Negara Baru.

1666 Kata
Indonesia. Meski di depanku adalah negara lain, mataku akan selalu menangkap untuk kuletakkan dalam hati. Langkahku di negara asing bukan untuk memunggungimu. Aku menunaikan kewajibanku di Manhattan. Tapi aku masih berhak mencintai negeriku. Takkan sanggup aku membuang pertiwi yang mengisi tiap mili darahku. Negeriku, pertiwiku... Aku akan terus merindukanmu di belahan dunia lain. .... Atmosfer Manhattan yang dingin menarik perhatian Swana. Dengan perut sedikit buncit dia nekat menjelajahi kota sekaligus negara yang asing untuk pertama kalinya sejak Ford mengajaknya tinggal di sini. Jelas Swana sangat antusias di Manhattan. Ini membuatnya seolah pindah ke dunia lain. Jakarta dan Manhattan. Dua-duanya kota yang besar dan pusat hingar bingar kehidupan. Kota yang seolah tidak memiliki waktu untuk tidur. Sejak dirinya hamil sikap Ford memang berubah seratus delapan puluh derajat. Dia menjadi suami yang baik, hangat dan perhatian. Segala perhatian itu Ford melambungkan perasaan Swana ke awan. Terlebih saat Ford yang mengajaknya tinggal di Manhattan agar dirinya tidak mendengar cacian masyarakat di asalnya---Swana merasakan kebahagiaan yang berlipat-lipat. Swana merasa sangat dicintai. "Kota ini segar dan dingin. Tidak seperti Jakarta yang panas, " ucap Swana. Suhu di Manhattan sangat cocok untuk bermalas-malasan. 'Sampai sekarang aku masih nggak nyangka gadis udik kayak aku bisa ada di luar negeri. Punya suami milyuner plus tampan lagi. ' Swana tersemyum geli karena merasa seperti Cinderella jaman modern. Hari ini, Swana berniat mengunjungi Ford. Itu karena Ford sering berkata merindukannya saat berada di kantor. Dia pun dengan senang hati menghapus rindunya hari ini. "Perlu bantuan memanggilkan taxi, Nyonya? " penjaga pintu apartemen yang berada di sebelah pintu masuk lobi apartemen menyapa Swana dengan bahasa inggris. "Tidak perlu tuan Mayer. Terima kasih. Aku akan memanggilnya sendiri. " Swana juga menjawab dengan bahasa inggris. "Hati-hati di jalan, Nyonya. " "Terima kasih tuan Mayer. " Swana melambai ramah. Dengan senyum di bibir, ia siap memberi Ford kejutan. Hanya butuh bantuan Taxi orange bagi Swana untuk menuju Tower yang terkenal di Manhattan. Di jalan,hiruk pikuk jalanan Manhattan yang penuh energi mengingatkannya pada jalanan kota Jakarta. Sungguh menakjubkan melihat umpatan ala orang Amerika saat pengantar pizza memotong jalannya. Meski demikian, tidak ada yang berani melanggar lalu lintas. Orang-orang di sini sudah sadar dan taat hukum. Sampai di gedung yang pernah Ford katakan, Swana langsung menuju lift. Tidak ada yang curiga padanya berkat penampilannya yang memang seperti ras kaukasia. Swana memang memiliki keturunan orang manado dan ibu berdarah sunda. Jadi dia memiliki ciri yang tidak jauh berbeda dengan perawakan asing. Dia memiliki mata coklat besar dan kulit putih dari ayahnya, juga ibunya. Dia cantik dengan wajahnya yang polos tanpa riasan. Lift yang membawa Swana akhirnya tiba di lantai di mana Ford bekerja. Dengan hati riang dia melangkah ke arah reseptionis untuk bertanya pada wanita berambut pirang pendek itu. Dia tidak sabar memberi Ford kejutan. Apalagi suaminya sering berkata merindukannya jika di kantor. Akan tetapi, sebelum kakinya melangkah. Ia melihat wanita yang dulu menjadi tunangan Ford keluar kantor dengan senyum lebar. Perasaan tidak nyaman pun menghampirinya. "Nona Cindy?" guman Swana. Tak lama kemudian Ford keluar dari pintu kantor. Mereka saling bergandengan keluar dari kantor menuju ke arah lift lain. Lebih tepatnya, Ford menaruh telapak tangannya ke pinggang Cindy dengan mesra. Deg. Perut Swana seperti ditinju dengan keras. Punggungnya mendingin seperti ada sebuah es yang mengalir di sana. Satu demi satu tubuhnya bereaksi karena pemandangan yang tersaji di depannya. "Mengapa mereka bisa berdua? Bukankah Ford bilang dia tidak lagi berhubungan dengan Cindy?" lirih Swana. Pandangannya memburam karena air mata. Dada Swana naik turun melihat Ford yang melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Cindy. Suaminya tersenyum lembut dengan mata penuh cinta. Sesuatu yang belum pernah dia tunjukkan pada dirinya. "Apa dia berhubungan dengan nona Cindy belakangku?" Dengan membulatkan tekad, Swana pun diam-diam mengikuti mereka berdua yang turun ke lantai satu. Dia melakukan tindakan seperti detektif untuk mencari informasi tentang hubungan mereka berdua meski hatinya berdenyut-denyut sakit. Swana melihat pasangan itu masuk ke gedung yang terlihat klasik di tepi Avenue Street. Rupanya mereka menuju restoran italian yang memiliki band musik jazz sebagai hiburan. Tangan Swana gemetar saat mengambil sweater berhodi dan menutupi dirinya dengan masker. Lalu duduk di sudut ruangan yang remang-remang. Dia memutuskan duduk di pojok meja yang membelakangi mereka. Mereka berdua terlalu terhanyut antara satu sama lainnya hingga tidak menyadari kehadirannya. Cindy bahkan menaruh kepalanya di bahu bidang Ford. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan. "Gimana kabar bayimu, Ford? " tanya Cindy. Dia menyeringai seksi menggoda Ford. "Jangan mulai. Itu juga akan jadi bayimu. " "Aku ngak bisa bayangin gimana wajah gadis malang itu kalau tau kau cuma bersandiwara. Pasti menarik. " "Aku bakal ngasih dia tunjangan seumur hidup. Kita cuma butuh bayinya. Itu saja. " "Yeah, aku emang ngak mau hamil. Itu enggak banget buat karirku. " Tangan Swana mengetat saat perbincangan mereka berlangsung. Perasaannya sangat buruk tapi dia ingin terus mendengar pembincangan kedua orang itu dengan bahasa Indonesia. "Pilihanku tepat, Kan. Dia gadis udik, ngak punya ortu. Jika kau ceraiin dia, pasti hak asuh bayi itu jatuh ke tanganmu. " "Aku tetep ngerasa bersalah udah menipu dia, bahkan merebut mahkotanya seolah aku mabuk. Padahal itu rencana kita. " Apa? Mata Swana terbelalak kaget. Seluruh tubuhnya seolah mati rasa dengan kenyataan itu. Jadi pemerkosaan itu sudah direncanakan? Swana mengerjab untuk menghalau pandangannya yang buram. Dia bisa merasakan air panas menelusuri pipinya dan menetes. Jiwanya seolah terbang saat tau kenyataan yang terjadi. Beruntung dia membelakangi dua orang itu dan berada di ruang yang remang-remang. Jadi tidak ada yang tau jika dirinya menangis. "Yah, teruslah berakting, Ford. Bersikaplah seolah kau suami idaman gadis udik Ahahaha. " "Tsk, aku sebenarnya ngak tega. Tapi gimana lagi. Udah terlanjur. " Swana tidak sanggup lagi mendengar perbincangan mereka berdua. Dia kemudian keluar setelah membayar minuman yang ia beli. Kakinya terus melangkah menjauh dari restoran italia itu sambil berlinang air mata. Hiks mereka sangat kejam. Ternyata pemerkosaan itu sudah di rencanakan. Ya Tuhan... Mengapa aku harus mengalami hal ini. Pantas saja sikap Ford berubah hangat saat tau aku hamil. Ternyata semua sudah dia atur bersama Cindy. Semua demi bayi ini. Swana kembali memanggil Taxi kuning. Dia berniat kembali ke apartement Ford di Upper side. "Selamat siang, Nyonya Swana, Apa harimu menyenangkan? " sapa penjaga pintu dengan bahasa asing. Swana membalasnya dengan ramah sambil menyembunyikan air matanya. "Selamat siang Tuan Mayer. Ya, aku mengalami beberapa kejutan yang luar biasa. Sampai jumpa Mr Miyer. " Karena takut ketahuan jika menangis, Swana kemudian masuk ke lobi menuju lift. Dia yang tadinya menahan tangis tidak kuat lagi. Dan ketika di dalam lift, tubuh Swana merosot ke lantai. Dia menangis sejadi-jadinya karena mengetahui jika semua ini hanyalah setingan Ford demi Cindy semata. Semua hanya kebohongan yang mereka ciptakan. Hiks. "Mengapa tuan Ford tega lakuin itu ke aku. Dia buat aku jatuh cinta padahal dia bakal membuangku gitu aja ketika bayi ini lahir hiks. " Hati Swana berdenyut kesakitan. Sikap baik padanya selama enam bulan ini, dan membuatnya jatuh cinta---ternyata palsu. Semua begitu menyakitkan karena Swana sudah memberikan hatinya pada Ford. Puas menangis Swana terdiam. Aku ngak mau hamil. Demi mendapatkan bayi. "Aku tidak mau menjadi bagian dari kebohongan mereka. Mereka akan mengambil bayiku. Pasangan jahat itu akan menyingkirkanku dan memisahkanku dari bayiku. Hiks. " Ting. Saat pintu lift terbuka, Swana bangkit dari lantai. Dia mengusap wajahnya dengan keras dan keluar. Pandangannya menajam seperti singa yang terluka. "Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil bayiku. Tidak!" Dengan terburu-buru Swana mengambil kunci dan masuk ke apartemen Ford. Swana menuju walk in closet dan mengambil koper juga baju-bajunya. Dia juga mengambil Paspor dan Visa yang ada di lemari. Kemudian mengambil kartu kredit. Swana menatap kartu kredit itu lama-lama dan menggelengkan kepala. "Tidak, aku ingin memulai hidup baru. Aku tidak ingin hidup dalam bayang-bayang Ford. " Swana meletakkan lagi dan menuju lift. Dia juga mematahkan kartu telepon dan membuangnya ke sampah. 'Aku akan bertahan demi anakku meski tanpa hartamu. ' Swana menuruni lift. Dia kembali bertemu dengan tuan Mayer, dan hanya melambai pada pria itu. Dia harus segera menjauh dari apartemen ini. "Taxi! " panggil Swana di trotoar jalan. Benda kuning itupun berhenti di depan Swana. Pria matang berambut coklat turun dari Taxi dan membantunya memasukkan koper ke bagasi mobil. "Silakan, Nona, " ucap sopir itu dalam bahasa inggris. Dengan sopan ia membukakan pintu untuk Swana. Mungkin karena dirinya hamil. "Thank you. " Swana mendesah lega. Meski rasa pengap mendesak dadanya dia meyakinkan diri untuk bertahan. "Nyonya Andrea, " guman Swana. Swana mencoba menghubungi seseorang yang berkenalan beberapa hari yang lalu. Saat itu dia membantu mencari seorang warga Indonesia sedang mencari anaknya yang tersesat. Namanya Andrea, dia pemilik swalayan khusus makanan Asia. Terkadang dia juga membuka restoran saat akhir pekan. "Ide bagus, aku akan menemuinya. " "Sabar, Nak. Aku tidak akan membiarkan mereka mengambilmu. " Swana tidak memiliki siapapun di dunia ini. Hanya bayinya satu-satunya yang ia miliki setelah tau jika sikap Ford ternyata palsu. Dia bersumpah akan mempertahankan bayinya mati-matian. Swana tidak akan diam dan menangis seperti dahulu. Ada anak yang perlu dia lindungi sekarang. Akan tetapi hati Swana tidak sanggup berpisah dengan Ford begitu saja. Ford suaminya dan dia mencintainya. Bukan salahnya jatuh cinta pada pria yang tiap hari mengatakan menyanyanginya. Bukan salahnya jatuh cinta pada suami perhatian, tampan dan lembut. "Putar kembali mobilnya, Pak. " "Baiklah. " Terlihat sang supir kebingungan. Meski demikian dia tidak protes dan memutar mobilnya kembali. 'Sebelum bayiku lahir, aku mau nyoba dapatin hatimu Ford. Meski aku tau kesempatanku cuma sepuluh persen, aku ngak akan nyerah. ' Swana pun menetapkan tekad untuk mendapatkan hati Ford. Jika memang Ford belum mencintainya hingga batas yang ia tentukan maka Swana akan benar-benar menyerah. 'Teruslah berpura-pura sampai kau lupa jika itu cuma pura-pura. ' Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN