Kenangan mengusik

1906 Kata
Sepulang kantor Arthur langsung pulang ke rumahnya, di ruang keluarga Celine dan ibunya sedang duduk bermain, ketika Celine menyadari papanya Pulang, ia pun langsung berlari ke pelukan papanya dengan beberapa pertanyaan yang sejak tadi memenuhinya kepala ada kecil itu. "Daddy!!" "Anak daddy sedang main apa?", tanya Arthur bergegas berlutut agar sejajar dengan putri semata sayangnya. Arthur terlihat lebih mencintai dan mendamba putrinya di bandingkan 5 tahun bersama Gretta. "Celine mau tanya dad", ujar Celine menundukkan kepala. "Ada apa, Sayang?" "Kata mommy, daddy mau membawa Celine ke Negara lain, benarkah?" Arthur menatap Gretta kesal, Gretta terlalu terbiasa melihat mata segelap malam itu ketika sedang marah. "Jawab daddy, apa benar?" "Hmm... iya sayang, itu benar" dengan terpaksa Arthur menjawanya lalu membelai rambut coklat putrinya. Putri yang memberikan kebahagiaan yang selama ini Arthur cari. "Terus mommy?" "Mommy akan tetap di negara ini, ini hanya perjalanan kita berdua sayang" "Celine ga mau ikut daddy, kalau mommy ga ikut, maunya Mommy ikut, daddy jahat" Ujar Celine berlari menuju tangga dan naik ke kamarnya. Arthur memijat pelipis matanya lalu menatap kesal ke arah Gretta, Arthur bergegas beranjak lalu menghampiri Gretta. Wanita yang sudah menemani dan memberikannya seorang putri kedua ini. "Aku sudah bilang padamu Gretta untuk tidak mengatakan kepada Celine sekarang, aku akan memberitahunya sendiri nanti dan kenapa kamu terus saja mengacaukan segalanya? " tanya Arthur kesal. "Maafkan aku Arthur, tapi aku keceplosan, sebagai ibu aku bisa apa!?" "Please, pulang lah" ujar Arthur mencoba meredam kemarahannya, bagaimana pun ia tak mencintai Gretta tapi Gretta sudah melahirkan  Celine ke dunia. "Aku akan menginap di sini malam ini, jadi izinkan aku... Aku akan menenangkan Celine" pinta Gretta yang tak peduli kekesalan Arthur. "Aku bilang.... pulang Gretta, jangan membuatku tambah pusing" ujar Arthur penuh penekanan dan sontak membuat Gretta terkejut. "Baiklah, aku akan kembali besok pagi" Gretta berjalan menuju pintu keluar dan meninggalkan Arthur yang sedang berdiri menatap ke bawah. Seharusnya ia bisa memberitahukan putrinya sendiri dan membuat Celine mengerti, tapi jika sudah seperti ini Celine pasti akan salah faham dan menimbulkan rasa penasaran antara hubungan ayah dan ibunya yang sebenarnya. Arthur naik ke lantai atas dan masuk kamar putrinya. Sungguh Gretta membuatnya marah tapi ia tak bisa menunjukkan reaksi berlebihan karena itu hanya akan menyakiti Celine. Putrinya. "Sayang, jangan marah", ujar Arthur duduk di samping Celine yang sedang menggendong boneka Teddy bear miliknya. Pemberian kakeknya. "Kenapa mommy tidak ikut bersama kita, daddy?", tanya Celine tanpa menoleh ke arah sang ayah. "Mommy punya pekerjaan lain disini jadi mommy tidak bisa meninggalkannya, mommy bisa menyusul ketika pekerjaannya selesai" ujar Arthur mencoba membuat Celine mengerti dan membelai rambut putrinya. "Baiklah dad" ujar Celine. "Anak yang baik" belaian itu terasa hangat karena ayahnya selama ini selalu menemaninya selagi sang ibu pergi meninggalkannya. Arthur berperan sangat penting buat Celine demi menjaga Celine agar tak terbuai dengan masalahnya bersama Gretta. "Terus, kenapa mommy tak tinggal di sini lagi?", tanya Celine mendongak menatap sang ayah. "Tidurlah sayang" "Daddy jawab dulu donk" rengek Celine. Membuat Arthur tak tega. "Kamu belum mengerti sayang, suatu saat kamu akan mengerti" ujar Arthur membelai putrinya. "Kata mom, dad menceraikannya", ujar Celine membuat mata Arthur mengerjap hebat karena Celine mengetahui perceraiannnya. "Emang cerai itu apa sih!?" tanya Celine. "Hm, kamu akan mengerti nanti" "Kenapa Celine harus mengerti nanti dad? Apa cerai itu sama persis dengan Dad dan mom berpisah dan tidak serumah?" tanya Celine membuat Arthur geram dengan sikap Gretta yang selalu menceritakan segalanya pada putrinya. "Tidur lah nak" Arthur masih membelai lembut sang anak semata wayangnya. Setelah dari kamar Celine, Arthur langsung masuk kedalam kamarnya yang berada dekat dengan kamar Celine, Arthur menaruh tas kerjanya di atas nakas lalu membuka jas dan dasinya lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berukuran King size. Tiba-tiba ingatan itu kembali, Arthur mengingat ketika dirinya tak bekerja dan menghabiskan waktunya di rumah bersama Maureen. Sungguh kenangan yang indah sampai melupakannya pun begitu sulit sang Arthur lakukan. # Flashback ON Arthur terbangun, ia melihat cahaya dari tirai kamar, melihat Maureen yang sudah tak berada di kamar, Arthur beranjak, mengambil jubahnya yang telah tergantung dan keluar kamar mencari keberadaan sang pujaan hati. Ada ketakutan tersendiri ketika ia tak melihat Maureen berada di kamar. Arthur menuruni tangga dengan cepat lalu mencari Maureen dan mendapati pujaan hatinya itu sedang di dapur bernuansa pedesaan nan asri. "Pagi sayang" Arthur langsung menarik Maureen dan membalik tubuh kekasihnya itu lalu mengecup bibir Maureen yang begitu mencandunya. "Pagi juga sayang" "Aku pikir kamu pergi, Mabell mana?" "Dia menelponku katanya dia tak bisa kembali hari ini karena itu aku langsung menyiapkan sarapan untuk kamu" jawab Maureen lalu berbalik menggaruk masakannya. Arthur memeluk sang kekasih dari belakang. "Berarti aku bebas" kekeh Arthur sembari memainkan tangannya mengelus lembut Perut Maureen. "Sayang, ini masih pagi ahh" "Pagi pun tak masalah, bukan?" Arthur menggendong Maureen ala bridal style dan mendudukkannya di meja makan. Sungguh nakal. Maureen memekik, Arthur selalu saja berbuat seenaknya, tapi itu lah yang membuat Arthur menarik di mata Maureen dan Maureen tentu saja sangat suka. Hal itu malah sudah menjadi sebuah kebiasaan bercinta dengan cinta. "Aku tak akan membiarkanmu lolos, sayang" Goda Arthur. "Masakanku akan hangus sayang jika kamu melakukan ini" "Aku sudah mematikan apinya dan aku masih sangat kenyang sayang, jangan menipuku" kekeh Arthur yang masih memeluk pinggang ramping Maureen walaupun Maureen duduk di atas meja makan dan Arthur berdiri tegap. Arthur bergegas mencium bibir Ranum Maureen, ciuman itu pun lagi-lagi tak mendapatkan ujungnya sampai Arthur menyusuri setiap inci tubuh sang belahan jiwanya..benar-benar sarapan yang mengagumkan dan tentu tak membuat Arthur lapar. Dan mereka bercinta..lagi-lagi bercinta. Percintaan semalam tak membuat Arthur puas sampai pagi hari pun ia harus Meminta Maureen kembali untuk bercinta. Ciuman mereka bertaut mesra sampai Arthur menggendong Maureen ala bridal style menuju kamar, walaupun harus menaiki puluhan anak tangga tapi itu tak lantas membuat Arthur lelah. Arthur memperlakukan Maureen layaknya sebuah Berlian yang tak ternilai, penuh kelembutan dan rasa kagum. Mereka lagi lagi bercinta. Bercinta karena Cinta, itulah yang ada di Pikiran keduanya. Sungguh menakjubkan tak akan ada yang mampu menjadi penghalang. Flashback Off # Suara ketukan pintu menyadarkannya dalam ingatan kenangannya, sungguh membuatnya terkejut. Karena sesungguhnya Arthur tak ingin mengakhiri mimpinya. "Oh Tuhan, ada apa denganku? Kenapa bayangan itu selalu saja muncul? " gumam Arthur. Arthur bergegas, beranjak membuka pintu kamarnya. "Ada apa?" "Pedro menunggu Tuan di ruang kerja anda" ujar salah satu Maid yang datang membungkukkan badannya. "Baiklah" Arthur memihat pelipis matanya, berusaha menyadarkan dirinya lalu berjalan menghampiri ruang kerjanya. "Kapan kau kembali Pedro?" tanya Arthur sambil duduk di kursi kerjanya. "Aku baru saja sampai, apa benar kau akan ke Canada?" "Bisnis Fanford terletak di Canada, jadi aku memutuskan kembali kesana, tapi bukan hanya aku Pedro, tapi Celine dan kamu akan ikut bersamaku" ujar Arthur sambil memijat pelipis matanya. "Aku? Tapi bukankah perusahaan kita membutuhkan aku di sini jika kamu tak ada?", tanya Pedro heran. "Untuk sementara waktu kamu akan ikut denganku, aku membutuhkanmu disana untuk bisnis ini, setelah selesai kamu bisa kembali kesini" Ujar Arthur. "Bagaimana dengan Gretta?" "Kamu kan tau, aku dan Gretta sudah berpisah, hak asuh Celine jatuh ke tanganku, jadi Celine harus ikut aku dan Gretta tak akan ikut dengan kita, ini perintah" ujar Arthur. "Apa Celine mau jauh dari ibunya?", tanya Pedro. "Suatu saat Celine akan mengerti, Pedro" ujar Arthur. "Kapan kita akan berangkat?" "Pekan ini, aku harus ke Canada secepatnya" "Aku lihat, kamu begitu bersemangat untuk kembali ke Canada" goda Pedro. "Itu perasaan kamu saja" "Apa karena wanita itu?" "Bukan, kenapa semua orang mengira aku kembali ke Canada karena wanita itu? Sedangkan semuanya tau aku sangat membenci wanita itu, sudah 12 tahun Pedro..... sudah 12 tahun aku dan dia tak pernah bertemu, semua pun telah berubah, sekarang aku memiliki keluarga sendiri, apa aku harus menjelaskannya lagi walaupun sudah jelas kamu ketahui? Aishh.. aku jadi terpancing emosi setiap kali membahas wanita itu" ujar Arthur geram. "Tapi selama 12 tahun, apa perasaanmu berubah? Tidak, kan?" "Jangan memancingku Pedro, inti nya aku kembali ke Canada bukan untuk wanita itu, jadi jangan membahasnya lagi" Ujar Arthur sedikit kesal. "Bagaimana kalau kamu tak sengaja bertemu dengannya?" "12 tahun bukan waktu yang singkat Pedro, Semua orang bisa berubah hanya dalam waktu 1 bulan apalagi 12 tahun? Aku sungguh tak berniat bertemu dengannya" "Tapi kamu tidak berubah Arthur" "Jangan memulainya Pedro" "Aku hanya mengatakan ini karena khawatir jika niatmu bisa berubah suatu saat nanti setelah bertemu wanita itu" ujar Pedro. "Sesungguhnya aku tak akan pernah mau bertemu dengannya", ujar Arthur. "Baiklah aku akan ke kamar dan beristirahat", ujar Pedro. Arthur mengangguk. # Canada 10.00 AM Maureen menunggu semua karyawannya di ruang meeting, ketika semua telah berkumpul, Maureen menghela nafas panjang karena kesal telah menungguh selama semenit, ketegasannya memang membuatnya seperti ini, di dalam pekerjaan ia tak pernah ada rasa kasihan pada seseorang. "Apakah di Setiap waktu meeting aku sebagai atasan harus menunggu kalian? Jangan telat, aku sudah mengatakan itu berkali-kali, deadline sebentar lagi, kita tak punya waktu untuk bersantai, tolong kerjasama kalian untuk membuat edisi bulan ini sekuat tenaga" "Baik nona" "Dasar perawan Tua" bisik seseorang. "Bagaimana? Apa kalian sudah punya ide?", tanya Maureen. "Bagaimana dengan tim kecantikan?" "Untuk edisi Bulan depan, saya pikir untuk menulis Grooming Men (perawatan pria) juga tentang fashion pria, belakangan ini saya melihat banyak pria yang tertarik dengan fashion juga beberapa perawatannya, jadi Grooming Men akan meningkat kedepannya" Ucap Teri ketua tim kecantikan. "Itu bukan hal yang menarik untuk Di bahas dalam majalah edisi terbaru kita, itu sangat bertolak belakang dengan tema kita, jadi kita akan melakukan Pendekatan dengan cara baru, bukan hanya mendaftar keseluruhan produk" Teri hanya mengangguk santun tapi kesal jika ide yang ia berikan tak di setujui Maurern. "Selanjutnya tim fashion" "Saya berencana menulis tentang tren setiap periode dan menghubungkannya dengan fashion di sebuah fashion show Wendrel Bascon (Designer Luar Negeri) Seperti Garconne yang mewakili fashion Eropa yang di buat Wendrel dalam fashion shownya di tahun 2012, lalu membedakannya berdasarkan periode waktu untuk membuat pendekatan yang lebih mudah dan menyenangkan, Jadi saya telah menyiapkan beberapa fashion berbeda dalam contoh yang telah saya gambar di dalam Buku itu" Aiden menjelaskannya dengan panjang lebar. Andrea mengangguk-ngangguk. "Baiklah, saya akan mempertimbangkan ide yang kamu buat, nanti tolong ketua tim kecantikan agar memberikan ide lain dalam penulisan artikel, waktu kita sebentar lagi, jadi tolong untuk bekerja lebih kreatif, Lily meninggalkan pekerjaannya, jadi aku mohon pada kalian carilah Artis yang bisa bekerja sama dengan ketepatan waktu" Ujar Maureen lalu membuang ide yang di berikan Teri. Maureen berjalan meninggalkan Semua Tim Editing menuju ke ruangannya. "Sepertinya kamu akan kerja keras lagi Ter" Ucap Wandel asisten fashion. "Aishh dasar menyebalkan" ujar Teri. Maureen masuk ke ruangannya untuk menenangkan perasaannya. Sungguh menyibukkannya. Di detik kemudian Adeline masuk ke Ruangannya dengan mengetuk. "Adeline?" "Aku menunggumu hampir satu jam Maureen" "Aku baru saja selesai rapat, Ada apa? Tumben kamu kemari" "Aku hanya mengingatkanmu akhir pekan ini acara pembukaan bisnis baru Yann" ujar Adeline yang sudah tau pasti jawaban Maureen. Tapi tak ada salahnya membuat Maureen berubah pikiran. Sejenak Maureen berpikir dan menghela nafas panjang, jika ia menerima tawaran Adeline untuk ke Acara pembukaan Bisnis baru Yann, ia mungkin bisa melupakan hari-harinya yang suram, memang benar kata Adeline jika Maureen harus Move On dari masa lalunya dan jangan biarkan masa lalu mengekangnya. Maureen harus bangkit begitupun dengan hatinya, ia akan membuka hatinya untuk orang lain agar bayangan Arthur bisa meninggalkannya. "Bagaimana Maureen? Tapi aku tak butuh alasanmu, Yann pun sudah menelfonmu, kan? Aku tak enak jika Yann selalu bertanya" "Baiklah, aku akan pergi bersamamu" "Nah gitu donk, jangan selalu menolak ajakanku Maureen, anggap saja ajakanku ini adalah hal yang bisa membuatmu melupakan masa lalu iti" ujar Adeline. "Siapa pria yang akan kamu perkenalkan denganku, Adeline?" "Kamu bisa lihat nanti" "Jangan macam-macam, Adeline" "Macam-macam gimana!?" "Jangan sampai kamu menjodohkanku dengan pria yang tak ku inginkan" "Kamu kan bisa mengenalnya saja, aku tak memaksamu untuk langsung menyukainya, lagian dia bukan tipe pria yang pemaksa itu terlihat bagaimana dia menahan perasaannya demi kebahagiaan wanita yang pernah ia cintai" ujar Adeline. "Jadi maksud kamu aku akan kamu jodohkan dengan pria yang membutuhkan pelampiasan? Haha jangan membuatku menjadi pelampiasan seseorang Adeline"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN