Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.
Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua mata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa saling bersentuhan. Kedua mata masih saling menatap semakin dalam, Vina menelan ludahnya beberapa kali. Hingga melegakan tenggorkan hanya yang tiba-tiba terasa sangat kering. Hembusan napas mereka saling beradu satu sama lain. Detak jantung seolah ingin berlomba siapa yang paling cepat. Jemari tangan kiri Pria itu menyentuh kepalanya di balik sela-sela rambut panjang Vina. Hingga tubuh yang semula kaku, dengan maya yang lebar tiba-tiba mulai terpejam. Menikmati sentuhan yang seolah perlahan masuk ke dalam tubuhnya, seperti terkena sengatan listrik yang entah tidak bisa di artikan. Tubuh mungil itu menerima sentuhan itu, tanpa sadar menikmatinya dengan suka rela.
"Oh, Tidak! Kenapa semuanya membius sekujur tubuhku. Aku tidak bisa menolaknya," ucap Vina dalam hatinya. "Siapa sebenarnya dia, kenapa aku begitu pasrah saat bersama dengannya."
Vina hanya diam, mengatur nafasnya yang berantakan di buatnya. Sentuhan tangan kanan pria itu semakin masuk di balik rok span. Sontak membuat Vina terkejut. Dia membuka lebar Kedua matanya. Lalu menepuk tangan pria itu yang hampir menyentuh hal yang tersembunyi di balik rok miliknya.
Tidak, aku tidak bisa seperti ini. Lama-lama aku tidak bisa nafas jika dia terus menggodaku. Ini sudah tidak bisa di lanjutkan. Aku bukan wanita seperti itu.
Saat pria itu hampir saja memberikan kecupan di bibir Vina. Vina menoleh menoleh, menghindari pria itu.
"Maaf!" Ucap Vina.
"Kamu menolakku?" Tanya pria itu. Sembari menghentikan nafasnya seidkit kesal. Dia terus saja mendapatkan penolakan dari Vina.
"Saya pergi sebentar!" kata Vina.
Pria itu meraih pergelangan tangan kiri Vina. "Apa Kamu sengaja?" Tanya pria itu. .
"Tidak, tuan!" Jawab Vina gemetar takut.
"Saya, harus pergi sebentar! Masih ada urusan, lain waktu anda bisa datang lagi kesini." Vina beranjak berdiri. Dia sudah berusaha mencari alasan untuk kabur dari tawanan pria bertopeng itu. Vina beranjak pergi meninggalkan pria bertopeng di dalam ruangan itu sendiri. Akhirnya dirinya bisa bernafas lega sekarang. Dia bisa dengan mudah untuk pergi dari pria mes*m itu.
Saat pria itu masih menikmati beberapa gelas minumannya sendiri. Dia terus tersenyum tipis, saat mengingat kejadian tadi. Hal yang semakin membuat dirinya tertarik dengan Vina. Dia tidak muda untuk di dapatkan, meskipun butuh perjuangan untuk menaklukkan Vina. Hal yang langsung menarik perhatian Deon.
"Tuan, Deon. Apa anda ingin pergi sekarang?" Tanya Hans yang sudah berada di belakangnya. setelah mengetahui Vina keluar Dari ruangan itu. Hans segera masuk memastikan bagaimana keadaan tuannya di dalam.
Deon menghela nafasnya. Melipat kaki kanannya di tas kaki kiri, duduk dengan kaki menyilang tangan kiri di atas kepala sofa berwarna hitam itu. Sembari tersenyum tipis. Dia memutar cocktail dalam gelas itu. Lalu meneguknya sampai tak tersisa.
"Kemana dia pergi?" Tanya Deon.
"Sepertinya dia ke ruang ganti tuan." Hans menundukkan sedikit badannya.
"Baiklah, biarkan aku yang akan jemput dia." kata Deon. Dia melepaskan topengnya. terlihat jelas wajah tampan yang sengaja dia sembunyikan. Deon tidak mau jika Vina tahu jika dia adalah bos di tempat dirinya bekerja. wajah cantik Vina membuat sang Bos mulai tertarik dengannya.
Deon mencari tahu latar belakang Vina. Hingga menemukan dimana tempat tinggal Vina saat ini.
"Apa anda akan memberi tahu dia, siapa anda sebenarnya?" Tanya Hans.
"Tidak, aku masih ingin bermain dengannya." Deon menarik sudut bibirnya, meletakkan gelas kosong di atas meja. Deon beranjak berdiri, kedua tangan menarik ujung Jas yang terlihat sedikit kusut.
"Ayo, kita pergi." pinta Deon.
"Baik, tuan!" Deon mengeluarkan beberapa lembar uang. Dia tinggalkan di atas meja. Lalu pergi begitu saja.
Sementara di sisi lain, Vina berjalan dengan langkah terburu-buru. Sembari mencengkeram baju yang terasa terlalu terbuka untuknya. Baju yang menunjukan belahan da*a, dan lekuk tubuh seksi Vina dan rok yang begitu pendek satu jangka di atas lututnya. Beberapa laki-laki memperhatikan wanita cantik yang sedang berjalan terburu-buru sembari terus melihat ke belakang. Vina tampak ketakutan, entah Apa yang di pikirkan olehnya.
"Aku harus segera pergi meninggalkannya, sepertinya dia sengaja ingin menggodaku?" gerutu Vina.
"Hai... cantik!" Salah satu orang tiba-tiba mendekatinya sembari membawa dua gelas minuman di tangannya. Pria itu tiba-tiba merangkul pundak Vina. Membuat Vina merasa sangat risih, beberapa kaki menghindari palukannya.
"Mau kemana?" Tanya pria itu.
"Aku mau pergi, lepaskan aku!" Vina berusaha memberontak.
"Aku akan biarkan kamu pergi, jika kamu temani aku minum satu gelas ini saja." Tanpa banyak berpikir panjang. Vina segera ingin pergi dari sana. Dia harus menuruti apa yang pria ada di depannya. Vina meraih gelas itu, meneguknya sampai tidka tersisa.
"Sudah!" kata Vina. dia memberikan gelas kosong itu pada pria di depannya.
"Terima kasih, Cantik!" Pria itu tersenyum licik. Sepertinya ada sesuatu yang di rahasiakan untuknya. Dia terlihat begitu senang saat Vina menghabiskan minuman itu.
Hanha beberapa detik saja, kepala Vina tiba-tiba terasa begitu pusing. Tubuhnya juga terasa mulai panas. Vina mengusap tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Sialan, apa yang kamu berikan padaku?" Pekik Vina. Vina semakin tidak kuat menahan kepala yang begitu pusing. Tubuh wanita itu mulai lunglai tanpa tulang. Dia hampir saja terjatuh saat berdiri. Pria asing itu meletakkan tangan Vina di atas pundaknya. Dia memakan tubuh Vina membawanya ke kamar.
"Haha... Akhirnya, aku dapat mangsa juga. apalagi dia sangat cantik sekali. Saya begitu beruntung hari ini." Pria itu menjatuhkan tubuh Vina yang tak berdaya di atas tempat tidur. Sembari menggeliat karena reaksi obat yang terus membuatnya tersiksa karena tubuhnya semakin panas.
"Tenangkan, sayang. Aku akan memuaskanmu!"
Pria itu bersiap untuk memberikan kecupan di leher Vina. Belum juga beraksi tiba-tiba ada yang menendang pintu sangat keras. Hingga membuat pria itu terkejut.
"Sialan!" umpat pria itu kesal. Dia harus menunda untuk menyebarkan tubuhnya.