak ingin membuat kegaduhan dipagi hari, tapi Nata ini sangat menggoda pikirnya. Bajunya kenapa tranparan begini pikir Rangki.
“maafkan saya, jangan pecat saya, ini pengalaman pertama saya dan tidak akan mengulang kesalahan yang sama” ucap Nata dengan terbatah-batah suara sedikit pelan. Yang terdengar di telinga Rangki begitu menggoda dan merayu. “syiittt” desih Rangki, “apa dia sengaja mengoda ku” seperti gadis-gadis yang biasa ditemuinya.
Seketika Nata menegakan tubuhnya, “maafkan saya pak Ucapnya lagi” seketika tatapan keduanya saling menatap.
Rangki sedari tadi tergoda dengan aroma tubuh Nata. Saat melihat wajah nata yang memang sangat cantik, bibir merah mengoda, semakin membuat Rangki susah mengendalikan dirinya. Hidungnya mancung, kedua alisnya hitam dan tebal berbentuk indah dengan bola mata biru, cantik, tidak terlihat polesan bedak. Terlihat sangat cantik dan mengoda.
Ya memang Nata terburu-buru dan tidak sempat berdandan.
Nata diam menunggu instruksi selanjutnya, dia tidak berani berucap lagi ketika ditatap oleh bosnya yang seaakan-akan segera menerkamnya. “apakah semarah itu padaku hanya karena terlambat” pikir Nata.
Rangki terus memperhatikan tubuh Nata, yang memang sangat menggoda, tinggi sekitar 160, tinggi semampai untuk wanita dengan postur tubuhnya yang sedikit kurus, yang berisi hanya bagian depan dan belakang, kulitnya putih bersih, mengunakan kemeja pink muda berlengan pendek, baju nya sedikit transparan, “wah wanita ini benar-benar mengoda pagi ini” dengan mengunakan rok hitam selutut sedikit kembang sangat pas dengan nya benar- benar membangkit hasrat Rangki, Rangki menjadi gila seketika, bagian tubuh bawanya bereaksi tanpa bisa dikendalikan, tidak dapat disembunyikan hasranya. “apakah dia memang secantik ini atau aku yang tidak bisa mengendalikan diri lagi” pikirnya keras.
Tubuh Rangki bergerak diluar kendalinya, bangkit mendekati Nata. “apa alasan mu terlambat pagi ini” tanya Rangki sambil menyentuh lengan Nata, dengan sedikit intimidasi tanganya di pegang sangat keras. Nata terkejut dengan perlakuan dadakan CEO Rangki. Tidak terbiasa bersentuhan dengan lelaki, apa lagi yang baru dikenal. Dengan gegabah mundur dengan cepat menarik tangan nya agar terlepas, namun naas karena tarikan begitu kuat Nata terlepas dari gengaman Rangki, disaat hampir terjatuh Rangki dengan cepat menagkap pinggang Nata dan menariknya mendekat ke pinggang Rangki, mereka saling berhadapan dan tubuh mereka tanpa jarak. Jantung Nata berdenyut lebih cepat, serasa akan keluar, dan seketika terkejut ketika merasakan bagian depan CEO mengeras dan sedang menepel tepat di bagian bawah perutnya. Spontan mendorong CEO, namun pelukan CEO makin kuat, menguatkan kedua tanganya pada pinggang Nata. Rangki mulai kehilangan kesadarannya, akal sehatnya sudah tidak dapat bekerja jika bertemu gadis yang bisa membangkitkan hasratnya.
“maaf pak bisa tolong lepaskan saya, saya merasa tidak nyaman dengan posisi ini” ucap Nata tegas namun suaranya terdengan begitu khawatir.