88. BERPISAH

1130 Kata
Akhirnya 3 roh suci keluar juga dari pedang legendaris, mereka sangat berguna bagi Stev dan teman-teman. *** Saat ini Stev, Chely, Ricko, dan Kakek Hamzo makan bersama di malam hari. Stev berpikiran bahwa warga desanya termasuk keluarganya pasti baik-baik saja, jadi lebih baik malam ini istirahat dulu di kediaman gurunya, begitu juga dengan Chely dan Ricko. "Gimana dengan Kristal Magic? Apa benar bisa mengabulkan segala permintaan?" tanya Kakek Hamzo. "Oh, Kristal Magic ya. Menyedihkan Kek, aku kecewa berat, tapi semua sudah berakhir," jawab Stev, tampak Chely dan Ricko teringat benda itu sehingga mereka menjadi bersedih. "Hah, apa maksudmu? Terus siapa yang menang turnamen?" tanya lagi Kakek Hamzo, dia masih penasaran dengan Kristal Magic. Selanjutnya, Stev, Chely, dan Ricko menceritakan kejadian yang sesungguhnya mengenai Kristal Magic, yaitu hanyalah benda jahat yang menjadi alat untuk menghancurkan dunia, termasuk menciptakan awan gelap yang hampir merenggut nyawa semua manusia di bumi. Tapi Kristal Magic tidak bisa digunakan tanpa ada yang megendalikan atau memakainya, jadi sebenarnya dalang dari semua itu adalah 5 penyihir jahat. Kakek Hamzo terkejut dan hampir tidak percaya mendengar cerita mereka, beliau baru mengerti kalau bencana mengerikan itu berasal dari Kristal Magic. Stev dan teman-teman memberi tahu bahwa mereka sudah menghancurkan Kristal Magic, itu semua demi keamaan dunia dan tidak akan ada lagi penyihir jahat yang memanfaatkan Kristal Magic. "Oh jadi begitu. Itu pilihan yang bagus dan tepat," ucap Kakek Hamzo, ketiga muridnya itu tersenyum bahagia. Mereka semua menikmati hidangan sambil mengobrol santai hingga waktu semakin malam, kemudian setelah puas makan, mereka bergegas tidur. Sebagai seorang gadis, Chely sedikit menjauhkan diri agar tidurnya nyaman, itu juga saran dari Kakek Hamzo, sementara Stev dan Ricko hanya terseyum tidak jelas. Seandainya Chely tidur berdekatan dengan 2 pria jomblo itu, alias Stev dan Ricko, tentu saja sangat berbahaya, mungkin saja Stev dan Ricko sangat bahagia, karena bisa menggoda Chely atau bahkan melakukan lebih, meski itu hanya pikiran Chely saja. Namun sebenarnya, Stev dan Ricko adalah pria baik-baik, jadi hal yang kurang sopan terhadap gadis tidak akan mereka lakukan. Chely tidur dengan alas tikar dan berjarak 10 meter dari tidur Stev, Ricko, dan Kakek Hamzo. Di dalam gua selalu bersih, karena Kakek Hamzo sering membersihkan isi gua jika ada yang kotor, tapi sangat jarang ada sesuatu yang mengotori isi gua. Di dalam gua juga jarang ada binatang atau serangga kecil, karena Kakek Hamzo sudah memberi penangkal atau pengusir serangga di pintu gua, cerdik sekali Kakek Hamzo. Untuk 3 roh suci, mereka tidak pernah makan jadi lebih ringan tanpa merepotkan majikannya. Saat tidur malam, 3 roh suci istirahat tidur di dalam pedang legendaris, sekalian untuk memulihkan kekuatan energi suci mereka, meski baru digunakan sedikit. Saat tengah malam, semua sudah tidur nyenyak, kecuali Chely, entah kenapa dia belum ingin tidur. "Mereka semua orang baik, aku sangat beruntung bisa mengenal mereka," batin Chely sambil terenyum melihat Stev, Ricko, dan Kakek Hamzo tidur nyenyak. Sesaat kemudian, Chely memejamkan mata karena sangat ngantuk, Chely berharap bisa mimpi indah. *** Pagi hari memperlihatkan mereka sudah bangun dari tidur nyenyak, bahkan sudah mulai persiapan untuk melakukan aktivitas. Namun tujuan Stev dan teman-teman harus mengunjungi desa masing-masing, alias pulang ke rumah. Kakek Hamzo sempat menawari untuk sarapan dulu, tapi mereka tidak mau dan minta maaf pada gurunya tersebut, tentu saja berterima kasih juga. Stev, Chely, dan Ricko kemudian berpamitan pada Kakek Hamzo. "Kek, kami pulang dulu ya! Sekali lagi terima kasih atas semua kebaikan yang Kakek berikan pada kami. Aku janji akan menemui Kakek Hamzo lagi, sekalian bawa oleh-oleh, hehe," ucap Stev. Mendengar itu Kakek Hamzo sangat bahagia mempunyai 3 murid yang baik. "Baiklah, aku menanti kedatangan kalian lagi di sini," balas Kakek Hamzo. "Kek, kami akan merindukanmu?Kakek, jaga diri baik-baik ya!" ucap Chely membuat Kakek Hamzo tersenyum. "Berkat Kakek, kami menjadi kesatria hebat, kami gak akan melupakan jasa dan kebaikan Kakek. Kami akan gunakan kekuatan kami untuk kebaikan dan menjaga bumi agar selalu tentram," ucap Ricko. "Terima kasih, saya percaya pada kalian semua." Sebelum berangkat pulang, mereka berpelukan kepada Kakek Hamzo satu per satu, tampak para monyet dan kambing melihat mereka dengan terharu. Tidak lupa juga, mereka menyapa kawanan binatang itu, mereka berharap Kakek Hamzo akan dijaga oleh kawanan monyet dan kambing, meski tidak sebaik manusia dalam menjaga. Setelah itu, mereka segera pulang, kali ini mereka akan berpisah dan menggunakan lingkaran suci milik roh suci binatang masing-masing. Stev, Chely, dan Ricko juga saling berpelukan untuk salam perpisahan, mereka sudah menjadi sahabat dekat. Saat Stev berpelukan sebentar dengan Chely, dia terkejut dan merasa malu, apalagi selama ini hampir tidak pernah dilakukan olehnya, terutama berpelukan dengan lawan jenis. Sedangkan Ricko, dia lebih merasakan lagi, bahkan dalam hatinya tidak ingin melepaskan pelukan hangat itu, namun dia sadar diri bahwa itu semua tidak baik, tampak semua wajah mereka memerah, termasuk Stev. Kakek Hamzo malah menahan tawa melihat itu. Stev dan teman-teman berjanji akan bertemu lagi sewaktu-waktu, apalagi ada kendaraan spesial, yaitu lingkaran suci, sehingga mudah dan cepat dalam menemui orang-orang terdekat namun tempat tinggalnya jauh. Para kesatria bisa saling mengetahui informasi, yaitu lewat 3 roh suci yang bisa telepati terhadap roh suci lainnya, sungguh bermanfaat. "Chely, aku harap kita bisa saling ketemu," bisik Ricko pada gadis yg membuatnya tertarik. "Hah, apa maksudmu?" balas Chely terkejut hingga mendadak merah wajahnya. "Hehe, bukan apa. Lupakan saja!" jawab Ricko sambil terkekeh malu, wajahnya juga semakin memerah, dia segera menjauh dan pulang. Stev dan Kakek Hamzo melebarkan kedua bola mata mendengar ucapan mereka, meski pelan, tetap terdengar. "Huft, apa-apaan sih Ricko. Aneh!" Sekian detik kemudian, mereka bersiap, lalu 3 roh suci masing-masing menciptakan lingkaran suci pada majikannya. Sambil melayang perlahan, mereka melambaikan tangan perpisahan. Akhirnya lingkaran suci melesat cukup cepat menuju desa masing-masing, tentu saja dengan petunjuk Stev, Chely, dan Ricko, karena 3 roh suci kurang hafal dengan lokasi desa mereka, meski sudah 1 kali berkunjung. Ricko melihat lingkaran suci milik Chely saat mulai bergerak menjauh, dia berharap besar bisa bertemu gadis itu lagi. "Aku akan minta bantuan roh suci untuk mengetahui keberadaan Chely, hihihi," batin Ricko, sepertinya dia jatuh cinta pada Chely. Perjalanan sebenarnya tidak lama, tapi Stev meminta roh suci Draga untuk pelan saja dalam menjalankan lingkaran suci, tapi tidak terlalu pelan juga. Stev meminta kecepatan setara dengan motor saja, sekitar 60 kilometer per jam, menurutnya sangat nyaman dan sesuai. Roh Draga setuju dengan permintaan Stev tersebut, dia sama sekali tidak keberatan. Sekian menit berlalu, kini Stev sampai di desanya. Namun dia tidak langsung meminta Draga untuk memasuki rumah penduduk, dia meminta di kebun dekat desa. Mungkin Stev belum siap bertemu dengan para warga, "Oke, kita turun di sini saja, Draga!" "Siap!" jawab Draga, lalu menghentikan lingkaran suci, turun perlahan. "Yeah, akhirnya sampai juga. Uhmm, sepertinya aku harus buat kejutan," gumam Stev sambil tersenyum, dia mengambil pedang legendaris miliknya. Apa yang ingin dilakukan Stev dengan pedang itu? Mungkin sesuatu yang menarik, jelas bukan sesuatu yang berbahaya. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN