67. PERTARUNGAN SENGIT

1542 Kata
Ternyata 3 roh binatang suci memiliki nama, sebelumya mereka memang belum memberi tahu nama mereka. Selain itu, ketiga roh suci tersebut membantu banyak dalam pertarungan Stev, Chely, dan Ricko melawan 2 penyihir jahat bernama Gennai dan Marxo. Kekuatan 3 roh suci adalah penyembuhan, pelindung dan penambah energi, mungkin ada yang lain lagi. *** Stev dan teman-teman saling mendekat untuk mengatur strategi jika sempat, karena kedua musuh menggunakan kekuatan energi maksimal. "Guys, kita harus hati-hati!" ucap Ricko memberi peringatan. "Kekuatan berbahaya mereka pasti akan dikeluarkan!" tambah Chely. "Ya, aku tau!" jawab Stev. Tiba-tiba ... "Wushh!" Penyihir Gennai melesat cepat di depan mereka, untung saja mereka selalu bersiaga sehingga semua lompat mundur dan menjauh. "Glarr!" Gennai menghantam tanah tempat berpijak Stev dan teman-teman sebelumnya, bahkan tanah itu sampai hancur. Tampak Gennai menyelimuti kedua lengannya menggunakan tanah, hal itu membuat pukulannya menjadi sangat kuat, sangat berbahaya jika sampai terkena pukulan Gennai. "Apa-apaan itu, kekuatannya meningkat pesat!" ucap Stev. Saat itu juga, penyihir Marxo tiba-tiba ada di belakang Stev dan siap menyerang. "Sial!" kaget Stev. Marxo menyerang menggunakan pedang yang terbuat dari kaca, dia memunculkan pedang kaca itu di kedua tangannya. "Clenk!" Stev langsung berbelok badan dan menahan tebasan pedang kaca milik Marxo. Ternyata pedang kaca itu sangat kuat, bahkan beradu dengan pedang legendaris tidak pecah. "Jrass!" Dengan cepat Marxo mengayunkan pedang kaca di tangan kirinya, Stev terkena sayatan di perutnya hingga bajunya sobek dan perutnya terluka, namun untung saja luka itu tidak dalam, meski begitu, luka tersebut mengeluarkan darah. "Stev!" teriak Chely dan Ricko mengkhawatirkan temannya itu. "Kenapa kau malah khawatir dengan temanmu, dasar bodoh!" ucap Gennai siap melancarkan pukulannya. "Bugh!" Ricko terkena pukulan di perutnya, dia sampai terpental jauh, bahkan menabrak dinding saking kuatnya pukulan Gennai. "Aakh!" keluh Ricko, namun segera bangun. "Kurang ajar!" kesal Chely dan langsung menyerang dengan teknik laser cahaya, dia menyerang Gennai terlebih dahulu karena paling dekat. Akan tetapi, Gennai menciptakan dinding tanah yang diselimuti kekuatan gelap, sehingga berhasil melindunginya dari serangan laser milik Chely. Melihat Stev terluka, roh suci naga alias Draga ingin menyembuhkan luka Stev, namun Marxo melesatkan tombak dari kaca ke arah Draga. "Apa?" kaget Draga. "Pyarr!" tombak kaca milik Marxo membentur lingkaran suci hingga pecah berantakan, ternyata Draga melindungi dirinya bersama Stev, setelah itu menyembuhkan luka di perut Stev. "Makasih Draga!" ucap Stev tersenyum. "Cihh, roh aneh itu sungguh mengganggu! Gimana caranya menyingkirkan dia?" gumam Marxo kesal. Unico juga menyembuhkan luka di perut Ricko yang pasti sakit terkena pukulan Gennai, tapi karena Ricko menggunakan energi secara maksimal, maka serangan Gennai tidak terlalu fatal, namun tampak darah keluar di mulut Ricko akibat serangan itu. Jika manusia biasa, mungkin sudah tewas terkena pukulan Gennai tersebut, sungguh mengerikan. "Pedang Kegelapan! Teknik Dimensi Kegelapan!" Chely mengeluarkan teknik spesialnya untuk menyerang Gennai, sebuah kotak hitam mengurung Gennai. "Rasakan itu!" teriak Chely bersemangat. Tidak lama kemudian, kotak kegelapan tersebut langsung mengecil untuk menghancurkan tubuh Gennai, tercipta sedikit ledakan akibat serangan Chely barusan. "Apakah berhasil?" pikir Chely dan Ricko. "Hahaha!" suara tawa Gennai dari kejauhan. "Di mana dia?" tanya Chely terkejut mendengar suara tawa itu, begitu juga dengan yang lain. Sesaat kemudian, sebuah portal hitam muncul di dekat dinding labirin, lalu keluarlah Gennai dari portal itu. Rupanya Gennai bisa lolos dari teknik dimensi kegelapan milik Chely menggunakan portal, hebat sekali. "Sial, dia bisa lolos ternyata. Baru kali ini ada yang bisa lolos dari teknik milikku itu," gumam Chely. Stev menyerang Marxo menggunakan teknik shuriken api, tampak Marxo berlari cepat untuk menghindari semua serangan Stev. "Darr! Darr! Darr!" suara serangan shuriken api membentur dinding labirin. "Ini sungguh sulit!" batin Stev. "Kita coba dengan ini!" teriak Stev sambil melesat cepat mendekati Marxo. Saat di belakang Marxo, Stev langsung menggunakan teknik spesial es. "Pedang Es, Teknik Penjara Es!" Marxo tampak terkejut, lingkaran biru tercipta di bawah kaki Marxo dan langsung muncul es berbentuk prisma segi 6 yang membekukan seluruh tubuh Marxo. "Yess, berhasil!" ucap Stev merasa senang. Namun saat Stev ingin menebas prisma es tersebut agar hancur bersama Marxo, tiba-tiba muncul portal hitam di tengah-tengah prisma es, lalu musuh kabur lewat portal itu. "Sialan! Gak mempan juga dengan teknik itu," kesal Stev. "Hehehe, kalian gak akan bisa membunuh kami hanya dengan kekuatan lemah semacam itu!" ucap Marxo meledek, dia muncul di belakang Stev lewat portal dan ingin menyerang Stev dengan tombak kaca, tampaknya pedang kaca milik Marxo sudah hilang, ternyata terjebak di prisma es. "Stev, awas!" teriak Draga. Mendengarnya Stev segera lompat hingga terjatuh di tanah, tapi dengan itu dia berhasil menghindari lemparan tombak kaca, terlihat tombak kaca menancap di dinding labirin. Stev segera menjauh. "Hoaaa! Aku mulai muak dengan para kesatria ini, mereka sungguh keras kepala. Serahkan nyawa kalian!" teriak Marxo marah, Gennai pun memicingkan mata melihat temannya begitu, sedangan Stev dan yang lain terheran. "Gennai, ayo kita akhiri segera!" ajak Marxo. Mendengar itu, Gennai hanya terdiam. "Bersiaplah kalian!" Kekuatan energi gelap milik Marxo berkobar, dia mengarahkan kedua tangannya di atas, lalu muncul puluhan bahkan ratusan kaca tajam berbentuk segitiga runcing di atap labirin, Marxo berniat menghujani semua yang ada di dalam labirin ini, termasuk Gennai temannya. "Ini bahaya!" kaget Chely. "Apa dia berniat membunuh semuanya? Bahkan temannya juga?" tanya Stev. "Aku rasa dia sudah gila!" tambah Ricko. "Matilah kalian semua!" teriak Marxo. "Ya ampun Marxo, sudah gak sabaran dia! Tapi gak apa-apa, ini lebih baik!" gumam Gennai dan segera masuk ke dalam tanah untuk melindungi diri. Hujan ratusan kaca tajam memenuhi ruangan labirin, Stev dan teman-teman tidak mungkin bisa menghindar, sementara penggunanya sendiri, di atasnya tentu saja tidak ada kaca tajam itu. "Tidaaak!" teriak Chely merasa pasrah, Stev dan Ricko pun bingung. Hujan kaca tersebut sampai membuat kepulan debu di dalam labirin, banyak suara kaca pecah karena saling berbenturan saat sampai di bawah. Hujan kaca tajam itu berlangsung cukup lama, yaitu sekitar 1 menit. Saat serangan Marxo berhenti, terlihat 3 buah lingkaran suci di antara debu yang mulai menghilang, ternyata 3 roh suci melindungi Stev, Chely, dan Ricko lagi. Tampak 3 kesatria tersebut memejamkan mata karena merasa takut terkena hujan kaca. "Apa yang terjadi?" tanya Stev mulai membuka mata. "Kalian, melindungi kami lagi?" ucap Chely, sementara Ricko tampak tersenyum. "Kurang ajar! Lagi-lagi lingkaran memuakkan itu? Huh!" kesal Marxo. "Tenang kawan, sepertinya aku mengetahui sesuatu!" ucap Gennai menganalisa keadaan, dia baru saja muncul di samping Marxo, sepertinya dia pintar. Menurut Gennai, lingkaran suci para roh ada batasnya, parah roh suci tidak bisa mengaktifkan lingkaran suci dalam jarak waktu yang dekat. Marxo tersenyum mendengar itu, kemudian Gennai merencanakan sesuatu, dia menunggu lingkaran suci berakhir. Beberapa detik kemudian, akhirnya lingkaran suci menghilang. "Sekarang!" teriak Marxo. Terlihat kekuatan gelap penyihir Gennai berkobar, dia mengeluarkan tekniknya untuk membunuh Stev dan teman-teman. Tiba-tiba atap labirin membentuk duri besar dan runcing, itu adalah kekuatan Gennai yang manipulasi tanah, pastinya sangat tajam dan berbahaya bagi semua yang ada di bawah. Stev dan teman-teman melihat itu. "Apa lagi ini? Apa dia juga gila?" tanya Ricko. "Ya, 2 penyihir itu memang gila!" jawab Stev. Semuanya khawatir. "Ini gawat! Teman-teman, kami gak bisa lagi menciptakan lingkaran suci," ucap roh suci Draga. "Benar, apa yang harus kita lakukan?" tanya roh suci Bafly. "Aaa! Aku gak tau!" teriak roh suci Unico. "Apa?" kaget Stev, Chely, dan Ricko. Melihat keadaan sangat berbahaya, Stev mengajak semua berkumpul dan menyerang bersama-sama atap labirin. "Kali ini kalian semua akan mati!" teriak Gennai, lalu meluncurkan atap labirin yang sudah berubah menjadi duri besar tersebut. Terlihat Marxo memilih kabur menggunakan portal gelap. "Hooaaaa!!" teriak semua pengguna pedang legendaris, mereka mengeluarkan kekuatan bersamaan, yaitu Es, Api, Cahaya, Kegelapan, Udara, dan Petir. Mereka mengarahkan semua kekuatan itu ke atap labirin yang jatuh ingin mengubur mereka. "Damm!" suara tanah labirin amblas hingga menutup ruangan labirin. Terlihat kepulan debu berterbangan, saat ini ruangan menjadi terbuka. Setelah debu menghilang, tampak Stev dan teman-teman selamat, namun tampak kelelahan, mungkin karena nyawa mereka hampir melayang. Sedangkan penyihir Gennai tampak biasa saja di atas tanah bekas labirin, tampak juga penyihir Marxo muncul dari portal hitamnya. Sebelum atap menghantam Stev dan teman-teman, ternyata atap tersebut hancur hingga berlubang karena banyak serangan dari mereka yang menjadi satu, ditambah mereka menggunakan energi banyak untuk mengeluarkan kekuatan mereka. "Hah, hah, hah! Kita selamat!" ucap Chely. "Yeah!" tambah Stev dan Ricko bersamaan. "Kalian hebat!" ucap para roh binatang suci. "Kurang ajar! Kenapa mereka benar-benar menjengkelkan, kenapa mereka tidak menyerah saja!" kesal Gennai. "Ternyata kamu benar, kita gak boleh meremehkan mereka, karena mereka bukanlah kecoa, melainkan tikus! Hahaha!" ucap Marxo ternyata masih meremehkan, akan tetapi sedikit memberi nilai tambah mengenai kekuatan para kesatria. "Dasar Marxo! Udah aku bilang, jangan remehkan mereka!" balas Gennai. "Ya aku tau, semua itu gara-gara roh menyebalkan itu!" Selanjutnya, mereka akan bertarung di ruangan terbuka, tapi masih di labirin, hanya saja ruangan roboh karena ulah penyihir Gennai barusan, mungkin pertarungan akan lebih menarik. Di tempat para penyihir yang masih bersantai sambil melihat pertarungan Gennai dan Marxo, mereka mengobrol membicarakan pertarungan tersebut. "Hmm, lumayan juga kekuatan 3 kesatria itu!" ucap Barra sang pemimpin penyihir. "Iya, apalagi ada 3 roh aneh itu! Sebenarnya makhluk apa dan dari mana mereka? Aku baru pertama ini melihatnya, sungguh aneh," tambah Venny. "Kita lihat saja! Apakah Gennai dan Marxo sanggup mengalahkan mereka? Sungguh payah jika gak bisa," ucap Fictor. Barra, Fictor, dan Venny melihat pertarungan mereka lewat bola magic, bola yang berfungi seperti kamera pengintai, mungkin kekuatan gelap temannya yang digunakan untuk menyalurkan bola magic tesebut. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN