“Ya, Pak?”
Darel kembali mengangkat pandangannya. Menatap sekretarisnya yang sekarang sedang duduk di hadapannya.
Jika diperkirakan, Rhea mungkin seusia dengan Alea, istrinya. Wanita itu cantik, sangat cantik. Jujur saja Darel tidak bisa mengalihkan tatapannya ketika pertama melihat Rhea dari layar monitor.
Huh, hidup dengan di kelilingi wanita cantik. Pria lain mungkin akan merasa sangat senang karena hal itu, hanya saja Darel sedikit berbeda.
Dia juga menyukai wanita, Darel bahkan beberapa kali tidur dengan wanita. Darel juga berakhir dengan menikahi seorang wanita cantik. Tapi itu semua tetap tidak bisa membuat dirinya terikat. Di dunia ini tidak ada yang bisa mengikat dirinya. Termasuk istrinya sekalipun.
“Kamu sudah menandatangani kontrak untuk bekerja dengan saya?” Darel kembali membuka pembicaraan mereka.
Matanya menangkap jika wanita yang sedang duduk di hadapannya menganggukkan kepala. Sepertinya ini memang saatnya untuk memberi tahu bagaimana cara mereka bekerja. Kerja sama yang tidak terjadi antara sekretaris dan atasan di tempat lain. Hanya saja, memang inilah yang harus dia lakukan.
“Ada yang kamu tanyakan?” Darel kembali bertanya.
“Tidak. Saya setuju dengan semuanya”
Wanita itu tersenyum. Membuat Darel menghembuskan napasnya. Sejujurnya ada perjanjian lain yang tidak diketahui oleh orang lain. Perjanjian yang hanya akan mereka setujui bersama.
“Sayangnya kamu tidak hanya akan bekerja menjadi sekretaris saja. Ada beberapa hal yang akan saya minta darimu.. jika memang kamu merasa tidak suka dan tidak nyaman, kamu bisa langsung mengundurkan diri saat ini juga”
Darel tahu jika wanita yang berada di depannya ini mengernyitkan dahinya. Menatap bingung pada dokumen yang dia letakkan di atas meja hitam.
Mencari seorang sekretaris memang bukan perkara yang mudah. Orang lain hanya akan memikirkan kinerja sekretaris itu ketika sedang berada di kantor, masalahnya.. Darel tidak hanya membutuhkan seorang sekretaris ketika sedang berada di kantor. Ada beberapa hal yang harus diurus sekretaris itu di luar perjanjian prakerja di kantor ini. Sesuatu yang rumit, tapi tetap Darel lakukan sejak 3 tahun lalu. Ya, sejak dia dipaksa menikah dengan seorang gadis cantik yang juga adalah model papan atas. Istrinya memang cantik, tapi Darel tidak akan merendahkan dirinya di hadapan seorang wanita. Tidak akan pernah..
“Maaf, ini apa?” Pertanyaan itu membuat Darel kembali memfokuskan pandangannya. Menghalau segala pemikiran yang sekarang sedang mengganggu dirinya.
Darel menghembuskan napas pelan. Membuat seseorang mengerti apa yang dia inginkan memang bukan perkara yang mudah. Apalagi wanita yang sedang duduk di depannya ini adalah orang asing.
Tapi, untuk banyak proyek besar yang akan dia tangani, dirinya membutuhkan seorang sekretaris.
Dan selama tiga tahun ini, mungkin sudah lebih dari 30 sekretaris yang memutuskan untuk resign setelah tahu apa saja yang akan menjadi tugas mereka.
Darel berharap wanita kali ini bisa dibuat mengerti dengan cepat.
“Baca saja dulu..”
Setelah mengucapkan itu Darel mulai berjalan menuju kaca besar yang ada di sampingnya. Menikmati pemandangan Jakarta yang semakin hari terlihat semakin suram. Tidak ada langit biru.. hanya ada kabut tebal yang menutupi pemandangan.
Huh, polusi udara yang tidak terkendali.
Sebenarnya semua orang ikut terlibat untuk membuat kekacauan ini, tapi kebanyakan lebih memilih tidak peduli dan malah menyalahkan pemerintah yang dinilai tidak becus melakukan penataan kota.
“Maksud Bapak saya juga akan tetap menjadi sekretaris ketika jam kerja saya berakhir?”
Darel membalikkan badannya dengan pelan. Menatap seorang wanita yang kini juga berdiri menghadap dirinya.
Wanita itu sangat cepat membaca sebuah dokumen panjang, Dan dia langsung mengerti sekalipun Darel belum memberikan penjelasan apapun.
Mungkin sekretaris yang satu ini memang cukup cerdas. Darel tidak boleh melepaskannya begitu saja. Dia membutuhkan orang yang cekatan dan mudah mengerti seperti wanita ini untuk terus menjalankan perusahaannya ini.
“Kamu mengerti apa yang berada di dalam perjanjian itu?”
Darel melangkahkan kakinya dengan pelan untuk mendekati wanita itu. Duduk tepat di atas meja yang berada di depannya.
Darel cukup sadar jika dia melihat ada sorot ketertarikan yang wanita itu lemparkan padanya. Hanya saja.. setelah banyaknya wanita yang dia lihat, Darel tidak tertarik dengan wanita ini. Bukan karena dia tidak cantik, tidak. Darel bahkan yakin jika wanita ini amat sangat cantik seperti Alea, istrinya. Hanya saja Darel memang tidak tertarik dengan mereka. Satu wanita yang sekarang menjadi pajangan di rumahnya sudah lebih dari cukup. Darel tidak suka bermain api, juga tidak suka terlibat dalam permainan api.
Tapi wanita ini memang cukup menarik. Setidaknya itu yang akan dipikirkan oleh pria lain.
“Tentu saja. Aku bahkan sudah menandatangani perjanjian tambahan itu”
Darel memang cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh wanita ini. dia bertindak di luar perkiraan Darel. Bahkan dia mengubah sapaan mereka menjadi lebih santai.
Sambil menghembuskan napasnya perlahan, Darel mencoba untuk tetap tenang. Bagaimanapun juga Darel harus tetap menjelaskan apa saja yang dia inginkan dari wanita ini.
Darel tidak ingin suatu saat nanti ada tuntutan hukum yang menjerat dirinya. Ya meskipun dia akan tetap memenangkan tuntutan itu karena sudah ada kesepakatan yang sudah ditanda tangani, Darel tetap tidak ingin nama baiknya tercemar begitu saja.
“Saya baru akan memberikan penjelasan padamu mengenai apa saja yang akan kamu lakukan..” Kata Darel dengan pelan.
Bibir wanita yang ada di depannya tersenyum. Terlihat jelas jika dia sama sekali tidak keberatan pada perjanjian mereka.
“Tidak masalah. Aku tidak memiliki keluarga. Aku bisa tinggal di manapun Bapak mau..”
Sayangnya Rhea Allia mungkin tidak mengerti apa yang dia inginkan. Ada beberapa hal yang mungkin sedikit tidak menyenangkan.
“Bukan hanya tinggal. Aku menginginkan lebih dari itu..”
“Apa yang Bapak inginkan?”
Darel bersumpah jika di mata wanita itu memang tidak tergambar ketakutan sama sekali. Jika beberapa orang berpikir mengenai betapa anehnya dirinya, Rhea berbeda. Wanita itu malah terlihat senang.
Darel masih tetap mengawasi ketika wanita itu mulai berjalan mendekatinya. Suara sepatunya terdengar dengan jelas di ruangan ini.
Berdiri tepat di hadapan Darel dengan senyum yang mengikat. Membuat Darel tidak mengalihkan tatapannya. Dia seorang pria dewasa, sekalipun tidak pernah melanggar aturan apapun, tubuhnya masih tetap sama dengan tubuh seorang pria biasa.
Dan apa yang dilakukan oleh calon sekretaris barunya tentu adalah perbuatan yang sedikit melanggar batas.
“Saya setuju”
Hanya dengan satu tarikan napas wanita itu menjawab dengan mudah. Seakan dia memang tidak keberatan sama sekali pada beberapa hal yang mungkin akan sedikit merugikan dirinya. Perjanjian yang jika ditawarkan pada seorang perempuan murahan akan dengan mudah dia terima, hanya saja.. Darel tidak pernah menemukan seorang perempuan murahan yang berpendidikan dan bisa menjadi sekretarisnya. Ya, begitulah.
Dia tidak bermaksud merendahkan perempuan, hanya saja memang begitu kenyataannya.
“Kamu akan tinggal di rumah saya mulai malam ini. Kamu tidak keberatan?” Tanya Darel sekali lagi. Sekedar memastikan jika wanita ini memang sudah membaca semua perjanjian mereka.
Wanita itu tersenyum samar. Terlihat jelas jika ada kilat tidak suka di matanya. Tapi bibirnya malah menampilkan senyum.
Untuk sejenak Darel jadi sedikit bingung.
“Tentu saja tidak keberatan. Aku sudah membaca semua perjanjian itu, termasuk ketika kita harus tidur satu ranjang setiap malam”
Darel tahu jika lagi-lagi dirinya melanggar batasan pernikahan. Hanya satu peraturan yang pernah dia langgar, janji yang katanya suci itu telah dia langgar berkali-kali. Hanya saja memang tidak ada cara lain. Tidak ada cara lain yang menggambarkan rasa tidak sukanya.
“Kamu tahu konsekuensi apa yang harus kamu tanggung?” Darel mendekatkan dirinya. Mencoba untuk melihat keberanian wanita yang malah semakin mendekatkan dirinya. Seakan membiarkan saja kalau tubuh mereka bersentuhan.
Darel memang tidak mengerti latar belakang kehidupan Rhea kecuali fakta yang mengatakan jika wanita ini lulusan salah satu universitas ternama di kota ini. Hanya itu saja yang dia pertimbangkan ketika menerima laporan dari bagian HRD. Tapi mendapati respon apa yang dia dapatkan kali ini, mungkin sekarang Darel memang menemukan orang yang paling tepat.
Mungkin Rhea mau tetap menjadi sekretarisnya dalam jangka waktu yang lama.
Karena selama ini, beberapa sekretarisnya lebih memilih untuk membayar denda dari pada melanjutkan pekerjaan mereka. Ya, meskipun pada akhirnya Darel tidak menerima uang itu. Tidak, Darel tidak akan membuat orang lain rugi hanya karena masalah yang dia alami.
“Tentu saja. Aku sangat tahu konsekuensi apa yang akan aku tanggung..”
Jemari wanita itu bergerak untuk menelusuri wajahnya. Mengusap pelan pada jambang pendek yang berada di dagunya.
“Baiklah. Sampai bertemu nanti malam, Rhea Allia. Untuk hari ini kamu saya perbolehkan pulang cepat agar bisa membereskan barang-barangmu..”
***