Mas, Aku Ingin yang Lembut!

1496 Kata
Setengah jam kemudian, mobil sedan hitam itu memasuki parkiran kantor catatan sipil kota Jakarta Pusat. Tante Inez turun dari mobil dibantu oleh Clara lalu dia pun menggandeng lengan Mario, calon suaminya dengan mesra. "Mama dan Om Mario serasi sekali," puji Clara tulus dengan mata berkaca-kaca. Pasalnya sudah lama sekali dia berharap Mama tercintanya memiliki suami lagi. Tante Inez pun menenangkan Clara seraya menepuk-nepuk punggung puterinya itu. "Cup cup cup, Anak Mama Sayang jangan nangis dong." "Maaf, Ma. Clara terharu saja," tukasnya seraya mengelap air matanya dengan tissue. "Om Mario, tolong bahagiakan Mamaku tersayang, ya?" ucap Clara pada Mario. Mau tak mau, hati Mario pun trenyuh mendengar pesan Clara padanya. "Pasti, Clara. Jangan kuatir!" jawab Mario dengan sungguh-sungguh sekalipun di tahu apa yang dia dan Tante Inez jalani saat ini hanya kawin kontrak. Sepertinya Clara tidak tahu itu, batin Mario. Mereka bertiga pun duduk di sebuah ruangan di kantor catatan sipil itu menunggu penghulu dan pegawai negeri yang bertugas mencatat proses pernikahan mereka berdua. Beberapa menit kemudian seorang pria berjas necis masuk ke ruangan itu lalu memperkenalkan diri sebagai notaris Tante Inez, namanya Pak Rudi Antareja. Dia mengajak Mario berjalan ke pojok ruangan lalu menyodorkan sebuah map pada Mario. Map itu berisi surat perjanjian kawin kontrak selama 5 tahun dengan Tante Inez. Mario membaca sekilas isi surat perjanjian itu dan merasa tidak ada yang memberatkannya, dia pun menandatangani surat-surat itu. Dalam hatinya, Mario menguatkan tekadnya. Apa pun yang terjadi ke depannya, dia harus kuat menahan segalanya selama 5 tahun. Petugas catatan sipil pun masuk ke ruangan bersama penghulu. Mereka menjalankan akad nikah dengan singkat lalu menandatangani berita acara pernikahan. Pak Toro bertindak sebagai saksi dari Tante Inez, sementara Pak Rudi Antareja menjadi saksi dari pihak Mario. Segalanya berjalan dengan lancar. Kini, Tante Inez telah sah menjadi istri Mario Chandra. Petugas catatan sipil menyerahkan sepasang buku nikah kepada pasangan pengantin baru itu. "Semoga sakinah, mawadah, warohmah ya, Pak, Bu," ucap petugas catatan sipil itu seraya bersalaman dengan Tante Inez dan Mario. "Amin!" jawab Tante Inez dan Mario kompak lalu saling pandang dan tersenyum penuh arti. Clara pun mendekati mereka dan memeluk pinggang Mamanya. "Selamat ya Mam. Om Mario sama Mama kan nanti malam pertama, kalau mau teriak-teriak boleh kok. Nanti Clara pura-pura nggak dengar ...," goda Clara dengan usil seraya tertawa berderai. "Clara, iihhh m***m! Siapa ini yang ngajarin?!" omel Tante Inez dengan malu-malu. Mario pun tertawa mendengar gurauan Clara. "Clara kan sudah gede, Mbak ... ya jelas sudah paham lah yang begituan ...," bela Mario seraya menatap Tante Inez dengan mesra. Sepertinya justru Mario yang tidak sabar menantikan malam tiba. Malam pertamanya dengan Tante Inez. Sepulang dari kantor catatan sipil, hari sudah mulai petang. Tante Inez, Mario, Clara, dan Pak Rudi Antareja merayakan pernikahan itu dengan sederhana di sebuah restoran chinese food. Mario melepas jasnya karena gerah dan juga menggulung lengan kemeja putihnya sesiku. "Gerah ya, Mas?" tanya Tante Inez perhatian. "Iya, Mbak. Nggak biasa pakai baju resmi seperti ini," jawab Mario sambil menyendok makanannya. Dia mulai sulit mengikuti pola diet lamanya. Seharusnya dia tidak boleh makan makanan berminyak seperti jenis chinese food seperti ini. Sebenarnya Mario agak mengkuatirkan bentuk tubuhnya yang mulai berlemak di daerah perut. Dulunya perutnya six pack tanpa lemak karena dia menakar karbohidratnya dan meningkatkan konsumsi protein. Mungkin nanti dia akan menanyakan pada Tante Inez apakah dia ingin bentuk tubuh Mario yang seperti dulu atau tidak. Bentuk tubuh atlet binaraga membutuhkan diet khusus, tidak boleh asal makan. Tante Inez mengamati suami barunya yang makan dengan ragu-ragu. Tubuh atlet gym seharusnya tidak boleh makan nasi banyak-banyak, setahunya. Ditambah lagi masakan chinese food sarat akan minyak dan lemak. Sepertinya dia salah memilih tempat untuk merayakan pernikahannya. Dia hanya sedang ingin makan chinese food tadi sore dan tidak berpikir tentang hal itu. Setelah selesai makan malam, Pak Rudi pun berpamitan pada mereka bertiga di parkiran. "Selamat atas pernikahannya ya, Bu Inez dan Pak Mario. Saya pamit pulang duluan," ucap Pak Rudi seraya bersalaman dengan mereka bertiga. "Terima kasih, Pak Rudi. Hati-hati di jalan," balas Tante Inez dengan ramah. Mereka bertiga pun naik ke mobil sedan hitam itu diantar oleh Pak Toro untuk pulang ke rumah Tante Inez. Di dalam mobil, Tante Inez menggenggam tangan kanan Mario. Suami barunya itu pun mengecup tangan Tante Inez dengan mesra, membuat hati wanita itu berbunga-bunga. Sekalipun ini adalah kawin kontrak, tapi Mario akan berusaha membuat hubungan mereka berdua tidak canggung. Bagaimana pun menjalani pernikahan selama 5 tahun itu sangat berat bila tidak melibatkan perasaan kasih sayang. Akhirnya setelah perjalanan selama hampir 1 jam dari restoran tadi, mereka pun sampai di rumah Tante Inez yang sangat megah itu. "Selamat menikmati malam pertama ya, Mama dan Om Mario. Cieee cieee ...," goda Clara lagi sebelum kabur ke kamarnya sendiri. Tante Inez pun tersenyum malu-malu mendengar godaan dari puterinya itu. "Aku gendong ya, Mbak?" ucap Mario sebelum membopong Tante Inez ke kamarnya. Wajah Tante Inez sontak merah merona saat tubuhnya berada dalam gendongan Mario. Dia cukup terkejut dengan tindakan Mario yang begitu romantis. Bukankah pria itu biasanya sangat pemalu saat mengajarinya private training? Ini kok mendadak jadi .... Mario menurunkan istri barunya di ranjang berukuran king size di kamar utama milik Tante Inez. Dia pun memagut bibir merah nan seksi itu dengan lapar. "Mau mandi dulu?" tanya Mario pada Tante Inez yang seolah kehilangan kata-katanya. Wanita itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mario pun melepaskan kemejanya dan celana panjangnya di hadapan istrinya, membuat Tante Inez menganga melihatnya. Dia terheran-heran, kemana hilangnya pemuda yang pemalu itu? "Kok bengong, Sayang? Yuk temani aku mandi!" ucap Mario menarik Tante Inez berdiri dari ranjang. Dia pun melucuti kebaya dan kain batik yang dipakai Tante Inez menyisakan bra tanpa tali dan celana dalamnya. "Aku bantu lepaskan sanggulnya dulu ya?" ujar Mario seraya mencabuti jepit-jepit yang begitu banyak di rambut Tante Inez dengan hati-hati. "Mas, kamu kok berubah ya? Aku kaget lho ... biasanya 'kan Mas Mario itu pemalu!" ujar Tante Inez sambil duduk di depan meja riasnya sementara suaminya berkutat dengan rambutnya yang perlahan mulai terurai. "Kenapa memangnya, Sayang? Dulu pemalu ... sekarang malu-maluin, ya?" goda Mario seraya tertawa berderai. Tante Inez pun ikut tertawa. "Ya nggak gitu juga sih ...." "Mbak Inez, kalau dulu kita bukan siapa-siapa. Sekarang kita suami istri, Mbak Inez minta saya jadi suami Mbak selama 5 tahun jadi kita harus berbagi kasih sayang agar pernikahan ini tidak hambar rasanya," balas Mario dengan bijak. "Oohh, begitu. Baiklah, aku juga akan berusaha menjadi istri terbaik buat Mas Mario. Terima kasih, Mas, sudah mau jadi pendamping hidupku," ucap Tante Inez seraya menatap suaminya dari pantulan bayangan di cermin riasnya yang besar. "Sudah selesai ini rambutnya. Yuk temani aku mandi, Sayang!" ajak Mario seraya menggandeng tangan Tante Inez ke kamar mandi. Tante Inez merasa canggung berdiri telanjang di hadapan seorang pria. Ini sungguh di luar ekspektasinya, dia pikir Mario akan malu-malu padanya. Setelah melepaskan celana boxernya, Mario menghidupkan shower dan menarik Tante Inez untuk mandi bersamanya. Dia membalurkan sabun cair di tubuh Tante Inez hingga berbusa licin lalu membawa tangan Tante Inez untuk menyabuni tubuhnya juga. Tubuh Mario masih kekar berotot seperti dulu sekalipun perut six packnya tidak sekencang dulu. Tante Inez pun membelai tubuh Mario sembari menyabuni tubuh polos itu. Dia melihat sekilas bagian pribadi milik pria itu yang membuatnya agak syok. Mantap sekali, pikirnya. Ini bagaikan mimpi, batin Tante Inez. Pria yang dia dambakan setiap malam berdiri tanpa sehelai benang pun di hadapannya dan saling menyentuh bersamanya di bawah shower air hangat. Seandainya ini mimpi, dia tak ingin terbangun! Bibir Mario memagut bibirnya dengan posesif. Tangan Mario meremas bokongnya seraya mendorongnya menempel ke tubuh Mario. Batang milik Mario yang mengeras di bawah sana menggesek-gesek tubuhnya dengan provokatif membuatnya melepaskan desahannya. Aahhh... Mario pun mematikan shower lalu mengambil 2 buah handuk kering di gantungan atas closet. Kemudian dia menyerahkan satu handuk pada istrinya. Mario mengeringkan tubuhnya dengan cekatan. Gairahnya begitu meledak-ledak di tubuhnya ketika melihat tubuh Tante Inez yang polos tanpa sehelai benang pun. Wanita yang sangat cantik dan mempesona, batinnya memuji istrinya itu. Usia Tante Inez memang sudah kepala 4, dia membaca tahun kelahiran Tante Inez tadi di kantor catatan sipil. Namun, tubuhnya sungguh menggoda iman. Tanpa harus dirangsang pun, juniornya sudah begitu tegak berdiri ketika bersentuhan dengan tubuh polos Tante Inez. Dia merasa begitu tegang hingga nyaris sakit rasanya menahan hasratnya. "Ayo, Sayang kita nikmati malam pertama ini," bujuk Mario pada Tante Inez yang nampak canggung dan melilitkan handuk ke tubuhnya yang telanjang. Mario menggendong Tante Inez di dadanya, dia sudah tak sabar untuk memulai malam pertamanya bersama istrinya yang cantik itu. Setelah membaringkan tubuh Tante Inez di atas ranjang, Mario pun perlahan melepaskan handuk yang menutupi tubuh indah Tante Inez. "Ssstttt ... jangan malu padaku, Sayang. Aku menginginkanmu. Kamu mau yang lembut ... atau yang keras?" tanya Mario berbisik di telinga Tante Inez seraya menciumi garis rahang wanita itu. "Ooohhhh ... Mas, aku ingin yang lembut." Desahan itu terlepas ketika jemari Mario membelai lembah cintanya yang lembab. "Sabar ya, Sayang ... malam masih panjang ...," ucap Mario sembari menatap mata coklat istrinya yang berkabut gairah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN