Frustrasi

1227 Kata
Bab 13 terganggu Ayuna masih berada dalam tempat persembunyiannya, keringat bahkan sudah membasahi tubuhnya karena pengap dan gelap tempat itu, ditambah rasa tegang yang menyiksa. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap menunggu sampai Gio menyerah mencarinya. Dia sudah mulai merasa lega karena sepertinya sebentar lagi Gio akan masuk kembali ke ruangannya. Akan tetapi betapa syok dirinya saat tiba-tiba suara ponselnya menggema di raung yang sempit itu. Sial, dia bahkan sama sekali tidak mengingat keberadaan ponsel yang seharusnya benda itulah yang harus dia amankan terlebih dahulu tetapi itu tidak dilakukan karena saking tegang dan takutnya dia saat itu. Karena keteledorannya itulah dia sekarang harus menanggung konsekuensi besar. Pintu lemari tempat dia bersembunyi terbuka dan sosok tinggi menjulang ada di hadapannya, menatap dengan tatapan tajam menahan amarah. Ayuna hanya bisa menelan ludah, habislah dia. Pria itu belum melihat Ayuna dengan jelas karena posisinya berada di sudut bagian dalam lemari sehingga cahaya tidak sampai ke arahnya. Andai sekarang dia memakai masker atau sejenisnya, mungkin akan sedikit membantu, tapi sebentar lagi dia akan benar-benar di pecat akibat rasa penasarannya yang bodoh itu. “Keluar!” suara dingin dari pria itu terdengar sangat menakutkan bagi Ayuna, dia masih tidak bergerak dari tempatnya, kalu saja dia p[punya kekuatan menghilang. “Jangan sampai aku mengulang ucapanku.” Suara dingin itu terdengar sedikit tinggi dari sebelumnya. Tuhan, apa yang harus kulakukan. Pria itu pasti akan membunuhku setelah ini. Pikir Ayuna. Tapi tidak ada pilihan lain baginya selain menampakkan diri, dia sudah pasrah dengan nasibnya ke depan. Perlahan Ayuna bangkit dari tempatnya dan melangkah keluar dari lemari. Dia tertunduk, sama sekali tidak ada keberanian untuk mengangkat wajahnya. “Maafkan saya Pak, sungguh saya tidak bermaksud lancang. Saya mohon maafkan saya.” Tanpa menunda lagi Ayuna langsung memohon maaf berharap pria di hadapannya itu akan berbaik hati melepasnya. “Angkat wajahmu, aku ingin melihat siapa kau dan kenapa kau bisa begitu berani mengintip ke dalam ruanganku.” Perintah Gio yang terdengar biasa saja tapi sangat menakutkan bagi Ayuna. Akan tetapi kali ini Ayuna tidak mengindahkah perintah Gio, kepalanya sama sekali tidak mampu dia gerakkan dan itu memicu kemarahan Gio semakin bertambah. Pria itu dengan tidak sabar menggerakkan tangannya kearah wajah Ayuna dan mencengkeram dagunya, memaksa kepala gadis itu terangkat dan Gio pun tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Kenapa bisa gadis yang pernah dia tolong yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya sekarang ada di hadapannya? gadis yang selalu mengganggu tidur dan ketenangannya tepat berada di hadapannya sekarang. Apa-apaan semua ini? tunggu, gadis ini memakai pakaian OB perusahaannya. Dia bekerja di sini? Wah sungguh kebetulan yang sangat mengejutkan. “Kau..!!?” hanya itu yang Gio bisa ucapnya dari mulutnya. Dia masih sangat terkejut melihat gadis itu. Degan cepat dia melepaskan tangannya dari wajah Ayuna dan mundur beberapa langkah kebelakangan. Dia benar terlihat sangat terkejut. Sementara Ayuna sudah pasrah dan siap menunggu hukuman apa pun yang nanti akan di terimanya. Jantung Gio tiba-tiba berdetak kencang, dadanya terasa sangat sesak, dia bahkan sulit bernapas. Bayangan masa suram yang pernah dia alami waktu itu kembali menghantam pikirannya, wajah sang istri yang sudah dia kubur dalam-dalam kembali menyeruak dan menghancurkan benteng ketenangannya. “Pergi dari sani..!” usirnya pada Ayuna, tapi gadis itu hanya berdiri kebingungan. Hah, itu saja? dia hanya di suruh meninggalkan tempat ini? dia tidak akan dihukum sekarang kan? “Aku bilang pergi dari sini…!!!” kali ini bagai petir menyambar pendengaran Ayuna, teriakan Gio kali ini membuatnya segera meninggalkan tempat itu. Syukurlah, dia tidak di hukum, setidaknya untuk sekarang. Dia bisa pulang dengan selamat dan kembali ke tempat tinggalnya. Ayuna merasa sangat lega. Sementara itu Gio masih berusaha menormalkan perasanya, dia masih sangat syok. Tidak menyangka gadis itu muncul di hadapannya dengan situasi seperti ini. sebenarnya siapa dia, kenapa hanya dengan melihatnya saja bayangan Diana istrinya bisa tiba-tiba muncul dan kembali mengoyak lukanya? “Gio, apa kau baik-baik saja? kenapa lama sekali sih, padahal aku sedari tadi menunggu di dalam. Ayo kita masuk, aku sudah tidak sabaran sayang.” sentuhan lembut di bahunya seketika menyadarkannya. Gio melihat wanita yang sejak tadi merengek untuk bercinta dengannya itu semakin membuat pikirannya kacau. “Maafkan aku Sintia, tapi sebaiknya kau pulang saja. Aku tidak bisa melanjutkannya.” Ucap Gio menolak karena pikirannya benar-benar sangat kacau sekarang. Dia ingin sendiri. “Apa katamu, pulang? Setelah aku dengan susah payah datang kemari dan menunggumu seperti orang gila kau malah menyuruhku pulang. Kau kan sudah janji kalau kita akan menghabiskan waktu bersama malam ini, aku tidak mau pulang, tidak tanpamu.” Bantah Sintia keras kepala dan berkat sikapnya itu kesabaran Gio akhirnya habis. Kemarahan yang tidak sempat dia keluarkan untuk Ayuna, kemudian dilampiaskan kepada wanita yang ada di depannya itu. “Sintia cukup! Aku sudah memintamu baik-baik untuk segera pulang dan tidak menggangguku malam ini tapi kau sepertinya semakin berulah dan tidak tahu posisimu. Aku menjadikanmu partner s*x bukan berari kau bisa bersikap seenaknya kepadaku. Kau punya batasan yang tidak boleh kau langgar. Ingat itu. Sekarang pulanglah.” usir Gio lalu melangkah meninggalkan wanita itu dan masuk ke dalam ruangannya. Wanita itu tentu saja tidak terima dengan sikap Gio yang sepertinya merendahkannya. Dia selama ini sudah cukup melakukan apa yang seharusnya dia lakukan untuk menjadikan Gio miliknya. Tidak akan dia biarkan pria yang sudah hampir dalam genggamannya ini memperlakukannya seenaknya setelah langkahnya sudah sedemikian jauh. Dia harus melakukan sesuatu. Dia tidak ingin berakhir sama dengan wanita-wanita lain yang pernah menjadi korban Gio. Tidak akan pernah. “Gio, kau tidak bisa melakukan ini padaku. apa salahku? Sebelumnya kita tidak pernah ada masalah. Kita selalu baik-baik saja. Kau selalu memanjakanku dan melakukan apa yang kuinginkan. Kenapa sekarang kau tiba-tiba bersikap seperti ini sayang? Gio..” Sintia memeluk tubuh Gio dari belakang dan Manahan langkah pria itu. Tapi tindakan Sintia hanya semakin membuat Gio naik darah. Dasar wanita tidak tahu diri. Dengan kasar Gio melepas tangan Sintia yang melingkar di perutnya dan berbalik kearah wanita itu. “Kau pikir apa yang kulakukan selama ini karena aku menyukaimu? Sebelumnya kau sudah tahu kan, kalau aku tidak mungkin menjalani hubungan apa pun berdasarkan perasaan. Begitulah yang terjadi pada wanita-wanita yang pernah bersamaku sebelumnya, dan sekarang kau tidak akan ada bedanya dengan mereka. Jadi pergilah sebelum kesabaranku habis.” Ucapan Gio tak pelak membuat wajah Sintia merah padam. Selama ini dia selalu merasa jika dirinya adalah wanita yang mempunyai harga diri tinggi. Dia adalah seorang anak konglomerat yang tidak pernah merasakan kekurangan satu apa pun. Semua pria bertekuk lutut kepadanya dan mengharap cintanya. Tapi hanya Gio yang dia inginkan. Pria itu telah merebut hatinya sejak lama, bahkan dia rela memutuskan n pertunangan dengan putra konglomerat yang tak kalah kayanya dari Gio. Akan tetapi apa yang di terimanya oleh pria yang selama ini telah mengusai hatinya, pria yang di cintainya? Hanya penghinaan yang sangat menyakitkan. Tidak, sudah cukup. Dia bukan wanita yang sebegitu rendahnya hanya untuk mengemis cinta dari seorang pria yang sanga tidak berperasaan. Amarahnya tiba-tiba menguasai pikirannya atas penghinaan yang Gio berikan kepadanya. “Kau..! teganya kau mengatakan hal itu kepadaku Gio. setelah semua yang kulakukan padamu. kau sendiri yang bilang akan menjalani hubungan ini dan berusaha membuka hatimu padaku. Kau sangat jahat Gio. Aku bersumpah akan membalas perlakuanmu ini.” ucapnya penuh amarah, dia menghapus air matanya dengan kasar dan meninggalkan Gio yang berdiri mematung dengan perasaan yang bercampur aduk. “Akhhh…!!!” Gio mengacak rambutnya frustrasi sambil berteriak. Hari ini benar-benar membuatnya kacau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN