74. MAKHLUK RAKSASA

1578 Kata
Kekuatan berbahaya yang dimiliki pasangan penyihir itu hampir membunuh Stev dan teman-teman, tapi berkat bantuan dan perlindungan 3 roh suci, para kesatria bisa selamat. Mungkin pertarungan akhir antara Stev dan teman-teman melawan Fictor dan Venny akan segera dimulai, pasti sangat menarik. *** Penyihir Fictor dan Venny masih berciuman mesra di depan Stev dan teman-teman, sungguh keterlaluan. Meski begitu, para kesatria tidak bisa menggangu perbuatan mereka, mungkin karena saking terkejutnya, merasa malu sendiri juga. Ricko masih menutupi kedua mata Chely, sementara Chely membiarkan itu, karena tidak tahu harus bagaimana, dia malu juga melihat itu. Stev malah melongo melihat itu, sungguh terlalu. "Udah selesai belom mereka? Sungguh menyebalkan!" tanya Chely. "Belom, mungkin bentar lagi," jawab Ricko. "Lah, terus kenapa kamu malah liat terus? Dasar cowok m***m!" "Hehehe, gak terlalu fokus kok!" jawab Ricko sambil terkekeh. Sesaat kemudian, Ricko mencoba berbicara konyol. "Apa Chely kepengen seperti mereka?" "Sembarangan, aku gak jorok seperti itu kali," balas Chely agak kesal, dia menyenggol tubuh Ricko karena berbicara begitu. "Hehe, aku cuma bercanda Chely. Uhmm, tapi gak apa-apa kan kalau memang suami istri." "Ya, aku tau. Tapi gak di depan orang lain juga Ricko, keterlaluan mereka." "Iya, juga sih. Ehh, mereka udah selesai," ucap Ricko, kemudian segera membuka mata Chely tersebut. Wajah Chely tampak memerah, mungkin karena kedua tangan Ricko batu saja menyentuh dirinya, bahkan terkadang Ricko sedikit menempelkan badannya di belakang Chely. "Ricko ...," ucap Chely ragu-ragu. "Hah? Ada apa?" jawab Ricko. "Uhmm, gak ada apa-apa, hehe." "Oh." "Ricko, apa sebenarnya kamu menyukai aku? Ah, sepertinya itu gak mungkin, percaya diri sekali aku," batin Chely, lalu mencoba melupakan semua yang baru saja terjadi. Setelah itu, semuanya kembali serius dalam pertarungan. "Baiklah, saatnya kita mulai pertarungan kita!" teriak Fictor. "Apa itu yang kalian lakukan sebelum bertarung serius, hah?" tanya Stev penasaran. "Hehe, iya. Memangnya kenapa? Apa Kamu kepengen seperti kami tadi?" tanya Venny menggoda. "Enggak!" "Ahahaha! Dasar pembohong. Aku udah tau sifat aslimu, Stev!" Venny malah tertawa, dia sok tahu mengenai sifat Stev yang terpendam, meski bisa jadi itu memang benar, apalagi tadi Stev sampai menelan saliva saat melihat pasangan suami istri tadi berciuman. "Berisik!" Stev tidak mau lagi membahas itu, lalu menyerang 2 penyihir itu dengan tebasan es dari jarak jauh. Akan tetapi, mereka dilindungi oleh kelelawar gelap yang diciptakan Fictor sebelumnya. "Oke, jika ini yang kamu inginkan. Bersiaplah kalian semua!" teriak Venny segera mengeluarkan teknik rahasia, begitu juga dengan Fictor, mereka bersamaan mengeluarkan kekuatan yang pasti sangat berbahaya. Energi gelap mereka bersatu dan membesar, lalu berubah menjadi sesosok makhluk raksasa yang mengerikan, mirip seperti gorila dengan tubuh hitam, wajahnya juga mengerikan. Bahkan energi besar kedua penyihir itu sampai menghancurkan atap labirin, apalagi munculnya makhluk raksasa tersebut, kelelawar hitam ikut bersatu di tubuh gorila raksasa. Selanjutnya, gorila raksasa itu menghantam sebagian besar atap labirin agar pertarungan mereka lebih bebas dan terbuka. "Awas semuanya!" teriak Ricko memberi peringatan, hal itu karena atap labirin roboh dan bisa menimpa mereka. Mengetahui itu, ketiga roh suci menciptakan lingkaran suci lagi untuk melindungi Stev, Chely, dan Ricko. Lingkaran suci melayang ke atas hingga menembus atap yang roboh. "Bamm!" suara atap tersebut roboh di lantai labirin, banyak debu mengepul di sekitar itu. Sekian detik kemudian, debu mulai menghilang. Stev dan teman-teman berada di atas reruntuhan atap labirin tersebut, masih ada lingkaran suci melindungi mereka, sementara gorila raksasa hanya bisa melihat, tapi siap menyerang sewaktu-waktu. Pada akhirnya, lingkaran suci menghilang, Ricko mengeluarkan kekuatan udara beberapa kali untuk menyingkirkan debu yang masih tersisa. Setelah itu, bersiap melawan gorila raksasa. Ternyata penyihir Fictor dan Venny menyatu dengan gorila raksasa, tepatnya di bagian bawah leher makhluk raksasa itu, akan tetapi mereka masih bisa melihat Stev dan teman-teman, karena ada lubang yang cukup untuk melihat lawannya. Ukuran gorila raksasa lebih besar dari pada Golem milik Gennai, monster Golem setinggi 20 meter, sementara gorila raksasa setinggi 30 meter. Ternyata bukan hanya gorila raksasa yang harus mereka lawan, tapi ada 4 buah bola besar berwarna pink yang berduri, sepertinya beracun. Keempat bola berduri itu melayang di sekitar monster gorila raksasa. Sebenarnya gorila raksasa adalah kekuatan rahasia penyihir Fictor, sedangan 4 bola pink berduri dan beracun adalah kekuatan rahasia penyihir Venny. Setelah melihat lingkaran suci menghilang, gorila raksasa menyerang, dia berusaha menginjak para kesatria. Untung saja masih bisa menghindar, karena kekuatan energi milik Stev, Chely, dan Ricko sudah maksimal. Kekuatan gorila raksasa sangat besar, bahkan tanah labirin sampai berlubang, namun meski besar, kecepatan serangnya agak lambat, sehingga para kesatria agak mudah dalam menghindar. Saat Stev berlari menghindar, ada 1 bola berduri melesat ke arahnya, dia terkejut apalagi ukuran bola pink berduri itu besar, mungkin 4 kali lipat dari ukuran tubuh Stev, jika sampai terkena, pasti sangat berbahaya, apalagi beracun. "Stev, awas!" ucap Draga yang bersamanya, dia belum bisa menggunakan lingkaran suci untuk melindungi Stev, tapi roh suci juga belum menyalurkan kekuatan suci karena hampir tidak berguna jika melawan gorila raksasa itu, kekuatan suci sebenarnya difokuskan untuk menyerang tubuh musuh, yaitu Fictor dan Venny. Jadi, 3 roh suci bersiap jika para kesatria akan menyerang tubuh para penyihir itu. Ternyata Stev masih bisa menghindar, meski dengan susah payah. Bola besar itu mengenai dinding labirin hingga amblas. Kesempatan itu dia gunakan untuk menyerang gorila, Stev menyerang dengan shuriken api, tepat ke arah wajah gorila agar buta, namun tangan besar makhluk itu digunakan untuk tameng. Serangan shuriken api tidak mempan sama sekali, mungkin hanya terasa gatal bagi gorila raksasa. Ada 1 lagi bola yang menyerang Stev, dia memusatkan energi di kaki, agar bisa lari cepat untuk menghindar. Bola pink berduri tertancap sementara di lantai labirin. "Huh, ini sungguh menyusahkan. Mungkin aku harus pakai cara itu," gumam Stev mendapat ide menarik. Chely juga mendapat serangan bola berduri, untung masih bisa menghindar, dia lompat dan lari di dinding labirin yang tinggal separuh. Ternyata Ricko juga mendapat serangan sama, bola pink berduri. Ricko memberanikan diri, dan fokus pada bola tersebut, ternyata dia melompat dan mejadikan bola berduri pijakan, namun tepat di bagian yang tidak berduri, namun tiba-tiba di sekitar pijakan tersebut muncul gas beracun warna pink, Ricko terkejut, lalu segera melompat ke tanah labirin. Hampir saja Ricko terkena gas beracun yang bisa melemahkan tubuh, seperti yang pernah Stev rasakan saat sendirian melawan penyihir Venny. "Huh, gas warna pink itu pasti beracun. Bikin kaget saja!" gumam Ricko. Gorila raksasa ingin menghantam Chely, namun saat tangan monster mengarah ke Chely, sebuah sambaran petir menyerang tangan gorila hingga tampak tersengat petir, sehingga tidak jadi memukul Chely. "Ricko! Lagi-lagi kamu ...," ucap Chely terhenti karena melihat Ricko tersenyum manis padanya. Namun ada bola berduri yang melesat ke arah Ricko dari samping. Ricko mendadak terkejut, tapi saat bola berduri hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba ada laser cahaya yang membelokkan bola berduri itu, sehingga Ricko selamat. "Chely, makasih banyak ya!" ucap Ricko tersenyum lagi, Chely pun membalas dengan anggukan kepala, tapi hanya sedikit senyum. Di posisi Stev, ternyata dia menciptakan teknik spesial, yaitu teknik beruang kutub dari es. Terlihat Stev naik dan ikut terbang di leher beruang kutub ciptaannya. Semua makhluk dari teknik pedang legendaris bisa terbang, karena mereka adalah makhluk spesial. Stev berniat terbang bersama beruang kutub sambil menyerang dan menghindar dari serangan musuh. Stev menghindar dari serangan bola pink berduri, lalu menyerang menggunakan pisau es, tepat ke arah tempat 2 penyihir bersembunyi, akan tetapi gagal karena gorila raksasa selalu melindungi mereka. Tentu saja menggunakan tangan besarnya, tangan milik gorila raksasa itu ibarat tameng yang sangat kuat, bahkan serangan pisau es sama sekali tidak berefek, itu sungguh sulit dipercaya. Chely dan Ricko juga menciptakan binatang spesial, hal itu karena mereka melihat Stev sangat cerdik, dengan naik di binatang spesial, mereka akan lebih mudah menghindar dari semua serangan musuh, tapi masih susah dalam menyerang balik. Semua harus bertahan sambil mencari cara. Tampak Chely naik serigala malam dari kekuatan kegelapan, sedangkan Ricko naik garuda terbang yang tercipta dari udara, terlihat sangat keren. "Pintar juga mereka, tapi jangan harap bisa mengalahkan aku dan istriku, " gumam Fictor, lalu mencium kening Venny. Gorila raksasa menyerang mereka menggunakan tembakan duri beracun, lewat mulut gorila, duri yang tercipta dari energi gelap. Stev dan teman-teman berusaha menghindar, bahkan malah terbang dengan gesit. Akhirnya semua serangan gorila berhasil dihindari, bahkan gorila raksasa kesulitan saat ingin menangkap mereka. Dengan begitu, semua sama-sama sulit dalam mengenai target serangan. Chely sempat menyerang gorila itu menggunakan bola kegelapan, sedangkan Ricko menyerang menggunakan sabit udara, akan tetapi semua gagal karena gorila selalu bertahan menggunakan tangan besarnya "Apa yang harus aku lakukan, kenapa sepertinya semua serangan gak mempan," batin Stev sambil terbang. "Sial, selalu dihalau oleh tangan besar itu. Adakah cara lain yang lebih efektif?" batin Chely merasa kesulitan. "Huft, itu juga gagal. Harus pakai cara lain, tapi apa?" batin Ricko. Stev dan teman-teman berpikir mencari solusi sambil terbang, ketiga roh suci pun juga bingung bagaimana caranya menyerang Fictor dan Venny. Namun 2 penyihir suami istri itu tampak kesal juga, karena para kesatria selalu bisa menghindar. Di ruangan khusus, tampak Barra yang pemimpin penyihir memperhatikan pertarungan Stev dan teman-teman melawan Fictor dan Venny, dia terlihat sangat santai karena sambil makan dan minum, bahkan kakinya ditaruh di kursi lainnya, sungguh tidak sopan. "Huh, pertarungan yang seimbang. Ayolah Fictor, Venny, katanya gak ingin mengecewakan aku? Mana buktinya, mengalahkan para kesatria lemah itu saja lama sekali. Dasar payah kalian berdua!" ucap Barra merasa kesal. Tidak jauh dari Barra bersantai, ada Kristal Magic yang digunakan untuk ritual itu, benda yang menjadi incaran Stev dan teman-teman untuk dihancurkan. Kristal Magic itu melayang di batu altar, sedikit ada medan pelindung juga yang berwarna gelap. Untuk menghancurkan Kristal Magic, tentu saja para kesatria harus mengalahkan Barra sang kebencian dulu. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN