BAB 8

1027 Kata
Selamat membaca.  **** Hari-hari berlalu begitu cepat suka duka Angrum sebagai murid baru semakin terasa. Perselisihannya dengan Anita masih belum berakhir, tetapi Anita sudah kehilangan tingkat perselisihannya di kubu sendiri. "Anita masih suka menganggumu?" Tanya Arfan siang itu dikoridor, "Tidak," "Kamu tidak siap?" "Iya aku tidak membantah" "Jika terjadi sesuatu kamu harus dipercayai" "Iya" Hubungan Angrum dan Arfan harus semakin dekat dengan Arfan masih seperti biasanya tapi semuanya melihat bahw dia sedikit bertingkah manis dan Angrum yang selalu dapat mememang di setiap yang ditunggu-tunggu semakin banyak dengan Arfan. *** "Rum" panggil seorang pria di belakang Angrum "Eh iya?" Tanya Angrum kepada Alwi "Kamu darimana?" Lebih lanjut setelah berada di samping Angrum "Dari perpustakaan" bertanggung jawab Angrum sopan "Apakah kamu sudah tahu apa yang akan mengadakan acara berkemah?" "Iya, aku sudah mendengarnya? Apakah itu khusus untuk murid tahun ke dua?" "Iya. Dan anggota organisasi siswa sebagai panitia." "Oh begitu. Kapan itu akan dilakukan?" "hari Sabtu. Dua hari lagi." "Tapi aku belum mendengar pengumuman resmi?" "Hari Suami akan ADA Pengumuman Resmi" "Oh Begitu. Baiklah kalau Begitu aku akan Pergi Ke Kelas Sekarang. Angrum Berjalan menuju kelasnya. "Darimana Rum?" Tanya Alena "Dari perpustakaan" "Tadi Arfan kesini" kata Aluna "Oh yah? Apa yang terjadi?" "Dia hanya meminta mu dan menyuruh mu untuk membalas pesannya. " Oh handphone ku di tas, Terus kamu bilang aku kemana dimintai tolong? " " Kantin "kata Alena " Yasudahlah. " " Yasudahlah? "Tanya Aluna " Ya .. iya, lalu? " " Tentu saja segera balas pesannya dan katakan sekarang kamu di kelas. Kamu sangat kaku mengambil laki-laki "Kata Aluna Dan Angrum segera mengambil handphonenya, melihat isi pesan dari Arfan. Dan Angrum mengambil beberapa kata untuk membalas pesan Arfan. KenAngrum 'maaf tadi aku sedang di perpustakaan. Ada apa? Kenapa kamu mencariku? Hanya beberapa menit saja. AryoArfanG  'tidak apa-apa, aku akan menunggumu di gerbang nanti' KenAngrum 'tidak perlu, aku akan pergi ke rumah Alena' AryoArfanG 'untuk mengerjakan tugas kelompok?' KenAngrum 'tidak bisa tidur hanya untuk tidur ini, menemani Alena dan Aluna bersama Adel.' AryoArfanG 'oh begitu, baiklah' KenAngrum , oke. ' Pukul tujuh di kamar Alena. "Ruuuum" teriak Adelia "Apa Del?" Jawab Angrum teriak juga dari luar kamar "Ada telpon" teriak Adelia lagi "Sebentar" jawab Angrum "Cepat, ini sudah ke tiga bungkus" kata Aluna setelah Angrum yang datang dengan cepat Angrum mengambil hpnya "Siapa?" Tanya Adelia "Arfan" "Hallo" suara berat di sebrang sana menyapa Angrum "Ada apa Ar?" "Kenapa lama sekali?" "Aku sedang dapur." "Jadi ke rumah Alena?" "Iya. Kenapa?" "Tidak, aku hanya bertanya. "Ooh" "Kamu sudah makan? Apakah Alena memberimu makan?" "Belum. Aku sedang memasak" "Hanya kamu?" "Tidak, aku dan Alena" "Oh, Yehuda" "Kamu dimana?" "Di rumah" "Kamu sudah makan?" "Sudah" "Bagus. Yasudah aku akan kembali memasak lagi kamu bisa menelponku lagi" "Kamu sangat ingin berbicara denganku?" Terima kasih hal itu. "Tidak" "Tidak mau malu-malu. Nanti aku akan menelpon mu lagi nona" "Terserah kamu saja" "Aku akan menutup teleponnya" "Harap" Dan koneksi telpon terputus dan dengan cepat Angrum kembali ke dapur. *** "Selamat sore" sapa Arfan kepada ibunya "Kamu datang" kata ibunya dan Arfan bersalaman "Sudah makan?" "Sudah. Ayahmu baik-baik saja bukan?" "mungkin." "Kata-kata itu sangat tidak pasti" "Sudah tiga hari ayah tidak pulang." Kata Arfan. "Kemana ayah kamu?" "Arfan tidak tahu dan tidak ingin tahu." "Jangan begitu. Seperti apapun Ayah dia tetep Ayahmu" "Arfan hanya tidak bisa rela ayah memperlakukan Mamah seperti ini!" "Arfan, Mamah seperti ini sekarang, Bukan salah ayah tapi memang ini takdir Mamah" "Tapi apapun itu, Jika ayah peduli dengan Mamah, Mamah tidak akan punya penyakit seperti ini." "Ini takdir Mamah Arfan." "Kalau saja dulu Ayah bertanggung jawab atas semuanya, mamah tidak akan seperti ini. Ayah datang lalu dia pergi. Uang tidak menjamin segalanya Mah, Arfan atau Mamah butuh kasih sayang. Jika saja Arfan tau kalau Ayah memperlakukan Mamah seperti itu mungkin Arfan tidak akan pernah menerima kehadiran ayah saat pertama kali datang." "Siapapun dia bagaimanapun dia. Itu tetap ayah kamu. Dan tentang semuanya kamu jangan pernah menyesalinya. mamah ikhlas dengan semua ini. Mamah ikhlas Arfan" Kata ibunya dan Air matanya terlihat mengalir "Tapi Arfan yang tidak ikhlas Mah" jawab Arfan dan menyeka Air mata ibunya. ** Hp Arfan berdering "Halo Ar" suara lembut disebrang sana menyapa Arfan "Iya Rum?" "........" "Lagi di luar rumah" "........." "Yasudah kirim saja Rum" ".............." "Sebentar lagi pulang" "......." "Sendiri" "..........." "Iya. Nanti akan ku kabari lagi" "........." "Bye" Arfan tersenyum *** AryoArfanG 'Aku akan menjemputmu' KenAngrum 'tidak. Aku akan di antar Kakak ku' AryoArfanG 'Aku akan menunggumu di pertigaan' KenAngrum ' kamu sangat keras kepala!' "Sudah siap Rum?" Tanya Arsya "Sudah, eh Kak, antar aku sampai pertigaan di sana saja" "Memangnya kenapa?." "Tidak apa-apa. Tapi aku tau kakak harus buru-buru kan?." "Iya, bagaimana kamu sampai ke sekolah?." "Aku akan bersama Adelia." "Oh yasudah kalau begitu." "Oke. ayo berangkat" Angrum sampai dipertigaan jalan yang memisahkan arah ke sekolahnya dan ke arah yang lain. "Mana Temanmu Adelia?" "Mungkin sebentar lagi. Kakak bisa pergi." "Emhh yasudah Aku akan pergi sekarang. Aku takut telat." "Oke, hati-hati" Angrum bersalaman Sepuluh detik setelah Arsya yang melajukan motornya "Ayo naik" kata Arfan yang tiba-tiba sudah berada di samping Angrum "Kamu sangat cepat" kata Angrum tersenyum dan Arfan ikut tersenyum. *** Angrum berdiri depan gerbang dengan terus memperhatikan hpnya untuk memberi kabar dia yang harus dijemput karna tidak ada kabar ataupun tanda-tanda Arfan akan mengantarkannya pulang. "Angrum" suara ketus itu membuat Angrum meliriknya. "Iya?" Tanya Angrum tetap sopan "Kamu menunggu Arfan?" Tanya Anita "Tidak" jawab Angrum "Baguslah, jadi Lo gak selalu di anterin Arfan." Lanjutnya ketus dan Angrum hanya tersenyum "Jangan karena kamu bisa melawanku di kantin kamu tetap deket-deket sama Arfan." Angrum diam "Kamu harus ingat Arfan milikku" Angrum masih diam "Woy kamu punya sopan santun bukan? Kenapa hanya diam? Aku sedang berbicara padamu." Bentaknya dan mendorong bahu Angrum sampai terjatuh "Aww" pekik Angrum "Kamu tidak bisa bukan fisik utama?" Gunakan Anita "Arfan" Anita terlihat membantah "Apakah kamu benar-benar wanita? Mengapa kamu kasar sekali kepada sesama wanita? Apakah Mendaftar terakhir dariku, Angrum adalah pacar ku, jadi kamu jangan pernah memilih dia!" Tegas Arfan Ucapan Arfan mampu membuat Anita diam dengan Air mata yang mulai menetes sedangkan bagi Angrum dengan kata-kata 'pacar' membuat wajah Angrum menjadi merah muda sedikit risih tetapi lebih senangnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN