48. MENYERANG DAN BERTAHAN

1572 Kata
Dua iblis muncul di tahap keempat, kekuatan mereka pasti sangat mengerikan, apalagi ini adalah tahap yang mendekati akhir, tentu saja rintangan lebih sulit. Para kesatria yang berhasil masuk ke tahap ini, harus berjuang antara hidup dan mati, hanya itu yang bisa mereka lakukan. Semoga ketiga murid Kakek Hamzo berhasil menang melawan 2 iblis tersebut, namun kesatria lain kasihan juga kalau harus mati di tangan para iblis itu, semoga mereka menang juga, meski akan membuat jalannya turnamen menjadi lambat, itu karena banyak yang lolos dan masuk ke tahap kelima alias terakhir. *** Saat ini Stev meningkatkan kekuatan energi miliknya untuk menghadapi 2 iblis pria dan wanita itu, ditambah kedua mata Stev menyala agak terang, namun itu semua belum dikeluarkan secara maksimal. Menurut Stev, ini belum waktunya, dia ingin menguji dulu kemampuan 2 iblis itu. Stev ingin menyerang lebih dulu, lalu melesat cepat ke arah iblis wanita. "Aww, jadi kamu memilih aku terlebih dahulu. Wahai pemuda tampan?" ucap iblis wanita sambil tersenyum saat melihat Stev menyerangnya. Stev berusaha menebas iblis wanita, namun bisa dihindari dengan mudah, yaitu lawan bergerak ke samping. Entah kenapa gerakan Stev melambat saat dekat dengan wanita iblis itu, dia heran dan terkejut, sementara lawan tersenyum. "Oh, tampan-tampan gini tapi kejam. Apa kamu serius ingin membunuhku, hmm?" ucap iblis wanita sambil membelai pipi kiri Stev, terlihat kuku milik iblis wanita tajam dan pasti berbahaya. Hal itu membuat Stev segera menjauh sedikit, lalu mencoba menebas lagi, bahkan beberapa kali. Akan tetapi, lawan selalu bisa menghindar cukup mudah. "Hmm, ternyata kamu serius ingin membunuhku, baiklah aku mengerti," ucap si iblis wanita, dia melesat di belakang Stev dan ingin memeluk Stev, akan tetapi Stev mengetahui itu dan segera menjauh sebisa mungkin. "Ah, padahal aku ingin merasakan hangatnya tubuhmu saat sedang marah!" lanjutnya sedikit kecewa karena gagal memeluk Stev dari belakang. Iblis wanita ini sungguh genit, sepertinya dia ingin sekali menikmati tubuh Stev yang memang tampan itu. "Sialan! Mau apa kau?" kesal Stev. "Bukannya udah aku bilang, aku ingin bermain ranjang dengan kamu, hihihi," balas iblis wanita. "Cihh, ogah. Jangan harap itu akan terjadi," ucap Stev merasa kesal. Namun sesaat kemudian, si iblis pria melesat dan ingin memukul Stev. "Aku gak akan biarin istriku berpaling hanya karena kamu. Mati saja kau!" ucap iblis pria marah, karena pasti cemburu. Melihat itu, Stev terkejut, lalu segera menangkis pukulan iblis pria dengan sisi pedang legendaris, akan tetapi Stev terdorong mundur hingga menabrak dinding ruangan ini. Kekuatan iblis pria sangat kuat, padahal Stev menahan dengan pedang dan kedua tangan, dia juga menggunakan kekuatan energi. Setelah itu, iblis pria ingin memukul kepala Stev. "Kamu memang tampan, maka dari itu, kamu harus mati!" teriak iblis pria benar-benar cemburu. "Glarr!" suara dinding ruangan hancur karena pukulan iblis tersebut, bahkan dinding itu sampai berlubang. Untung saja Stev berhasil menghindar dan lari menjauh. "Kekuatannya sangat hebat, aku harus hati-hati," batin Stev. "Sayang! Jangan terlalu kasar donk. Apa kamu beneran cemburu?" ucap iblis wanita kepada iblis pria yang ternyata memang pasangan. "Diam kamu, harusnya kamu udah tau kan perasaanku," balas iblis pria. "Uhh, manisnya suamiku kalau marah. Baiklah, aku mengerti. Kamu memang cemburu, hihihi." Tiba-tiba si iblis pria melesat di dekat iblis wanita, dia langsung memeluk si iblis wanita dari depan. "Sayang, aku gak akan membiarkan tubuh seksi mu ini bersama makhluk lain. Aku cinta mati sama kamu tau, cup!" ucap iblis pria sambil mencium kening istrinya. "Apa-apaan dua iblis itu. Malah bermesraan di depanku. Sial, apa kalian hanya ingin membuatku iri? Sungguh menyebalkan. Mentang-mentang aku jomblo, kalian begitu di depanku. Tapi, seharusnya mereka gak tau kan kalau aku jomblo," batin Stev. Stev kurang suka melihat mereka bermesraan, mungkin karena dia masih jomblo, kemudian Stev mengeluarkan kekuatan pedang legendaris. Serangan kobaran api melesat ke arah dua iblis yang sedang berpelukan itu, ternyata mereka tahu, akan tetapi tidak berniat menghindar. Si iblis pria mencoba mengatasi serangan api milik Stev, yaitu dengan mengeluarkan kekuatan api juga dengan telapak tangan kanan, namun milik iblis adalah api hitam. Serangan api milik Stev langsung padam, sepertinya karena kalah panas. "Mengganggu orang bermesraan saja, rasakan ini!" ucap iblis pria membentuk bola api hitam, kemudian diluncurkan ke arah Stev satu per satu. "Darr!" "Darr!" "Darr!" Serangan iblis pria tampak meledak di dinding ruangan labirin ini, Stev berusaha menghindar sambil melompat dan berlari sebisa mungkin di dalam ruangan ini. "Hmm, lumayan juga gerakan anak muda itu," gumam iblis pria. Sekian detik kemudian serangan bola api hitam milik iblis pria berhenti. Stev tidak ingin menyerah, lalu melesat mendekat kepada mereka sambil mengeluarkan kekuatan pedang legendaris. Kali ini serangan tebasan es menyerang, iblis pria dan wanita menghindar, mungkin tidak bisa mengatasi serangan es, jadi memilih menghindar. Stev ingin menebas si iblis pria, melihat itu lawan malah terdiam dan tidak ingin menghindar. Stev terheran, namun tetap melanjutkan aksinya. "Clenk!" suara benturan pedang legendaris, ternyata iblis pria menangkis menggunakan cakar keras di tangannya, cakar atau kuku iblis itu sangat kuat, bagaikan besi. "Jrass!" Stev terkena cakaran iblis pria dari tangan kirinya, dia terkena di bagian pinggang sebelah kanan, bahkan hingga mengeluarkan darah. Stev segera lompat mundur dan menjauh agar tidak terkena serangan lebih. "Ughh, sial. Cakar macam apa itu, perih sekali," keluh Stev sambil menahan rasa sakit di pinggangnya. Stev membiarkan lukanya tersebut, karena lukanya tidak terlalu parah, tampak bajunya sobek terkena cakaran iblis pria. "Hemm, darah segar! Pasti sangat lezat," ucap si iblis wanita sambil menjilat bibirnya. Jadi para iblis itu menyukai darah, sungguh menjijikan. Tiba-tiba dia melesat dan ingin menjilat darah di pinggang Stev, namun Stev mengetahui itu dan mencoba menebas iblis wanita meski bisa dihindari dengan mundur. "Kemari lah Sayang! Aku ingin menghisap darahmu itu, hihihi!" ucap iblis wanita sambil terkekeh senang. "Dasar makhluk menjijikan!" balas Stev dengan lantang. "Apa katamu? Sungguh kurang ajar! Aku gak akan memaafkan mu karena telah mengejekku!" Iblis wanita marah dan membuat bola api hitam cukup besar, lalu diluncurkan ke arah Stev. Melihat itu, Stev lari menjauh, akan tetapi bola api hitam itu ternyata terus mengejarnya, meski lebih pelan dari gerakan Stev. "Apa? Gak mungkin!" kata Stev terkejut sambil berlari. Di depannya tiba-tiba ada iblis pria dan bersiap menghajar Stev. Mengetahui itu, Stev meningkatkan energi miliknya hingga maksimal, menurutnya sangat berbahaya dan Stev tidak ingin meremehkan kedua iblis itu, ini sudah waktunya. Karena kekuatan energi sudah maksimal, dia bisa melesat dan belok dengan cepat, setelah itu bersiap mengatasi bola api hitam besar itu. Mata biru Stev bersinar terang dan pedang sisi biru juga ... "Pedang Es, Teknik Pisau Es!" Pisau-pisau es melesat dan menghancurkan bola api hitam milik iblis wanita. Setelah itu mengarahkan pisau-pisau es untuk menembak iblis pria maupun wanita, bergantian. Kedua iblis berusaha menghindar sebisa mungkin. "Kekuatan pedang itu, sepertinya memang menarik!" gumam iblis pria sambil menghindar. "Huh, apa-apaan ini. Merepotkan saja!" gumam iblis wanita. Tiba-tiba ada Stev di depan iblis wanita, hal itu membuatnya terkejut. "Aaaa!" teriak iblis wanita terkena serangan pisau es di beberapa bagian badannya, dia hanya berlindung menggunakan kedua tangan. Pisau-pisau es itu menancap dan berhasil melukai iblis wanita, bahkan hingga berdarah, namun darah iblis tersebut agak hitam. Ditambah tubuh iblis wanita membeku sementara, Stev tersenyum melihat itu. "Sayang!" teriak iblis pria khawatir melihat istrinya terluka dan membeku. "Kurangajar!" lanjutnya sambil mendekat pada istrinya. Akan tetapi, tidak lama kemudian, es yang membekukan iblis wanita mencair perlahan, hingga akhirnya iblis wanita lepas dari bekuan es. Terlihat aura gelap mengitari si iblis wanita, sepertinya dia menggunakan kekuatan gelap untuk mencairkan es tersebut. Bahkan luka yang didapat iblis wanita tadi, tampak sembuh dengan cepat. "Apa? Sembuh secepat itu? Sial, hebat sekali kekuatan iblis wanita itu. Padahal luka ku saja belum pulih dan masih terasa sakit," gumam Stev merasa kesal. "Tenang saja Sayang! Aku baik-baik saja kok!" ucap iblis wanita memberi tahu suaminya agar tidak cemas. "Oke aku percaya." Kedua iblis itu merasa kesal karena sebelumnya meremehkan Stev, kali ini mereka ingin serius. Terlihat aura gelap berkobar pada kedua iblis itu. Stev semakin waspada dan bersiap-siap, kali ini serangan para iblis pasti lebih berbahaya. "Aku harus berhati-hati. Aku yakin mereka punya kekuatan tersembunyi," batin Stev. Sesaat kemudian, si iblis pria melesat dan menyerang Stev dengan cakar di kedua tangannya. Stev juga tidak mau mengalah, dia berusaha menebas iblis pria. Sehingga mereka saling serang dan menghindar. "Clenk, Clenk, Clenk!" Benturan, getaran, dan kecepatan gerak mereka terlihat imbang, sementara si iblis wanita hanya melihat pertarungan suaminya melawan si pengguna pedang legendaris, alias Stev. Percikan api, serangan es, api biasa, atau pun api hitam juga kadang terlihat. Selama hampir satu menit, masing-masing berhenti dan lompat mundur. Terlihat Stev sedikit kelelahan, dan mendapat luka baru di lengan kanan, namun tidak parah, sedangkan iblis pria tidak tampak lelah, mungkin karena iblis, meski begitu, dia memiliki luka juga di bagian depan bawah leher, luka bakar sedikit dan goresan di lengan atas. "Hmm, gak buruk juga," ucap iblis pria dengan tersenyum. "Ini gak akan mudah, aku harus bertahan dan mampu mengalahkan 2 iblis mengerikan itu," batin Stev. Stev bersiap lagi menghadapi serangan berikutnya. Mampukah Stev mengalahkan 2 iblis itu? Sebenarnya sangat sulit, apalagi melawan 2 iblis dengan kekuatan hebat. Tapi tentu saja, Stev tidak akan menyerang dengan mudah, karena dia sudah berjanji akan pulang dengan selamat. Saat ini, pasti semua penduduk desa sedang menanti dirinya. Di desa Blue-Sky, tampak seorang pemuda mengecek kondisi warga yang sakit, dia adalah sahabat terbaik Stev, yaitu Khen. "Stev, berjuanglah! Di sini sementara masih aman. Penyakit misterius itu memang belum hilang, tapi aku bersyukur tidak menyebar. Seharusnya para penduduk bisa bertahan hingga kamu pulang, Stev!" ucap Khen saat menjenguk penduduk yang terkena penyakit misterius waktu itu. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN