Safira sedikit tidak suka dengan Rendo. Seperti ada sesuatu yang menakuti dirirnya. Entah apa tapi Safira merasa tidak enak. Safir duduk di lantai dapur, sambil menunggu air rebusan mie matang ia nampak termenung mengingat kilasan pertama kali ketemu Mariana dan Arthur. Kalau boleh bisakah Tuhan membalikan waktu, seperti awal, sebelum si kembar jatuh. Hidup sederhana di rumah apung dan makan seadanya, bekerja serabutan dan menjual nasi kuning. Selama bertiga Safir tidak pernah nangis ia selalu tertawa dan tersenyum, bahagia karena tidak ada yang mengenalinya. Tak lama Rendo ke belakang ia ingin ke kamar mandi tapi langkahnya terhenti saat melihat air rebusan sudah mendidih. ''Safir, itu airnya sudah masak.'' Beritahu Rendo sambil menaikan celana panjangnya, Safira berdiri dan melihat airn