Istri Idaman

1136 Kata
Suara kicauan burung di halaman terdengar melewati jendela kamar Tante Inez, sinar matahari pagi pun menembus masuk ke dalam kamar tidur melalui glass block yang terpasang di dinding kamar. "Mmpphh ...." Suara desahan Tante Inez masih setengah mengantuk berusaha melepaskan diri dari belitan tangan dan kaki Mario di tubuhnya. "Mas ... sudah pagi ... ayo bangun!" ucap Tante Inez ketika tidak bisa melepaskan tubuhnya dari belitan tangan dan kaki Mario yang kuat. Tubuh suaminya itu kekar sekali. "Hmm? Ohh ... sudah pagi ya?" balas Mario dengan mata yang setengah tertutup karena masih mengantuk. Dia pun mengucek-ucek matanya. Yang langsung menatap wajah istrinya yang sangat cantik. "Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mario dengan mata yang sudah terbuka lebar, bagaimana tidak, pemandangan pagi yang sungguh indah ada di depan matanya. "Terima kasih, Mas. Ehh aku harus bersiap-siap ke kantor pagi ini. Mesra-mesraannya dilanjut nanti malam saja ya?" ucap Tante Inez seraya berusaha untuk bangun. Tapi Mario malah menindihnya lagi. "Jangan kabur, Sayang! Beri aku waktu 10 menit saja," ujar Mario tanpa bisa ditolak. Pria itu dengan cekatan melucuti lingerie dan panties Tante Inez serta celana boxernya sendiri. Juniornya mengalami morning h***y sehingga terasa tegang maksimal. "Maass!" protes Tante Inez manja pada Mario ketika kedua tangannya di tahan di atas kepalanya oleh tangan suaminya itu. Blesss "Aarghh ... ohh ... hmmphh!" Mario menggeram dan mendesah begitu nikmat ketika batangnya terbenam dan tercengkeram erat oleh milik istrinya. Dia pun segera menghentak-hentakkan pinggulnya dengan ritme yang konstan dan cepat. Kali ini dia 'selesai' dengan lebih singkat. Setelah itu dia memagut bibir Tante Inez seraya mencabut batangnya. Kemudian menarik istrinya bangkit dari ranjang ke kamar mandi. "Ayo mandi, Sayang. Pagi yang indah ...," ucap Mario dengan ceria. Mereka berdua pun mandi bersama di bawah shower air dingin karena kebiasaan yang sama yaitu mandi air dingin di pagi hari supaya badan terasa segar. Seusai mandi, Tante Inez pun memilih baju kerja untuk berangkat ke kantor. Dia menjatuhkan pilihannya ke setelan blazer dan rok pensil berwarna merah dengan dalaman ruffle blouse sutera hitam. Mario belum ada rencana pergi ke mana pun hari ini, dia memakai celana pendek kain dan tshirt warna putih polos yang membalut tubuh kekarnya dengan pas. Pria itu duduk di tepi ranjang sembari memandangi istrinya yang memakai baju di hadapannya. 'Cantik dan anggun,' batin Mario di dalam hatinya. Dia sungguh beruntung menjadi suami Tante Inez. Sayangnya, posisi mereka sungguh bertolak belakang. Tante Inez adalah wanita karir yang sukses, sedangkan dirinya hanya pria pengangguran tanpa masa depan. Mental Mario sedang dalam posisi terendahnya saat ini. Dia pun menghela napas dengan berat. Mendengar suara helaan napas Mario, wanita itu pun teringat bahwa suaminya sekarang menganggur. Dia pun berpikir nanti malam dia akan berbicara dari hati ke hati tentang rencana Mario untuk menata masa depannya. Pagi ini dia harus fokus untuk bekerja di kantor. Setelah berdandan rapi dan cantik dengan make up simpel. Tante Inez pun menggandeng Mario keluar dari kamar tidurnya menuju ke ruang makan. Rumah Tante Inez sangat luas, Mario belum sempat berkeliling rumah yang mirip Istana Bogor itu. Dia pun memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi rumah itu hari ini untuk mengisi waktu luangnya. "Ohh maaf, Mas. Aku lupa berpesan pada juru masakku untuk mengubah menu makanan di rumah. Coba nanti Mas bilang langsung ya menu diet Mas Mario seharusnya seperti apa," ujar Tante Inez dengan nada menyesal. Mario tersenyum mendengar ucapan istrinya itu. Rupanya Tante Inez menginginkan dia untuk tetap menjalankan pola dietnya seperti sebelumnya. Mereka pun duduk bersebelahan di meja makan. Di atas meja makan tersaji berbagai menu sarapan ala hotel bintang 5. Mario menebak Tante Inez mempekerjakan chef di rumahnya. "Bu Indah, tolong panggilkan Chef Aji ke mari ya. Ada yang ingin saya sampaikan ke beliau," ujar Tante Inez dengan sopan ke asisten rumah tangganya. Mario memperhatikan Tante Inez dengan kagum seraya mengambil telur ayam rebus lalu mengupas cangkoknya. "Mas, apa menunya sesuai dengan pola dietmu?" tanya Tante Inez seraya menatap Mario. Mario melihat isi meja makan dan berpikir bahwa itu lebih dari cukup. Mungkin dia perlu s**u tinggi protein sebagai ganti s**u UHT. "Mungkin s**u UHT-nya saja yang kurang cocok, Sayang. Seharusnya s**u tinggi protein yang aku minum. Kalau menunya sepertinya tidak masalah, aku bisa sarapan veggie salad dan telur rebus, mungkin dengan sandwich keju dan daging asap. Semua sudah tersedia di meja makan," jawab Mario menjelaskan menu sarapannya. Tante Inez memperhatikan perkataan Mario dengan seksama. Dia tidak pernah sekalipun merendahkan Mario. Dari arah belakang rumah, Chef Aji berjalan mendekat ke meja makan. Akhirnya dia bertemu dengan suami baru bosnya yang menjadi topik gosip paling hot sejak kemarin di rumah ini. Pria muda itu tampan dan kekar. Dia pun berdehem. "Selamat pagi, Bu Inez. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Chef Aji seraya berdiri di hadapan Tante Inez. Wanita itu tersenyum seraya berkata, "Selamat pagi, Chef Aji. Kita ketambahan penghuni baru di rumah ini. Perkenalkan, ini Mas Mario, suami saya. Mas Mario ini atlet gym, pola dietnya berbeda dengan orang biasa. Nanti tolong disesuaikan menu makanan di rumah dengan kebutuhan diet Mas Mario ya, Chef." 'Wah, beruntung sekali pemuda ini!' batin Chef Aji dengan sedikit rasa iri. Dia yang sudah lama bekerja di rumah ini saja tidak sanggup membuat Tante Inez naksir. Pemuda ini hanya modal tampang dan bodi saja sudah berhasil mendapatkan hati bosnya yang cantik itu. Mario seperti bisa menangkap rasa tidak suka dari Chef Aji kepadanya. Namun, dia berusaha untuk bersikap baik pada semua orang. Dia pun berdiri seraya mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Chef Aji. "Halo, Chef Aji, perkenalkan saya Mario. Nanti akan saya buatkan catatan menu diet saya." "Siap, Mas Mario," balas Chef Aji singkat. "Apa ada lagi yang Bu Inez perlukan?" tanya Chef Aji memperhatikan Tante Inez dengan intens. "Sementara belum ada, Chef Aji. Oya, Nasi Goreng Hongkongnya enak sekali pagi ini," ucap Tante Inez seraya melemparkan pujian atas masakan Chef Aji, membuat pria itu tersenyum hangat padanya. "Terima kasih atas pujiannya, Bu Inez. Saya pamit dulu ke belakang," ujar Chef Aji lagi lalu berjalan ke arah bagian belakang rumah. Mario penasaran dengan Nasi Goreng Hongkong yang dipuji oleh istrinya yang cantik itu. Dia pun melanggar diet rendah carbo-nya dan mencicipi sedikit nasi goreng Hongkong itu. Ternyata memang enak! Istrinya itu tak suka berbohong. "Memang enak ya, nasi goreng Hongkong buatan Chef Aji," ujar Mario jujur. "Aku memuji yang memang pantas dipuji, Mas Sayang," balas Tante Inez melempar senyum pada Mario. Mario begitu gemas pada istrinya yang begitu mempesona itu lalu berkata, "Kamu jadi berangkat nggak, Sayang? Kalau nggak jadi, akan kugendong ke kamar tidur lagi!" Tante Inez sontak panik mendengar ancaman Mario. Dia pun berdiri dan nyaris berlari ketika Mario mencekal lengannya. Mario hanya ingin mendaratkan ciumannya di kening istrinya. Dia pun mengantar Tante Inez ke teras depan dimana mobil sedan Honda Civic hitamnya menunggu bersama Pak Toro. "Sampai nanti sore ya, Sayang," pamit Tante Inez seraya mengecup punggung tangan suaminya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN