Bagian 4

926 Kata
Bagian 4 sudah update, maaf jika nunggu lama karena aku punya kesibukan di dunia nyata oke, jangan lupa ke akun DREAME aku untuk baca kisah lain. Jangan kommen saya sibuk promo dreame dll, sumpah saya gak suka ck. Hak saya untuk lakukan apapun di akun ini. Jangan lupa vote dan kommen ya. *** Safira tertatih sambil turun dari angkot. Ia membayar supir di saat ia sudah turun. Lia dan Lio berada di gendongannya, entahlah Safir lebih aman dan nyaman jika menggendong anaknya daripada dilepas. Ini adalah pasar terdekat dari tempat tinggal Safir, namanya pasar kebun sayur atau bunsay. Di pasar ini banyak sekali oleh- oleh khas dayak Kalimantan, namun Safira tidak kesini melainkan kebelakangnya yaitu pasar swalayan. Hampir setiap hari pasar ini selalu ramai, bahkan mobil dan motor sering macet dan berkelakson. Safira menyusuri pelataran toko, tak sengaja ia melewati toko mainan besar. Lia dan Lio yang tadi anteng sekarang terpekik melihat banyak mainan. "Ainan (mainan)" seru Lio sambil melihat mainan mobil truk tersusun. Lia ikut menengok dan tertawa senang. "Kalian mau?" Tanya Safira. Lia dan Lio saling menatap kemudian menatap Ammihnya. "No." Jawab mereka serempak. Safira tersenyum tapi di dalam hatinya ada kesedihan. Di usia sekarang harusnya mereka mendapatkan mainan tapi mereka mengerti bahwa ibunya seperti ini. "Kalau mau Ammih belikan, tapi jangan yang mahal. Beli satu-satu aja ya." Kata Safira. "Ucah(gak usah), Ammih capek cali(cari) uang." Jawab Lio. "Gakpapa nanti cari lagi." Jawab Safira. Safira masuk ke dalam toko mainan, ia melepas tali gendongan dan menurunkan keduanya. Lia dan Lio langsung menempel di kaki Safir karena banyak orang yang melihat mereka. Safir memegang bahu keduanya dan tersenyum. "Ayo pilih sayang." Kata Safira. Lia dan Lio dengan malu- malu menatap mainan, mata mereka melihat satu persatu mainan. "Kembar ya mba adiknya? Lucu banget." Puji seorang pembeli lain, berbadang gemuk dan berambut keriting jatuh sebahu. "Anak saya bu hehe, saya melahirkan anak kembar." Balas Safira menegaskan. "Oh gitu, muda banget." Kata ibunya. "Nggeh bu, permisi. Safira segera menuntun kedua anaknya menuju mainan lain, ia risih bila ditanya lalu di remehkan. Lio dan Lia memilih mainan yang ia suka. Sabrina melihat harganya dan mengangguk, uang jualan yang tadi cukup untuknya membeli. "Bayar dulu, nanti kita kepasar oke." Kata Sabrina dan mereka mengangguk. Safira menggendong anaknya kembali seperti biasa, Lio di belakang dan Lia di depan. "Ammih gak tenang kalau kalian lepas." Kata Safira sambil mengikat simpul tali gendongan. Safira menuju kasir dan meletakan dua mainan di meja, sang kasir mengambil mainan tersebut dan di cek apa ada yang rusak atau tidak. Maklum, mainan disini sangat banyak dan bertumpuk- tumpuk. "Totalnya lima puluh ribu." Jawab Kasir. Safira mengeluarkan uang selembar bewarna biru dan memberikannya ke kasir. "Makasih." Safira mengambil mainan yang sudah di dalam plastik dan keluar dari toko. Safira menuju pasar sayuran yang tak jauh dari toko tersebut. Uang yang tadi pagi di berikan tadi pas jualan nasi kuning sangat banyak untuk ukuran Safira. Safira akan memakai uang itu untuk modal usaha baru yaitu jual sayur masak dirumahmya. Safira mulai berbelanja memegang setiap belanjaan dengan sigap dan cekatan. Banyak pembeli lain dan penjual miris melihatnya karena masih belia dan mudasekali tqpi harus membawa dua anak dan belanjaan. "Bawang merah berapa bu" tanya Safir sambil memilih bawang merah. "Sekilo empat puluh ribu." Jawab penjual. "Itu adikmu ya di gendong? Mamamu kemana? Kasian sekali harus panas-panasan begini." Kata penjual dengan logat jawa. "Saya mamanya Bu, saya gendong karena anak saya. Saya lebih nyaman seperti ini ketimbang mereka jalan." Jawab Safira menegaskan. "Oh gitu, nikah muda?" Ibu itu sambil menimbang bawang merah pilihan Safira. "Mboten bu, setengah kilo aja bawang merahnya." Kata Safir sambil mengeluarkan uang dua puluh ribu. "Anakmu ganteng dan cantik loh nduk, bule tah papahnya?" Kepo penjual sambil memajukan kepalanya. Safira cuma tersenyum dan menggeleng. "Enggak Bu, ini uangnya. Makasih ya." Safira mengambil bungkusan bawang dan di masukan ke plastik merah yang berisi sayuran yang sudah di beli tadi. Safira usai berbelanja ia langsung ingin pulang kerumah. Jam masih menunjukan jam 12 siang, ia harus segera masak untuk di jual kepada tetangga. Safira pulang dari sekolah tadi lebih cepat dari biasanya. *** Setelah sampai dirumah Safira menurunkan belanjaannya lalu anak- anaknya. Mereka berdua nampak senang dan antusias ketika Safir memberikan mereka mainan. Safira berjongkok di depan anak- anaknya sambil membuka satu persatu mainan mereka. "Ammih punya Lio." Lio mengambil mobil- mobilan di tangan Safira dan duduk sedangkan Lia melompat- lompat senang sambil menunggu Ammihnya membuka mainan masak- masakan. "Accihhh Ammih" pekik Lia sambil duduk di samping Lio dan bermain Bersama. Safira tersenyum sambil mengemasi bungkusan mainan ke dalam pelastik. Safira membuang sampah di laut, sebenarnya ini tidak pantas di lakukan tapi karena ia malas ketempat sampah. Niatnya ia ingin masak untuk jualan sekarang, tapi karena berhubung malas jadi ia memutuskan untuk mandi lalu bermain dengan anaknya. ** Mariana membuka pintu ruangan Arthur, nafasnya memburu dan menatap adiknya itu serius. Arthur yang sedang meeting melalui telp memberi kode "kakak kenapa.'' Marina mengibas tangannya tanda menyuruh Arthur menutup telp. ''Nanti saja hubungi lagi, saya ada urusan sebentar.'' Arthur menutup telp dan menautkan tangannya di d**a. ''Apaan?'' tanya Arthur ''Apa kamu ingat Safira?'' tanya Mariana ia kemudian mengambil minum di mini bar yang sudah tersedia diruangan Arthur. Arthur menghela nafasnya. ''Kenapa bahas dia?'' tanya Arthur. Mariana meminum minuman dingin sambil berfikir sepertinya adiknya tidak mau membahas Safira. ''Gakpapa, lupakan saja. Btw sepertiya aku akan mencari Office girl baru. Tempatmu sangat berdebu.'' Mariana tersenyum setelah minum Ia meletakan gelas bekasnya dan keluar begitu saja. Arthur Nampak mengerutkan alisnya bingung sambil menatap pintu yang tertutup. ''Dasar Aneh.'' Gumam Arthur. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN