Rhea memang tidak akan bisa berhenti memuji bagaimana indahnya ruangan yang disebut sebagai ‘kamar’ oleh Darel.
Tempat ini sangat menawan dengan lantai indah berwarna hitam. Ada banyak ukiran emas di dinding dan laint-langit kamar ini. beberapa lampu khas orang kaya yang memberikan penerangan. Ruangan ini terkesan hangat dan nyaman, tapi juga terlihat menyeramkan di saat bersamaan karena banyaknya warna hitam yang di tampilkan.
Pria yang sedang berdiri membelakangi dirinya ini adalah manusia misterius yang menyukai satu warna secara berlebihan. Bagaimana mungkin dia selalu menggunakan warna hitam untuk setiap hal yang dia miliki?
Untuk sejenak Rhea hanya diam sambil menatap sebuah ranjang kokoh yang ada di tengah ruangan. Terlihat jelas jika tempat itu sangat mahal. Semuanya berwarna hitam.
Lalu sebuah kaca besar yang menghadap langsung ke arah kolam renang di lantai bawah. Wow, Rhea bisa melihat bagaimana segarnya kolam itu ketika dirinya mulai berjalan mendekati kaca.
Darel memiliki kebiasaan mendekor sesuatu dengan cara yang sama. Dia menyukai warna hitam dan suka melihat pemandangan lain yang ada di luar sana di balik kaca besar. Baiklah, Rhea akan mengingat itu baik-baik.
Ada sebuah kaca besar yang menghadap dirinya. Rhea jadi bisa menatap pantulan dirinya sendiri, berdiri dengan kemeja dan rok pendek. Memperlihatkan betapa sempurna tubuh yang dia miliki. Orang tidak akan menyangka jika Rhea pernah melahirkan. Tubuhnya masih sama, tetap indah dan menawan. Sejujurnya Rhea sangat bersyukur dengan fakta itu.
“Ada yang ingin ditanyakan?”
Rhea membalikkan tubuhnya. Menatap Darel yang masih setia berdiri membelakangi dirinya.
Bukankah Darel yang mengajak dirinya datang ke sini? Kenapa malah Rhea yang diminta memberikan pertanyaan?
Tapi bukannya menyuarakan kebingungannya, Rhea justru tersenyum. Perempuan seperti dirinya memang akan selalu pandai dalam menguasa suasana. Jadi, Rhea juga akan melakukan hal yang sama. Menguasai suasana yang ada.
“Bukankah kamu yang ingin mengatakan sesuatu? Katakan saja semuanya..” Reha berjalan mendekati Darel. Menyentuh pinggang pria itu dari belakang. Berdiri tepat di samping Darel sambil tersenyum.
Seorang pria selalu ingin dimengerti sekalipun mereka tidak pernah mengatakan apapun. Beberapa korban Rhea yang lalu pernah sesekali membeberkan alasan mereka pergi keluar dan mencari hiburan di luar rumah. Bermain api yang perlahan merembet dan membakar diri mereka sendiri. Hangus hingga tidak bersisa.
Katanya, mereka terlalu muak dengan istri mereka yang semakin hari semakin sulit di atur. Kehidupan rumah tangga memang sedikit rumit, bagaimanapun caranya memberi tahu, Rhea tidak akan pernah paham karena dia memang belum menikah. Tapi sedikit banyak Rhea tahu apa yang menjadi alasan pria beristri pergi dan mencari mainan lain.
Kadang pernikahan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Hal itu tidak hanya berlaku pada wanita, pria juga merasakan hal yang sama. Merasa bosan dengan keadaan yang ada.
Sayangnya tidak seperti wanita yang sering mengungkapkan isi hatinya, pria cenderung diam. Diam-diam mencari yang lain maksudnya..
“Beberapa hal yang mungkin tidak pernah kamu tahu, kamu harus melakukannya mulai hari ini hingga kontrak kita selesai seperti yang sudah kamu tanda tangani.”
Rhea tersenyum miring. Kapan kontrak itu selesai tergantung dengan Darel sendiri. Ketika pria itu memberikan sebagian hartanya pada Rhea, saat itulah semuanya selesai.
“Aku memang membaca apa yang tertulis pada dokumen itu. Mengenai kita yang tidak akan hanya memiliki hubungan antara sekretaris dan bos, tapi lebih dari itu. Seperti tinggal di kamar yang sama. Hanya saja aku tidak pernah tahu jika itu artinya aku harus berhadapan dengan istrimu. Entah aku yang tidak membacanya atau memang hal itu tidak ada di dalam kontrak yang tertulis”
Untuk sejenak ruangan ini kembali sunyi. Membiarkan Rhea tetap diam untuk mengamati sosok Darel dari samping. terlihat lebih sempurna karena dari sisi ini, rahang keras Darel terlihat sangat menawan. Beberapa bulu halus yang tumbuh di dagunya. Juga hidung mancungnya yang seakan menggoda untuk disentuh.
Darel sangat menawan. Rhea sadar akan hal itu sejak pertama mereka bertemu tadi pagi. Hanya saja, berada di dalam kamar hanya dengan orang itu membuat suasana tampak sedikit berbeda. Entah hanya Rhea saja atau pria di sampingnya ini juga merasakan. Sejak tadi Darel tidak sekalipun menengokkan wajahnya pada Rhea.
“Memang tidak tertulis di sana”
Jawaban itu membuat Rhea mengangkat alisnya.
Sebenarnya permainan apa yang akan dia lakukan?
Darel penuh dengan pesona yang misterius. Sepertinya Rhea akan sangat tertantang dengan misi kali ini.
“Lalu.. apa yang terjadi? Kenapa membawaku ke sini sementara kamu memiliki seorang istri yang sangat menawan itu? Tidak mungkin kamu ingin selingkuh darinya, bukan? Lagi pula ini bukan cara yang tepat untuk memulai perselingkuhan”
Sejak awal Rhea memang penasaran. Seharian ini Rhea menghabiskan waktu dengan memikirkan alasan di balik perjanjian konyol yang Darel berikan padanya. Awalnya Rhea hanya merasa sedikit curiga saja. Tapi begitu melihat drama menarik yang terjadi di lantai bawah, Rhea tahu.. ada sesuatu yang salah di sini. Dan Rhea ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Ada beberapa hal yang cukup kamu tahu tanpa kamu mengerti. Sesuai dengan perjanjian kita, kamu harus tinggal bersamaku di rumah ini.. atau lebih tepatnya di kamar ini. Yang lainnya, kamu tidak perlu tahu”
Setelah itu Darel melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar. Meninggalkan Rhea yang masih menyimpan tanda tanya besar di kepalanya.
Sangat tidak bisa dipercaya. Apa yang Darel inginkan dari dirinya jika pria itu keluar setelah mereka masuk ke kamar ini?
Pria itu.. dia mau melakukan apa?
***
Rhea tahu sejak awal ada yang salah dengan perjanjian aneh yang dia setujui bersama dengan Darel. Wanita itu hanya membaca beberapa poin penting dan hanya fokus pada kata ‘mereka akan tinggal satu kamar selama perjanjian berlangsung’. Sudah, hanya itu saja.
Tapi begitu melihat secara langsung apa yang terjadi.. Rasanya Rhea jadi penasaran.
Semuanya semakin jelas ketika makan malam tiba.
Sejak Darel meninggalkan kamar sore tadi, pria itu sama sekali tidak kembali untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Rhea juga tidak berani keluar dari kamarnya karena merasa.. entahlah. Rasanya cukup canggung jika dia nanti berpapasan dengan Alea. Sekalipun Rhea yakin rumah ini sangat luas dan kemungkinan untuk bertemu dengan Alea sangat kecil.
Huh, Rhea jadi menghembuskan napasnya dengan kesal karena mengingat satu hal. Untuk apa dia merasa takut pada wanita itu? Darel sendiri yang memintanya untuk datang dan tinggal di rumah ini.
Tapi suasana mendadak berubah ketika makan malam tiba. Rhea memang dipanggil oleh seorang pelayan untuk keluar kamar dan segera mengikuti makan malam.
Meja makan ini memang dipenuhi banyak sekali makanan yang sangat jarang bisa Rhea nikmati. Makanan mahal yang biasanya hanya akan Rhea makan ketika salah satu korbannya mengajak dia makan di restoran mahal.
Wow, mereka menyantap makanan ini setiap hari?
Sangat tidak adil!
Meja besar yang dipenuhi makan. Tapi ada tiga orang yang duduk dengan suasana tidak menyenangkan.
Sejak tadi hanya Rhea yang antusias mencoba beberapa makanan. Sementara dua orang yang duduk saling berhadapan di sisi terjauh meja ini hanya diam saja. Menikmati makan malam mereka dengan tenang.
Apa mereka memang terbiasa makan dengan keadaan hening seperti ini? Tidak ada satupun suara kecuali dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Rumah tangga ini pasti sedang diterpa badai.
“Kamu mau menambah makanan lain, Rhea?”
Rhea hampir saja tersedak ketika mendengar suara Darel bertanya padanya dengan nada riang. Sangat berbeda dengan suara yang tadi dia dengar ketika mereka sedang berada di kamar. Pria itu.. kenapa dia aneh sekali?
Tapi Rhea tentu tidak akan menunjukkan rasa penasarannya itu di sini.
Jadi, Rhea tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan.
“Aku tidak bisa makan terlalu banyak. Ini sudah lebih dari cukup” Jawab Rhea sambil menunjukkan piringnya yang memang sudah terisi dengan beberapa makanan.
Rhea sangat menyukai tubuhnya yang sekarang. Makan malam terlalu banyak hanya akan merusak bentuk tubuhnya.
Rhea tidak akan membiarkan tubuhnya hancur.
Untuk sejenak Rhea menatap Alea yang duduk di sudut terjauh dari Darel. Wanita itu memang duduk di depan Darel, tapi jarak mereka terlalu jauh. Rhea sendiri lebih memilih untuk duduk tepat di sebelah kanan Darel. Berada di dekat pria itu.
“Kamu harus banyak makan agar tidak jatuh sakit”
Lagi, Rhea masih merasa kebingungan dengan apa yang Darel katakan. Pria itu berucap dengan lembut seakan mereka pasangan kekasih. Wow, itu sangat mengejutkan.
Entah bagaimana, tapi melihat Darel duduk sambil menggenggam sendok terlihat sangat menawan. Pria itu memang sangat tampan sehingga apapun yang dia lakukan terlihat menarik di mata Rhea.
“Tidak, jangan khawir seperti itu. Aku tidak akan jatuh sakit” Rhea tersenyum menggoda. Sekalipun sudah malam, Rhea tetap tidak menghapus riasannya. Ini adalah hal yang paling tidak Rhea sukai.
Apapun yang terjadi Rhea tidak akan membiarkan seorang pria menatap dirinya yang polos tanpa riasan. Rhea memang cantik, tapi jika tanpa riasan, Rhea tidak percaya diri. Tidak ada satupun laki-laki yang pernah melihat wajahnya tanpa make up.
Dan tinggal bersama Darel akan menimbulkan satu masalah baru bagi Rhea.
Jika biasanya pria lain akan bertemu dengannya di malam hari dan hilang ketika pagi hari, Darel tentu tidak akan seperti itu. Pria itu akan tidur di sampingnya selama waktu yang cukup lama. Entah bagaimana caranya Rhea bisa terus mempertahankan riasan di wajahnya. Rhea juga cukup sadar jika kulitnya tidak akan sanggup terus dipakaikan riasan selama 24 jam.
Huh, ini pertama kalinya dia akan terus tinggal bersama dengan korbannya. Pria lain lebih suka mendatanginya, memakainya, lalu pergi.
“Jangan pernah berpikir kamu bisa jatuh sakit ketika di sini, baby girl”
Rhea merasakan jika aura di meja makan terasa semakin mencekam. Darel memang mengatakan kalimat yang manis, hanya saja itu tidak terucap di matanya.
Pria itu kosong. Terlihat tidak merasakan apapun.