Arash Rajaswa Althaf
Sequel from Marrying Mr. Tsundere
***
Arash Rajaswa Athaf
Keras dan tegas. Pria yang berkomitmen dan tidak pandai berbasa-basi. Terbiasa berbicara seperlunya. Pria yang selalu mutlak dengan segala keputusannya.
*
Eshal Lathifah Armaghan
Penyuka kesederhanaan. Wanita terpelajar, penurut, dan penyayang keluarga. Anak emas dari keluarga Armaghan.
***
Persaingan bisnis yang tidak sehat, membuat Arash dan Eshal harus dihadapkan dalam sebuah hubungan tak berdasar.
Hingga sebuah rahasia terkuak dan menarik cerita lampau. Menjerat seorang pria lansia yang sangat dia sayangi dan hormati.
Tidak ada yang bisa dia lakukan, selain mengikuti permainan kotor mereka. Sampai akhirnya dia tidak tahan dan sikapnya mengejutkan semua orang.
*
*
---**---
Mansion Gulbahar, Dubai, UAE.,
Lantai 2.,
Ruang keluarga.,
Sore hari.,
Mereka baru saja kembali dari pemakaman pribadi keluarga Alecjandro. Di ruangan keluarga, mereka semua berkumpul.
Dyrga beserta istri dan anak-anaknya memutuskan untuk berlibur selama seminggu di Dubai. Tidak lupa bagi mereka untuk berkunjung ke pemakaman pribadi keluarga Abraham Althaf dan Alecjandro.
Mereka juga berkunjung di kediaman mansion Fakra Al-Bakhri, dan keluarga mereka yang lainnya sebagai perwakilan dari orang yang paling mereka sayangi, Azzura Abraham Althaf yang saat ini berada di New York.
...
Ayra melirik sang putri yang asyik bermain ponsel di sofa ujung sana.
“Aza ... kamu sedang apa, Sayang? Kemari, makan kue bersama Grandma. Kamu ini, ponsel saja.” Nada bicara Ayra sedikit kesal, menyuruh putri semata wayangnya.
Azathea Yara Adyrga Althaf, dia melirik mereka yang berada disana.
“Iya, Mom.” Dia menjawab singkat lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri mereka. Dia ikut duduk disamping sang Grandpa, Agha.
Mereka semua hanya senyum saja melihat Ayra yang tampak semakin cerewet terhadap cucu perempuan satu-satunya keluarga Alecjandro. Dan salah satu dari mereka membuka suaranya.
“Ara, Aka ... kalian akan lama berada disini, Sayang?” tanya wanita berusia senja itu, Zuhayra Can Gulbahar.
Pertanyaan sang Grandma terdengar sangat memohon, dan itu membuat Aiyaz tak kuasa melihatnya bersedih jika dirinya harus kembali secepatnya ke New York. Dia segera mendekati sang Grandma yang duduk di dekat sang Mommy, lalu berlutut di hadapannya.
“Grandma ...”
Aiyaz menyentuh kedua tangan yang sudah mengeriput dan mengecupnya lama.
“Aku tidak bisa berada lama disini ... ada banyak berkas yang menungguku. Jadwal meeting Eruca Alp di New York akan berlangsung 2 hari lagi, dan tidak bisa ditunda.” Aiyaz menjawabnya dengan nada bicara selembut mungkin.
Arash yang tengah menikmati kue di tangannya, dia juga ikut membuka suaranya.
“Kami berjanji akan sering berkunjung kesini. Atau Grandma bisa tinggal di New York. Aku akan buatkan mansion untuk kita disana. Bagaimana, Grandma?” tanya Arash membantu sang Adik merayu Grandma mereka yang mulai berwajah kesal.
Agha Gohan Alecjandro, dia senyam-senyum saja melihat aksi kedua cucu tampannya mulai merayu istrinya, Zuha. Begitu juga dengan Dyrga yang tidak mau ikut campur dalam pembicaraan mereka.
Sedikit lelucon dari Aiyaz, membuat hati sang Grandma kembali membaik. Namun tidak lama berselang detik, dua orang pria berseragam formal mendekati mereka.
Salah satu dari mereka membuka suara.
“Permisi, Tuan ... Nyonya ... maaf, kami menganggu waktu kalian.” Mereka berdua menunduk hormat.
Semua orang melirik dua pria itu. Arash membuka suaranya.
“Ada apa?” tanya Arash memahami isyarat mereka.
Salah satu dari pria itu kembali melanjutkan kalimatnya.
“Tuan, persiapan meeting sudah selesai. Mereka sudah menunggu kita,” ucapnya merundukkan pandangannya ke bawah.
Setelah menyampaikan hal itu, mereka kembali pergi dari sana. Tidak mau membuang banyak waktu, mereka memang harus mendiskusikannya saat ini juga.
Arash dan Aiyaz mulai beranjak dari duduk mereka. Tampak wajah kesal Mommy dan Grandma mereka, Aiyaz kembali mengatakan jika Gaza dan Gamal sudah menunggu mereka.
Pengakuan putranya, membuat Dyrga ikut membela mereka. Akhirnya dua wanita itu memakluminya.
Kesibukan dua pria dewasa itu memang menyebalkan bagi wanita lansia yang sangat merindukan sosok cucu yang dulu sangat manja padanya. Tapi dia juga memahami satu hal, bahwa waktu tidak akan mungkin sama seperti dulu lagi.
Usia mereka yang sudah senja. Dan kehidupan cucu mereka yang sudah berada dalam tahap dewasa, membuat mereka tak pantas mengatur waktu supaya lebih banyak dihabiskan untuk keluarga.
...
Ruangan kerja.,
Arash dan Aiyaz masih melihat beberapa berkas sementara yang diberikan oleh sekretaris pribadi mereka, Yel Yuan dan Bobby.
“Kapan berkas lengkapnya bisa kami baca?” tanya Arash sembari membaca berkas yang ada di tangannya.
Sekretaris pribadinya, Yel Yuan menyahut.
“Beberapa jam lagi ... semua berkas lengkap akan dikirim ke alamat surat elektronik kita, Tuan.” jawab Yel lugas.
Aiyaz menghela panjang nafasnya. Dia menutup berkas itu dan menyandarkan punggung di kursi kebesarannya.
“Aku akan berangkat sore ini,” ucapnya seraya memberitahu sang Abang.
Arash melirik ke arah kiri, melihat sang Adik yang duduk di kursi kebesarannya.
“Biar aku saja yang mengurusnya,” balasnya dan membuat Aiyaz menganggukkan pelan kepalanya.
Yel Yuan dan Bobby saling melirik satu sama lain. Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Jadwal padat Tuan Besar mereka mungkin akan sedikit sulit diatur karena masalah baru yang muncul dan membahayakan dua perusahaan raksasa mereka.
..**..
Arash Rajaswa Althaf, pria matang berusia 28 tahun. Ketampanannya diwariskan dari wajah keturunan Abraham Althaf. Terutama dari wajah sang Grandpa, Azzura Abraham Althaf. Tinggi tubuhnya sekitar 1,86 m juga diwariskan dari sang Grandpa yang terkenal lincah dalam dunia perbisnisan.
Banyak wanita yang berharap lebih untuk menjalin hubungan dengannya dan tidak hanya sekedar rekan bisnis semata. Sebagian dari mereka juga menggilai sikap dingin Arash yang membuat perawakannya semakin sempurna.
Kemapanan Arash di usia muda membuatnya mendapat gelar pengusaha muda terkaya di bagian belahan Amerika dan Eropa. Dia mengikuti jejak sang Daddy, Adyrga Abraham Althaf.
Arash termasuk ke dalam kategori pria yang keras kepala namun tegas. Pria yang berkomitmen dan tidak pandai berbasa-basi. Terbiasa berbicara seperlunya saja. Pria yang selalu mutlak dengan segala keputusannya.
Dibalik sifatnya, Arash mendapat banyak penghargaan atas dirinya yang selalu berhasil memajukan dua perusahaan raksasa tanpa membuatnya tenggelam dalam sekali waktupun. Dan tentu saja dia juga dibantu oleh ketiga saudaranya, Aiyaz, Gaza, dan Gamal.
Selain sebagai Presiden Direktur di Eruca Alp Corporation, dia juga merupakan CEO utama di Althafiance Corporation. Namun sangat jarang sekali dia mengunjungi kantor utama Eruca Alp Corporation yang terletak di Dubai.
Tidak ingin memindahkan kantor utamanya di New York, pria yang akrab disapa Arash masih menjalankan kewajiban utamanya dari jarak jauh. Dia tetap menyeimbangkan waktunya yang juga mengurus perusahaan dari sang Grandpa, Azzura Abraham Althaf.
Baginya, sudah terbiasa jadwal padat menggandrungi kesehariannya. Walau begitu, tidak membuatnya lupa diri dengan waktu berkualitas bersama keluarga. Terutama menghubungi sang Grandpa dan Grandma, Agha dan Zuha disela-sela kesibukannya.
Biasanya, 2 bulan sekali dia akan berkunjung ke Dubai. Atau paling tidak sebulan sekali jika dia tengah melakukan perjalanan bisnis yang melewati Negara Dubai.
Sebab dua orang yang sangat dia sayangi itu tidak ingin berpindah tempat tinggal dan memutuskan untuk menua di Dubai. Sang Mommy, Ayra juga sesekali berkunjung ke Dubai untuk melepas kerinduannya.
Sebab kini sang Daddy, Adyrga Abraham Althaf memiliki cukup waktu untuk mengunjungi Dubai. Kegiatannya dalam bisnis, kini sudah tidak sepadat dulu lagi.
Semua bisnis telah dibagi ke tangannya dan sang Adik, Aiyaz Koswara Althaf. Mereka membagi tugas untuk tetap mengurus perusahaan sang Grandpa dan Grandma. Eruca Alp Corporation dan The Levent Coltar.
Karena dia sadar, hanya mereka berempat yang diandalkan untuk terus memajukan perusahaan yang sejak dulu selalu eksis dalam dunia bisnis. Tidak mau jika keeksisan perusahaan keluarga mereka tenggelam dalam kemajuan peradaban, mereka memilih untuk membagi posisi dan hak pengendalian perusahaan.
Berkat bekal pendidikan yang diajarkan oleh keluarganya, Arash beserta ketiga saudaranya selalu menanamkan jiwa kuat dan keras jika sudah menyangkut soal bisnis. Namun akan kembali lembut jika sudah kembali dalam rangkulan keluarga.
Mereka tidak bisa melanjutkan jiwa keras jika sudah kembali ke mansion, karena mereka memiliki 3 adik perempuan yang harus dijaga. Selain tidak ingin jika ketiga adik mereka juga berjiwa keras, mereka juga tidak mau jika ketiga adik mereka yang bernama Azathea, Bening, dan Embun juga berwatak seperti mereka.
...
Sejak usianya menginjak 17 tahun, Arash dan adik-adiknya sudah dipercaya untuk memimpin perusahaan walau tidak secara resmi. Perbekalan yang cukup matang sampai beberapa tahun mereka melakukannya, membuat Daddy mereka mantap menerjunkan bebas mereka dalam perusahaan.
Tidak ragu, sejak saat itu Arash siap mengemban 2 tugas utamanya sekaligus. Didikan sebagai seorang pengusaha memang sudah tertanam sejak kecil. Itu sebabnya dia merasa biasa saja saat jabatan berat itu mulai dia pikul sampai detik ini.
Sudah 10 tahun lebih dia bergelut dalam bisnis keluarga yang turun temurun, dan kini dia harus menghadapi masalah besar yang menyeret dua perusahaan keluarga besarnya, Althafiance dan Eruca Alp Corporation.
Tidak bekerja seorang diri, Arash juga menceritakan hal ini pada Adiknya, Aiyaz. Mereka sepakat untuk menyelidiki kasus ini semakin dalam agar rencana jahat dari perusahaan yang sudah mereka ketahui tidak mendapatkan kesempatan untuk mengotori nama baik perusahaan mereka.
Kedua saudara mereka yang lain, Gaza dan Gamal juga akan turut andil dalam pembongkaran kasus ini. Kasus ini terbilang berat, sebab mengikut campurkan masalah finansial antar perusahaan.
***
Eruca Alp Corporation, Dubai, UAE.,
Ruang kerja.,
Malam hari.,
Dia sengaja izin kepada keluarganya untuk pergi ke kantor sebentar. Sebab mau menyelesaikan sesuatu yang menjadi ancaman dua perusahaan keluarganya, Althafiance dan Eruca Alp Corporation.
Tubuhnya hanya berbalut kemeja biru muda, dengan lengan kemeja digulung sampai siku. Celana pendek berwarna hitam sebatas lutut.
Arash Rajaswa Althaf, sejak 1 jam yang lalu fokusnya masih pada beberapa berkas yang sudah dicari tahu kebenarannya oleh sekretaris pribadinya, Yel Yuan. Gerakan jemarinya tak henti dari sana.
Yel Yuan, pria berusia 30 tahun yang sering dipanggil Yel. Dia sudah mengabdi selama 7 tahun lamanya menjadi sekretaris pribadi seorang pengusaha kaya sekaligus pria yang sudah membantunya keluar dari sarang dunia bawah tanah.
Pengabdiannya terhadap pria bernama Arash Rajaswa Althaf tidak main-main. Sebab dirinya yang merupakan mantan pembunuh berdarah dingin, sangat mengetahui sifat dari keluarga Abraham Althaf yang tidak pernah sembarangan menerima pekerja baru.
Itu sebabnya Yel Yuan merasa terhormat dijadikan sebagai orang terpercaya Tuannya, Arash untuk mengatur semua jadwal pribadinya dan segala hal yang berurusan dengan Althafiance dan Eruca Alp Corporation.
Sesekali dia memperhatikan ekspresi Tuan Besarnya yang seperti biasa. Apapun masalahnya, wajah Tuannya akan tetap datar. Bahkan sikapnya tampak tenang mengamati satu persatu beberapa pihak yang mencoba untuk menjebak perusahaan keluarga Abraham Althaf dan Alecjandro.
Lama mereka bergelut, memperhatikan semua berkas itu. Yel mulai membuka suaranya.
“Apa ada yang ingin Anda ketahui lagi, Tuan?” tanya Yel masih duduk di seberang meja kerja Tuan Besarnya.
Kalimat sekretaris pribadinya membuat Arash menghela nafas.
“Hahhh …”
Dia mulai membenarkan posisi duduknya. Tubuhnya mulai tegang, sejak awal dia datang ke kantor dan duduk di kursi kebesarannya.
Dia menutup berkas yang ada di tangannya, dan melirik Yel sekilas.
“Berani sekali mereka merencanakan ini,” gumamnya pelan sembari mengusap wajahnya dengan tangan kanannya.
Yel Yuan merundukkan pandangannya pada berkas-berkas itu. Dia sedikit menyeringai.
“Mereka pikir … kesendirian Tuan Agha bisa mereka kelabui begitu saja, Tuan.”
Pernyataan Yel Yuan direspon lirikan oleh Tuan Besarnya, Arash. Lalu, kedipan matanya mengisyaratkan bahwa dia tengah memikirkan sesuatu.
“Apa benar jika pria itu dikeluarkan dari perusahaan mereka hanya karena dia tidak mau menjadi penyusup di Eruca Alp?” tanyanya meyakinkan sekali lagi.
Pria berkemeja hitam itu, dia mengangguk pelan.
“Benar, Tuan. Saya sudah mengecek semua berkas ini berulang kali. Dan para detektif juga memiliki bukti lengkapnya. Seperti yang Anda lihat tadi, Tuan.” Dia sedikit melirik Ipad yang masih menyala diatas meja kerja berwarna coklat tua berlapis emas.
Arash kembali menghela panjang nafasnya, dan mengiyakan kalimat Yel Yuan.
Yel Yuan kembali melanjutkan kalimatnya.
“Dan sepertinya, pria itu ingin meminta bantuan dari kita agar perusahaan kita mau menerimanya sebagai pekerja baru.” Dia masih menatap Tuan Besarnya.
Arash menyeringai tipis. Bahkan Yel Yuan juga memikirkan hal yang sama. Namun disamping itu, Arash juga mendapat insting yang sangat kuat. Jika rencana mereka ini pasti akan dilaksanakan oleh orang yang berbeda. Dan dia akan terus menyuruh orang-orangnya untuk tetap memantau lingkungan dua perusahaan keluarganya.
*
*
Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)