bc

Destine (Bahasa Indonesia)

book_age18+
717
IKUTI
5.7K
BACA
possessive
fated
goodgirl
independent
twisted
sweet
bxg
first love
Writing Academy
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Jangan lupa tap love dan follow authornya ya:) Thankyou:*

Kisah klasik yang mungkin pernah kau temui di berbagai tempat. Namun, kau tak akan pernah tau bagaimana peremuan antara Nurjannah, si perempuan introvert dan doraemon addict dengan Zain Abdullah, si CEO tampan, pria labirin dan lelaki bunglon. Jika kau tak pernah membaca cerita ini.

Kau tidak akan pernah tau, bagaimana Sang Penggenggam Takdir menyatukan mereka melalui pertemuan demi pertemuan.

Kau tidak akan pernah tau, bagaimana semesta berkali - kali membuat mereka jatuh bangun dalam mempertahankan hubungan yang telah terjalin.

Dan... kau tidak akan pernah tau, bagaimana kisah mereka barakhir. Happy or Sad ending? Jika kau tak pernah membaca cerita ini.

Maka dari itu, aku ingin mengatakan, "Selamat membaca" :) agar kau tau bagaimana kisah mereka.

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1 - Holiday
"Karena hidup hanya sekali, maka dari itu nikmatilah. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Wujudkan apa yang menjadi impianmu. Selama keinginan dan impianmu itu benar dan tidak bertetangan dengan syari'atNya." _______ Aku berjalan menyusuri trotoar jalan yang cukup ramai. Kendaraan roda dua maupun roda empat melaju berlalu lalang dengan kecepatan yang beragam, namun jumlahnya tak begitu banyak. Tak sesesak jalanan ibu kota Indonesia. Banyak pejalan kaki yang ku tebak kebanyakan warga asing sama sepertiku. Angin yang berhembus lembut, terasa membelai jilbab berwarna hitam--yang menjulur menutupi sampai bagian d**a--yang aku kenakan. Sepertinya hembusan angin tadi seperti pesan dari sang langit. Ia terlihat berkabut seolah beban yang ditampungnya siap dijatuhkan sesegara mungkin. Meski tanpa gemuru, aku cukup yakin bahwa ia akan menurunkan tetesan - tetesan air segar ke bumi ini. Aku sudah sampai disebuah minimarket yang jaraknya tak begitu jauh dari penginapanku. Aku bergegas mengambil beberapa makanan ringan, roti serta minuman bersoda dan sekotak tisu kering dan juga basah. Syukurlah, tak banyak pelanggan yang mengantri di depan kasir. Tanpa babibu, aku melangkah ke arah penjaga kasir. Ku ketakkan keranjang belanjaanku sebentar di bawah, lalu mulai mengeluarkan isina satu persatu dengan perlahan. "Quel est le total?[Berapa semuanya?]" tanyaku pada seorang kasir tanpa menatapnya, karena aku sibuk mengambil uang yang ada di dalam dompet di tas kecil yang kubawa. Namun mataku berhasil membulat sempurna, karena pasalnya aku tak menemukan satu europun di tasku. "Selamat! Kau harus mengembalikan belanjaanmu ini dengan suka relan, Nur!" Ejek hatiku. Saat aku mengembuskan nafas kasar dan ingin mengurungkan barang yang sudah ku ambil, seketika itu juga suara berat seseorang di hadapnku tertangkap oleh indera pendengaranku. "Semuanya 150 ribu nona," tuturnya dengan sopan hingga berhasil mengembalikan fokusku pada belajaan yang entah sejak kapan telah dikemas di dalam kantung berwarna kuning orange khas minimarket ini. Apa aku tidak salah dengar? Dia berbicara bahasa Indonesia padaku? Dan sejak kapan rupiah digunakan di Prancis. Oh yang benar saja. Harusnya kau itu bersyukur Nur! Hatiku memperingatkan. "Oh! A-anda orang Indonesia? ta-tapi ba-bagaimana mungkin ... anda tau kalau saya cuma memiliki uang Indonesia?" tanyaku dengan terbata karena heran. Baiklah, katakan saja aku sok tau. Mungkin saja ia memiliki insting yg baik karena melihatku gelagatku yang kelimpungan saat ta menemukan satu europun di tasku. Cara bicaranya itu memang cukup fasih berbahasa Indonesia. Aku baru ingat, penyakit lupaku sepertinya kambuh. Aku lupa menyisikan uang euroku ke tas yang kubawa ke minimarket saat ini. "Ia nona, saya orang Indonesia tapi sudah cukup lama tinggal di sini, dan juga wajah nona terlihat sekali seperti wajah orang Indonesia pada umumnya. Maafkan jika saya lancang." Jelasnya dengan begitu sopan tanpa menatap ke manik mataku--aku tau dia menghargaiku sebab ia menjaga pandangannya--seraya tersenyum tipis padaku dan dia terlihat manis sekali. Apaa?! apa yang tadi aku katakan? Manis? Astaghfirullahaladzim, tidak! tidak! aku tidak boleh terlalu lama menatapnya yang ada aku akan melakukan zina mata. Tanpa babibu, akupun menyerahkan dua lembar 100 ribu kepadanya. "Tidak apa - apa. Terima kasih." Balasku sambil tersenyum padanya--tanpa menatap matanya--akupun berlalu keluar minimarket dan kembali ke tempat penginapanku, sebelum aku basah kuyup karena hujan akan segera turun. Saat ini aku bahkan sedang berjalan di bawah rintik - rintik hujan. Yaa aku berjalan santai sambil menikmati suasan seperti ini. Aku sangat menyukai hujan, walau demikian, aku tidak akan berniat mandi hujan, karena itu tak akan bagus untuk kesehatanku. *** Huuft.. cukup melelahkan berjalan kaki dari minimarket ke tempat penginapanku. Yaa walaupun aku menikmati perjalananku dibawah rintik hujan tadi, kurasa aku hanya belum terbiasa makanya terasa lelah. Akupun menatap jam dinding yang bertengger di dinding kamar yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Kuarasa perutku perlu diisi makanan setidaknya sarapan roti akan membantu meredakan rasa laparku. Setelah menyelesaikan aktivitas sarapanku akupun bersiap - siap untuk pergi ke eiffel tower. Yaa tempat yang sangat ingin aku kunjungi saat pertama kali aku ke Paris, Prancis. Aku akan menghabiskan waktu sampai menjelang siang. "Masya Allah indahnya pemandangan yang tersaji di depan mataku saat ini" pekikku dalam hati. Akupun tak menyianyiakan waktuku. Layaknya turis - turis yang lain, akupun berpindah pindah posisi untuk mendapatkan foto terbaikku saat berada di sini. Aku tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang sedang mengamatiku, mungkin karena aku hanya sendirian, dan kebanyakan dari mereka berfoto bersama pasangan. Aku tidak begitu menghiraukannya. Yaa, waktuku disini tidaklah lama, karena pekan depan aku akan kembali lagi ke Indonesia tepatnya ke Jakarta. Tujuh hari bukanlah waktu yang lama bagiku karena setiap harinya terasa berlalu begitu cepat. *** Aku berjalan gontai menuju kamarku yang berada di ujung ruangan di lantai paling bawah penginapan ini. Tunggu.. kurasa ada bunyi langkah kaki yang sedang membuntutiku, aah mungkin letak kamar orang ini tak jauh dari kamarku. Akupun tak begitu mengiraukannya, sampai seseorang menepuk bahuku dengan lembut dan akupun langsung berbalik badan, untuk melihat siapakah gerangan orang yg berada di belakangku ini. "Maaf,bukankah nona yang waktu itu datang ke minimarket yang tak jauh dari sini?" "Ah, ya. Mas bukankah penjaga kasir di minimarket waktu itu ya?". Aku sedikit terkejut, apa dia tinggal di tempat penginapan yang sama denganku? Kok aku jarang dan bahkan tak pernah melihatnya, apakah dia baru beberapa hari juga disini? dan apakah dari tadi dia mengikutiku atau memang kami kebetulan bertemu di sini? "Nona? nona tidak apa - apa?" Dia mengibas - ngibaskan tangannya di depan wajahku yang dari tadi melongo layaknya orang bodoh. "Oh iya, ini kembalian yang waktu itu lupa nona ambil. Mungkin nona sedang terburu - buru." Suara lelaki itupun menyadarkanku dari lamunanku tentang dirinya. "I-iya saya baik - baik saja dan saya permisi ya mas. Senang bertemu lagi dengan anda dan terima kasih." Akupun mengambil uang yang ia berikan dan menjawabnya dengan terbata - bata karena lagi-lagi aku kaget dibuatnya. Tidak ingin berlama - lama akupun langsung menuju kamarku dengan rasa penasaran yg masih tersisa di benakku. Setelah ku amati dan ku pikir - pikir wajah lelaki itu sama sekali bukan wajah orang Indo deh. Ehh, mungkin dia blasteran Indo-Belanda? Indo-Arab? Atau Indo-mie? Lupakan! Sepertinya aku sedang merindukan mie instan favoriteku itu. Sekarang jarum jam di kamarku sudah menunjukkan angka satu lewat empat menit. Untunglah aku tidak melewatkan waktu solat zuhurku. Tak banyak yang ingin aku lakukan setelah sampai dikamarku sebelum aku melaksankan perintah-Nya yaitu solat. Setelah solat akupun berdzikir dan membaca Al-Qu'ran. Yaa seperti yang aku tahu Al-Qur'an kelak akan memberikan syafa'at (pertolongan) bagi siapa saja yang membacanya atas harapan untuk mendapatkan kridhoan-Nya. Belum sampai setengah jam setelah aku menyelesaikan solatku. Rasa kantuk terasa menyerangku. Sepertinya tidur siang sebentar akan membuat kantukku berkurang, karena sedari tadi mataku terasa berat sekali. Kuhempaskan tubuhku ke kasur yang lumayan empuk untuk meredakan rasa lelah dan kantuk yang menggelayutiku. Tak menunggu waktu yang lama, akupun sudah berada di alam bawah sadarku. _____

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Seed of Love : Cherry

read
114.1K
bc

PATAH

read
519.6K
bc

KILLING ME PERFECTLY ( INDONESIA )

read
90.0K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.7K
bc

Billionaire's Baby

read
283.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook