Bab 14

1438 Kata
Rhea meletakkan dirinya tepat di atas Darel. Mengalungkan lengannya pada pria yang sudah mengenakan kaos dan celana pendek berwarna hitam. Ah, mungkin Rhea harus mulai mengoleksi pakaian dengan warna hitam. Darel sepertinya memang menyukai warna itu. Rhea tersenyum penuh kemenangan ketika melihat Alea menatapnya tajam. Wanita itu duduk di depan mereka. Tepat di depan depan.. bukan di pangkuan suaminya seperti yang Rhea lakukan. Ini kesempatan besar. Rhea tidak akan membiarkan dia kehilangan kesempatan ini. Darel juga adalah pria biasa. Rhea bahkan bisa merasakan jika pria itu mulai menegang tidak nyaman ketika Rhea menekankan dirinya mendekat. Menggodanya dengan setiap gerakan s*****l yang sengaja Rhea lakukan. Mengusapkan tangannya di d**a pria itu. Kembali membuat getaran menyenangkan pada tubuhnya. “Aku mohon, Darel..” Alea berucap pelan masih dengan menatap tajam ke arah Rhea. Seperti menyadari apa yang Alea lihat, Darel jadi mendekatkan dirinya pada Rhea. Seakan menyerahkan tubuhnya pada apapun yang akan Rhea lakukan. Rhea tentu semakin tersenyum. Dia memang selalu menang. Sekarang lihatlah kemenangan yang dia dapatkan. Seorang wanita seperti Alea Brawijaya.. dia kalah jika dihadapkan pada Rhea. Jalang murahan yang selalu dihina orang lain. “Apa yang ingin kamu katakan? Waktumu 5 menit, seperti yang kamu minta” Darel meletakkan sebuah ponsel yang layarnya menampakkan hitungan mundur. Wow, Rhea sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat. Sepertinya dengan ikut mendengarkan pembicaraan kali ini, Rhea akan mendapat beberapa informasi penting yang selalu ingin dia cari sepanjang hari ini. Beberapa hal tidak masuk akal yang Rhea biarkan terjadi begitu saja. Seperti duduk di pangkuan pria itu di depan istrinya. Menggoda Darel sambil terus menunjukkan sisi jalangnya. Memang itu yang selama ini Rhea lakukan, dia menggoda setiap pria. Mau bagaimana lagi? Hanya dengan cara itu dia bisa tetap hidup. “Singkirkan wanita itu dulu. Aku harus membicarakan sesuatu yang penting denganmu” Alea terlihat memohon kepada Darel. Apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga mereka? Sepasang suami dan istri yang tinggal di kamar yang berbeda. Darel yang bersikap seolah dia sangat tidak suka berada di dekat Alea. Sangat menarik untuk diketahui. Apa mereka sedang bertengkar atau semacamnya? Rhea jadi semakin penasaran. “Membicarakan sesuatu yang tidak mungkin aku lakukan. Waktumu semakin habis, Alea..” Mendengar suara Darel membuat Rhea kembali sadar. Bukan hanya Alea, tapi waktunya juga semakin habis. Hanya 5 menit saja. Rhea harus mengubah sesuatu yang sepertinya salah sejak awal. Menggoda Darel agar pria itu jatuh padanya. Membuat Darel berada di bawah kekuasaannya. Mengendalikan pria itu dengan nafsu dan dosa yang akan mereka lakukan. “Jangan seperti ini, Darel. Aku mengandung anakmu” Rhea mendengar suara helaan napas Darel. Hanya sesaat pria itu menunjukkan kemarahan dalam matanya, tapi kemudian dia seperti menghilangkan tatapan itu. Kini menundukkan wajahnya, mendekatkan diri pada bibir Rhea yang memang masih merona dengan lipstik yang dia kenakan. Melumatnya lagi, membuat Rhea jadi semakin menempelkan dirinya pada Darel. Menggesekkan tubuhnya pada d**a pria itu. Membuat gerakan yang menggoda dengan terus mencengkram tubuh Darel. Dan yang terakhir, tersenyum bangga ketika matanya melihat Alea mengusap air mata. Wanita itu sudah kalah. Kalah sejak Rhea melangkahkan kakinya memasuki rumah ini. “Lalu? Apa aku yang meminta itu? Kamu menjebakku, Alea” Perkataan yang Darel ucapkan membuat Rhea kembali mendongakkan kepalanya. Menatap Darel yang terlihat sangat marah. Kilatan cahaya di matanya menggambarkan dengan jelas jika pria itu marah. Kecewa pada keadaan yang ada. Memangnya apa yang salah dari kehamilan Alea? Bukankah pria itu butuh seorang anak untuk meneruskan semua usaha raksasanya? Kekayaan itu, seharusnya butuh pewaris bukan? Kenapa Darel justru terlihat tidak suka? Terlepas dari kenyataan jika Rhea akan mengambil beberapa harta kekayaannya, bukankah Darel memang harus mempersiapkan pewaris untuk itu semua? “Bagaimana mungkin aku menjebakmu? Kamu memang suamiku. Aku berhak atas tubuhmu” Rhea semakin mengernyitkan dahinya. Menjadi orang bodoh ternyata susah juga. Rhea jadi tidak mengerti apa yang terjadi. Kebingungan dengan ucapan Alea dan air mata wanita itu yang terus turun. Dia tidak lagi menahan laju air matanya. “Kamu tidak berhak atas apapun, Alea. Kamu tahu itu sejak awal kita menikah” Darel mengalihkan tatapannya. Terlihat sangat tidak suka dengan bahasan yang Alea inginkan. Tapi Rhea tentu tidak peduli. Menjadi w************n artinya Rhea harus terus menggoda Darel bagaimanapun keadaan pria itu. Mencoba mengalihkan tatapan Darel dari Alea. Membuat pria itu hanya fokus untuk dirinya. Tangan Rhea bergerak pelan untuk menyentuh paha pria itu. Mengusapnya dengan pelan. Semakin ke atas.. bergerak dengan pelan untuk menyentuh sesuatu yang dia inginkan. Tapi tangan Darel segera mencekalnya begitu Rhea mendapat apa yang dia mau. Dengan kebingungan, Rhea mengangkat kepalanya. Mencoba mendapatkan penjelasan Darel yang terlihat biasa saja. Bahkan pria itu tidak menengokkan kepalanya sama sekali. Lagi, ketika tangannya dilepaskan oleh Darel, Rhea mencoba sekali lagi. Mengusapkan tangannya, bergerak dengan pelan. Tapi untuk yang kedua kalinya, Darel kembali menghentikan tangannya begitu Rhea menyentuh benda itu. Baru pada usapan pertama, Darel sudah mencekal tangannya. “Bukan sekarang, Baby girl” Ucap Darel dengan serak. Terlihat dengan jelas jika pria itu menahan gairah yang semakin membuncah. Membuat Rhea tersenyum puas. “Jangan membawa w************n itu masuk ke rumah kita, Darel” Rhea mengalihkan tatapannya. Kini jadi mengangkat satu alisnya. Menatap Alea yang secara terang-terangan berusaha untuk mengusirnya. Wow, dia cukup mengagumkan. “Ini rumahku. Pergilah jika kamu tidak suka pada apa yang aku lakukan” Rhea hampir menyemburkan tawanya ketika melihat tatapan kecewa yang Alea layangkan. Wanita itu tersakiti dengan sangat dalam. Oh, ini sudah lebih dari cukup untuk pembalasan atas apa yang Alea lakukan padanya sepanjang hari ini. wanita kasar itu kalah dengan cara yang paling rendahan. “Aku istrimu..” Darel mengusap pinggang Rhea perlahan. Menyusupkan tangannya untuk menyentuh perutnya yang memang sangat mudah di akses mengingat jika pakaian yang dia gunakan terlalu terbuka. Bukannya menolak, yang Rhea lakukan justru sebaliknya. Lagi pula untuk apa menikah jika apa yang Darel lakukan sangat nikmat? Pria itu menyentuh semuanya dengan tepat. Mengusap perutnya dengan pelan. Dan sesekali menyentuhkan tangannya ke atas. Menyentuh p******a Rhea yang memang tidak tertutupi apapun. Dia tidak mengenakan bra. “Semua orang juga tahu hal itu” Bersama dengan kecupan yang Darel layangkan pada lehernya, pria itu berucap dengan pelan. Sepertinya Darel memang sangat menyukai leher. Rhea akan mengikat rambutnya lain kali. Dia juga akan mengenakan pakaian yang membuat lehernya jadi terbuka. Terlihat dengan jelas untuk selalu menggoda Darel. “Jadi perlakukan aku sebagai istrimu. Kamu tidak perlu membawa wanita ke rumah ini, ada aku, Darel” Dengan harga diri yang mungkin sudah tidak dimiliki, Alea kembali berucap. Ah, wanita ini sangat menyedihkan. Dia memohon untuk sentuhan Darel sementara suaminya sedang duduk di depannya. Menikmati tubuh lain tepat di depan matanya. Hal yang sangat menyedihkan. “Aku tidak bernafsu untuk menyentuhmu, Alea..” Rhea kembali menahan tawanya. Sebisa mungkin wanita itu menyurukkan kepalanya ke leher Darel. Berusaha agar tidak ada satupun suara tawa yang keluar dari bibirnya. Rhea tidak ingin ikut campur dalam masalah suami istri itu. Yang Rhea lakukan hanyalah menggoda Darel. Hanya itu saja. Jadi sebisa mungkin Rhea tidak akan membuka mulutnya. “Satu menit terakhir.. apa yang kamu ingin katakan?” Darel kembali berbicara. Membuar Rhea jadi mengangkat kepalanya dan melihat jika memang waktu semakin berjalan. Tinggal satu menit lagi.. Apa yang bisa dikatakan di menit terakhir seperti itu? “Jangan seperti ini, Darel. Kita suami istri. Jangan biarkan wanita lain berada di tengah hubungan kita” Wow.. Rhea berusaha menahan senyuman yang berada di bibirnya. Tapi Darel sepertinya sudah menangkap senyumannya terlebih dahulu sehingga pria itu mengecup sudut bibirnya. Membuat Rhea jadi menahan tengkuk Darel. Tidak membiarkan pria itu menjauh begitu saja. Kini, ganti Rhea yang menunjukkan pertunjukannya. Wanita itu melumat bibir Darel, menyentuhkan lidahnya ke sepanjang bibir tebal itu. Terasa memabukkan. Apalagi ketika Darel membalas menghisap bibir bawahnya. Menggigitnya pelan sehingga Rhea merasa kehilangan kendali tubuhnya. Salah, Rhea salah besar. Darel adalah seorang pencium yang handal. Pria itu sangat menakjubkan dengan mata terpejam seperti ini. Seakan menikmati apa yang terjadi di antara mereka. Rhea jadi ikut memejamkan matanya. Mencoba untuk tetap melakukan sesuatu yang dia sukai. Menyesap bibir manis milik pria yang ada di depannya ini. “Aku sudah mengatakan padamu, Baby girl. Ini bukan waktu yang tepat” Sambil melepaskan pangutan mereka. Darel membersihkan sudut bibirnya yang mulai acak-acakan akibat lipstik yang dia kenakan. Darel mengusapnya sekilas. Membuat Rhea jadi memejamkan matanya sambil tersenyum. Sangat memabukkan. Bermain dengan seorang pria tampan yang sepertinya memiliki banyak pengalaman. Darel terlalu sempurna, itulah yang selalu membuat Rhea tidak bisa menahan dirinya sendiri. “Darel..” “Sayang sekali, Alea. Waktumu sudah habis..” Darel berucap pelan. Pria itu masih sempat mengecup sudut bibir Rhea. Tapi dia langsung menjauh begitu saja ketika Rhea belum menahan tengkuknya. Ya, seakan Darel memang tahu apa yang akan Rhea lakukan. “Darel.. aku mohon..” “Aku memberimu waktu selama 5 menit. Itu sudah berakhir” Rhea memang selalu berhubungan dengan pria b******k yang suka bermain api di balik istrinya. Tapi yang Darel lakukan kali ini memang cukup keterlaluan. Pria itu adalah si b******k yang sejati. Sayangnya, begitu mengetahui fakta itu, Rhea justru tersenyum. Banyak orang menghindari pria b******k. Tapi sebenarnya justru pria b******k itulah yang membawa banyak rasa menakjubkan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pria b******k yang mampu melakukan apapun yang ingin mereka lakukan. Membawa kenikmatan yang baru setiap hari. Seperti sebuah lirik lagu yang selalu Rhea suka nyanyikan. All good boys go to heaven but bad boys bring heaven to you ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN