It's a long long journey
Till I know where I'm supposed to be
It's a long long journey
And I don't know if I can believe
When shadows fall and block my eyes
I am lost and know that I must hide
It's a long long journey
Till I find my way home to you
Many days I've spent
Drifting on through empty shores
Wondering what's my purpose
Wondering how to make me strong
I know I will falter I know I will cry
I know you'll be standing by my side
It's a long long journey
And I need to be close to you
Sometimes it feels no one understands
I don't even know why
I do the things I do
When pride builds me up till I can't see my soul
Will you break down these walls and pull me through
Cause It's a long long journey
Till I feel that I am worth the price
You paid for me on calvary*
Beneath those stormy skies
When Satan mocks and friends turn to foes
It feel like everything is out to make me lose control
It's a long long journey
Till I find my way home to you.to you
Ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Sampai aku tahu dimana aku harus berada
Ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Dan aku tidak tahu jika aku dapat percaya
Ketika bayang turun dan menghalangi mataku
Aku tersesat dan tahu aku harus bersembunyi
Ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Sampai aku temukan jalan pulang ku ke dirimu
Berhari-hari aku lewati
Terapung melewati tepi pantai hampa
Bertanya-tanya apa tujuan ku
Bertanya-tanya bagaimana membuat diriku kuat
Aku tahu aku akan tertatih, Aku tahu aku akan menangis
Aku tau kau akan berdiri di sampingku
Ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Dan aku butuh dekat dengan mu
Terkadang ini terasa tidak seorang pun mengerti
Aku bahkan tidak tahu mengapa
Aku melakukan apa yang ku lakukan
Ketika harga diri membentengi ku sampai aku tidak dapat melihat jiwa ku
Maukah kau menghancurkan dinding itu dan menarikku keluar
Karena ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Sampai aku merasa bahwa aku memiliki harga yang berarti
Kau menebusku di tempat penghukuman
Dibawah langit badai itu
Ketika Setan mengejek dan teman berubah menjadi musuh
Itu terasa seperti semuanya keluar untuk membuat ku hilang kendali
Ini adalah perjalanan perjalanan panjang
Sampai aku menemukan jalan pulang ke dirimu, ke dirimu
Lizzie menggeliatkan badannya malas, sinar matahari sudah masuk melalui celah jendela kaca. Menerangi ruangan kamar Lizzie.
Lagu Angela Zhang berjudul Journey yang merupakan ost Dolphin seakan menyindirnya akan penantian panjangnya akan perasaan Devan padanya. Dan lagi-lagi lirik itu benar, bahwa hatinya kini tercabik-cabik oleh dua orang sahabatnya.
Lizzie pikir memang kini setan sedang mengejek nasib buruk lizzie.
Rasanya sangat malas walau untuk bergerak. Pikirannya sedang gundah gulana.
Ini semua karena Devan, hanya lelaki itulah yang selalu bisa membuat mood lizzie jungkir balik.
Kadang bahagia tak terkira.
Kadang seperti sekarang, jadi malas melakukan apapun.
Perkataan Devan semalam melalui ponselnya, membuat rasa bahagia karena cowok terkasihnya itu menelponnya lebih dulu. Dia pikir kedudukannya di hati Devan juga berubah.
Sudah lama dia merubah rasa persahabatan menjadi cinta, tanpa diketahui oleh siapapun bahkan oleh lelaki itu sendiri.
Baginya cukup asal selalu bisa berdekatan dengan Devan.
Sudah cukup asal selalu mendengar suaranya.
Tapi semalam lelaki itu membuat kebahagiaanya terjun bebas. Terjun sejatuh-jatuhnya.
Bagaimana tidak lelaki itu menelponnya tengah malam hanya karena mengabarkan bahwa dirinya sudah jadian dengan Alexa.
Alexa?
Alexa yang baru mereka kenal sejak memasuki bangku kuliah?
Alexa yang merupakan sahabat perempuan satu-satunya Lizzie. Apa Lizzie menyesal karena menjadikan Alexa sebagai sahabatnya.
Sehingga Devan jadi kenal dan dekat dengan Alexa.
Andai dia tak bersahabat dengan Alexa, apa kini Devan mencintainya?
Arghhh, Lizzie merasa kesal sendiri.
Kamarnya sudah seperti kapal pecah dari semalam setelah mendengar kabar 'bahagia' Devan.
Lelaki itu tak ada henti-hentinya menceritakan bagaimana perasaannya ketika menyatakan cinta pada Alexa.
Ingin rasanya Lizzie berteriak, memaki ketidak pekaan Devan atas perasaannya.
Apa segitu tidak berartinya lizzie dimata Devan?
Lizzie mendesah lelah.
"Lizzie ... Wake up sweety," itu suara merdu mommynya. Lizzie sangat menyayanginya. Baginya kedua orang tuanya adalah panutan bagi hidup lizzie.
Dia ingin sekuat dan seteguh mommy dalam mempercayai cintanya.
Mommy sangat mempercayai daddy bahkan saat usia mommy masih kanak-kanak. Mommy memegang janji daddy hingga mommy dewasa dan akhirnya mereka bertemu.
Pertemuan mereka tidaklah berjalan mulus, karena sahabat daddy... mendiang almarhun aunty Angela yang saat itu menyukai daddy.
Dan membuat hubungan daddy dan mommy merenggang. Tapi berkat kegigihan daddy untuk menggapai kembali kepercayaan mommy, akhirnya mereka menikah juga.
.
.
Lizzie POV
"Iya mom," sahutku malas.
Nampak mommy cantikku itu melongokkan kepalanya. Saat melihat betapa kacaunya kamarku. Mata biru mommy membola. Makin cantik saja. Untung aku mewarisi mata mommy. Sedang Abe dan Juan, saudaraku mewarisi mata hazel grandma. Tapi sebenarnya mata mereka sama indahnya dengan mataku. Mata mereka sewarna madu.
"Apa yang terjadi sweety," kata mommy sambil berjalan hati-hati guna menghindari barangku yang berhamburan.
"Semalam ada badai mom di kamar lizzie," kataku manja. Beginilah aku jika didepan keluargaku. Manja dan kolokan.
Mommy terkekeh mendengar ucapanku, tanpa mommy bertanyapun aku yakin mommy tahu apa yang kupikirkan.
Karena mommy dan aku memiliki kemampuan indigo. Bedanya mommy tidak bisa melihat masa lalu dan masa depan. Sedang aku bisa.
Makanya sejak kecil aku malas berinteraksi dengan orang asing atau bersentuhan dengan mereka. Karena mediaku adalah sentuhan.
Kalau mommy bisa mendengar pikiran orang tanpa harus menyentuh mereka. Aku hanya bisa melakukannya jika menyentuh mereka.
Satu-satunya yang sama dengan kami adalah kemampuan melihat aura. Mommy mengajariku tentang arti warna aura.
Menakjubkan sebenarnya, tapi jika harus melihat masa lalu atau masa depan orang yang kelam membuatku mual. Aku bisa langsung sakit jika itu terjadi. Makanya aku selalu menghindari bersentuhan dengan orang lain.
"Sudah jangan banyak alasan, wake up you destiny start rigth now," kata mommy lembut.
Ada semacam pesan yang coba disampaikan mommy padaku. Mommy memang tidak bisa melihat masa depan tapi insting mommy sangat kuat.
Aku bangun dengan malas,
"Dan jangan lupa bersihkan semua sampah ini lizzie," kata mommy penuh peringatan. Aku hanya nyengir tanpa rasa bersalah.
Mommy hanya bisa menggeleng pasrah akan kelakuan absurdku.
**
"Lizzie," seru sebuah suara yang sudah kukenal dari aku kecil Devan memanggil namaku. Tapi hari ini aku terlalu malas bertemu dengannya.
Pasti dia hanya akan membicarakan Alexa dan Alexa. Memuakkan. Aku harus menghindarinya. Setidaknya sampai aku bisa menerima kenyataan kalau cinta pertamaku kini mencintai sahabatku.
Poor I'am.
Aku berjalan dengan langkah cepat, karena sepertinya Devan mengejarku.
Entah sudah berapa orang yang tersenggol olehku,
"Maaf," kataku saat aku membuat tumpukan buku yang dibawa seseorang jatuh berhamburan ke lantai kampus.
Ya, saat ini sesuai dengan perintah mommy aku berangkat juga ke kampus. Yup Kampus kebanggan Universitas Indonesia.
Aku berjongkok demi memunguti buku seseorang yang tak sengaja tersenggol olehku.
"Apa kau tidak punya mata?" hardik suara lelaki yang terdengar sexy sih sebenarnya. Tapi nyolot.
Bukankah aku sudah minta maaf, bahkan dengan baik hatinya aku membantu mengambil bukunya yang terjatuh.
Aku mengangsurkan buku itu ke tangannya. Dan tanpa sengaja aku menyentuh kulitnya. Beberapa kilasan adegan menjijikkan terpampang di penglihatanku tanpa kuminta.
Aku menatapnya jijik.
"Kau menjijikkan, bagaimana kau meniduri istri kakakmu sendiri," kataku penuh rasa muak. Entah kenapa aku langsung mengatakan apa yang baru saja kulihat.
Gawat! Semoga dia tidak menganggapku aneh.
Dia menatapku tak percaya, tapi kemudian dia berlalu begitu saja tanpa membalas perkataanku.
Sialan! Mataku ternoda Tuhan.
Inilah kenapa aku benci bersentuhan dengan orang asing. Lelaki itu luar biasa.
Luar biasa brengseknya. Entah sudah berapa wanita yang sudah dimasukinya?
Semoga aku terhindar dari lelaki macam itu Tuhan, rapalku dalam hati.
Aku bergidik ngeri dan jijik mengingat apa yang baru saja terlihat penglihatanku.
Aku benci dengan kemampuanku ini. Kalau boleh aku meminta, aku ingin terlahir normal seperti kedua saudaraku.
Dan aku sampai lupa kalau aku sedang menghindari Devan karena asik menatap bayangan lelaki menjijikkan itu. Semoga ini pertama dan terakhir aku bertemu dengan lelaki menjijikkan itu.
"Lizzie," suara Devan mengagetkanku, tapi terlambat untuk menghindar.
Bodoh! Rutukku dalam hati.
>>BERSAMBUNG>>