66. NAMA-NAMA ROH SUCI

1605 Kata
Cukup sulit melawan 2 penyihir yang muncul di ruang pertama, yaitu Gennai dan Marxo. Ternyata mereka memiliki pertahanan yang kuat dan teknik magic yang berbahaya, Stev dan teman-teman harus ekstra hati-hati. *** Stev dan Gennai masih beradu kekuatan, gerakan mereka sangat cepat hingga sekian detik kemudian, mereka mundur dan berhenti menyerang. Terlihat Stev mulai lelah, sedangkan penyihir Gennai masih segar bugar, tentu saja karena tubuh abadi, jadi dia tidak punya rasa lelah, sungguh sulit dipercaya. Meski begitu, serangan keduanya seimbang, karena Stev menambah lagi kekuatan energi miliknya untuk digunakan. "Huft, ternyata gak mudah melukai penyihir Gennai," gumam Stev sambil menatap musuh. "Hmm, kau lumayan juga bocah!" ucap Gennai sambil tersenyum. "Bocah kau bilang? Bukankah kau sendiri yang punya tubuh bocah," balas Stev. "Oh, benar juga ya. Astaga, aku sampai lupa bahwa tubuhku ini tampan dan remaja kembali." "Cihh, memuakkan," umpat Stev. Saat sedang berbicara, roh suci naga yang selalu bersama Stev mengeluarkan kekuatannya, dia memberi energi tambahan untuk Stev, sehingga lelah yang dia rasakan langsung hilang. "Wah, makasih banyak! Tubuhku terasa segar kembali," kata Stev merasa senang. Mendengar itu, roh suci naga tersenyum, lalu menjawab ... "Tenang saja, ini salah 1 tugas kami." "Jadi begitu ya. Hmm, ini sangat bermanfaat." "Kurang ajar! Jadi roh kecil itu sangat membantu mereka, apa aku harus menyingkap roh kecil itu dulu," gumam penyihir Gennai merasa kesal. "Jika terus seperti itu, mereka sama saja memiliki tubuh abadi seperti kami. Ah, enggak, itu jelas beda. Aku yakin roh kecil aneh itu memiliki batasan kekuatan," lanjut Gennai mencoba menganalisa keadaan. Chely berusaha menyerang Marxo, namun sangat sulit, dia dibantu oleh Ricko. Serangan tebasan cahaya, kegelapan, udara, dan petir tidak ada yang mengenai musuh, namun musuh juga tidak berhasil menyerang Chely atau Ricko menggunakan energi gelap. "Hmm, kalian berdua selalu bekerja sama dan saling melindungi. Apa kalian suami istri, hah?" tanya Marxo hingga membuat Chely dan Ricko terkejut. "Hah, sembarangan!" balas Chely dan Ricko bersamaan, namun tiba-tiba wajah Ricko memerah, tapi tidak bagi Chely, dia tampak biasa saja. "Oh, jadi aku salah tebak!" ucap penyihir Marxo. "Baiklah, kalau begitu aku gak perlu kasihan jika harus membunuh salah 1 dari kalian!" Marxo mengeluarkan tekniknya, banyak sekali pecahan kaca yang beterbangan di sekitarnya. Tidak lama kemudian, kaca-kaca tersebut melesat ke arah Ricko dan Chely. "Mati saja kalian!" teriak Marxo. "Hati-hati!" teriak Ricko dan bergegas menyelamatkan Chely yang kurang fokus. Ricko membawa kabur Chely agar tidak terkena serangan pecahan banyak kaca tersebut. "Uhh, sakit!" keluh Ricko terkena 2 pecahan kaca milik Marxo. Ricko terkena di bagian punggung hingga mengeluarkan darah. "Kenapa, kenapa kamu menyelamatkan aku? Sejujurnya aku bisa menghindar," tanya Chely. "Gak apa-apa. Aku hanya khawatir dengan mu," bala Ricko tersenyum. Hati Chely sedikit tersentuh, namun segera membantu melepaskan kaca yang tertancap di punggung Ricko. "Ya ampun, kamu terluka!" ucap Chely saat melihat darah keluar dari punggung Ricko. "Huh, apa kalian lupa keberadaan ku? Dasar bodoh!" ucap Marxo sambil menyerang dengan teknik yang sama, yaitu pecahan kaca. "Awas!" teriak Ricko dan Chely serentak. "Chely! Ricko!" teriak Stev mengkhawatirkan kedua temannya. "Bodoh, seharusnya kau khawatir dengan dirimu sendiri!" ucap Gennai hingga membuat Stev terkejut, karena Gennai sudah siap menyerang dengan teknik. Beberapa bongkah bola tanah besar melayang di sekitar Gennai, lalu melesat cepat ke arah Stev. "Sial! Ini gawat!" ucap Stev. Chely dan Ricko berusaha menghindar dari serangan kaca milik Marxo, mereka menggunakan menggunakan kekuatan energi secara maksimal, agar lebih mudah dalam menghindar. "Kamu, tenang saja. Aku akan menyembuhkan luka di punggung mu," ucap roh suci kuda dan segera menyalurkan kekuatan energi miliknya di luka Ricko, luka tersebut sembuh cukup cepat. "Makasih, roh suci kuda," ucap Ricko sbil menghindari serangan Marxo. "Uhmm, sebenarnya kami punya nama," jawab roh suci kuda. "Hah? Serius jadi nama kamu siapa?" "Panggil saja aku Unico, hehe!" jawab Unico sambil terkekeh. "Oke, Unico. Senang sekali bisa berteman dengan mu." Ricko berhenti dan ingin mengahalau serangan kaca Marxo tersebut. Mata dan pedang sisi hijau menyala. "Pedang Udara, Teknik Putaran Beliung!" Putaran angin beliung sangat kuat, serangan kaca musuh sebagian besar terhempas, namun ada beberapa yang masih melesat, mungkin ada yang cukup kuat. Melihat itu, Ricko menyerang dengan teknik lain, terlihat mata dan pedang sisi kuning menyala. "Pedang Petir, Teknik Aliran Petir!" Aliran petir muncul dari pedang suci legendaris, kekuatan petir tersebut mampu membuat kaca milik Marco pecah berantakan menjadi serpihan kaca sangat kecil, tampak juga berjatuhan di tanah. Marxo merasa kesal, serangannya gagal, meski tadi sempat melukai Ricko, tapi dia kurang puas. Stev langsung menggunakan kekuatan energi hingga maksimal demi menghindari serangan mendadak Gennai, namun Gennai mengincar lagi arah depan Stev saat berlari, penyihir itu cukup cerdas. "Apa? Gak mungkin!" kaget Stev melihat bola besar tanah melesat, namun tiba-tiba bola tanah itu hancur. "Apa yang terjadi?" ucap Stev. Ternyata Chely yang melakukan itu, dia bermaksud melindungi Stev, karena mereka sudah berjanji akan saling melindungi, tampak Chely tersenyum. "Chely, makasih telah melindungi aku," ucap Stev saat melihat Chely agak jauh, Chely menjawab dengan tersenyum. Ternyata sebelumnya Chely menghindar sambil mendekat pada Stev, sedangkan Marxo lebih memfokuskan serangannya pada Ricko. "Huh, jadi mereka kerjasama! No problem buatku, ini bisa jadi menarik," batin penyihir Gennai, lalu melanjutkan serangannya. Beberapa bola tanah kini menyerang Stev dan Chely. Melihat itu, Stev melompat dan menyerang balik musuh dengan teknik spesial pedang legendaris, sehingga mata dan pedang sisi biru menyala. "Pedang Es, Teknik Pisau Es!" Gennai melihat serangan itu, dia segera membuat dinding tanah yang melindungi dirinya, serangan pisau es menancap di dinding tanah ciptaan Gennai, namun Chely juga menyerang dari samping, tampan mata dan pedang sisi putih menyala. "Pedang Cahaya, Teknik Laser Cahaya!" Gennai terkejut, serangan milik Chely datang dengan cepat, akan tetapi dia berhasil menghindar, sepertinya serangan laser cahaya tidak bisa dihalau dengan dinding tanah, karena laser cahaya hanya 1, jadi lebih kuat. "Ughh, sial! Aku terkena laser cahaya itu sedikit," keluh Gennai karena terkena serangan Chely di lengan atasnya. Chely dan Stev tersenyum melihat itu, akan tetapi penyihir Gennai malah ikut tersenyum. "Apa-apaan orang itu. Apa dia sudah gila? Sungguh memuakkan," kesal Chely. "Hahaha! Lumayan juga combo sepasang kekasih ini, aku cukup terkesan. Mungkin kalian cocok!" ucap Gennai hingga membuat Stev dan Chely tersentak, hal itu karena mereka bukan sepasang kekasih. Wajah Chely mendadak merah, namun biasa saja untuk wajah Stev, dia hanya tersenyum sedikit. "Sembarangan aja kalau bicara! Kami hanya teman, dan kami belum lama saling kenal, paham?" balas Chely berusaha menyembunyikan perasaannya. "Ah, masa kalian bukan kekasih?" "Bukan!" teriak Chely hingga terdengar semua yang ada si ruangan ini, termasuk Ricko dan Marxo. "Kenapa si cantik itu?" batin Ricko. Sementara Stev malah menggaruk kepala belakangnya meski tidak gatal, dia juga tersenyum lucu. Chely merasa sangat malu, lalu mengeluarkan teknik pedang legendaris, dengan mata dan sisi warna hitam menyala. "Pedang Kegelapan, Teknik Bola Kegelapan!" Bola-bola kegelapan menyerang ke arah Gennai agar tidak berisik, namun Gennai bisa menghindar dengan mudah. "Hahaha, sebenarnya kamu cantik, tapi sayang sekali kamu pemarah. Aku sempat ingin memiliki tubuh mu, namun aku gak suka gadis pemarah!" ucap Gennai sambil menghindar dengan lari dan lompat cepat. "Jangan harap kau menyentuh tubuhku!" kesal Chely semakin marah mendengar ucapan Gennai barusan. Chely terus menyerang Gennai membabi buta, hingga terdengar ledakan bola kegelapan di dinding labirin. "Wah, wah, wah! Sungguh gadis pemarah, dia benar-benar bukan tipeku!" gumam Gennai. Selama 1 menit, Chely terus menyerang, hingga akhirnya berhenti dan Chely tampak kelelahan. "Penyihir menyebalkan itu, sungguh membuatku kesal, hah, hah!" gumam Chely. Sesaat kemudian, tubuh Chely terasa hangat dan nyaman, ternyata roh suci kupu-kupu menyalurkan energinya agar rasa lelah Chely menghilang. "Aku akan membuatmu segar kembali, kamu tenang saja!" ucap roh suci kupu-kupu membuat Chely tersenyum. "Makasih ... roh suci ...," ucap Chely ragu karena tidak tahu harus meyebut siapa roh suci kupu-kupu. "Bafly, namaku Bafly. Maaf, baru memberi tahu namaku," ucap roh suci tersebut yang ternyata bernama Bafly, nama yang manis. "Jadi Bafly ya! Makasih banyak, Bafly!" "Oke, sama-sama." Terlihat Stev masih memperhatikan Chely marah, dia terkekeh pelan. "Apa jangan-jangan Chely suka denganku? Hmm, dia memang cantik. Tapi, Ricko mencintai dia, jadi sebaiknya aku mengalah," batin Stev. "Kamu kenapa? Apa kamu suka dengan gadis itu?" tanya roh suci naga. "Ehh, kamu. Jangan asal nebak, aku gak bisa mencintai dia," jawab Stev sambil menatap roh suci naga. "Kamu, sebaiknya aku panggil kamu apa ya?" lanjutnya bingung. "Draga, sebenarnya namaku Draga, hehe!" "Oh, jadi Draga! Baiklah Draga, ayo kita kalahkan semua penyihir!" Stev mengajak roh suci naga yang ternyata bernama Draga, ketiga roh suci tersebut malah belum sempat kenalan, sedangkan Stev dan teman-teman juga belum bertenaga nama mereka hingga sekarang semua sudah tahu nama para roh binatang suci tersebut. "Oke, siap!" jawab Draga. Stev dan Draga fokus kembali ke pertarungan, terlihat Gennai membersihkan bajunya yang terkena debu akibat serangan Chely. Gennai dan Marxo fokus pada 3 roh suci, dia merasa kesal karena para roh suci itu sangat membantu para kesatria, mereka berdua ingin menyerang roh suci, namun pasti tidak akan mudah, karena terlindungi Stev, Chely atau pun Ricko. "Marxo, kita gak boleh membuang-buang waktu! Sebaiknya kita akhiri saja mereka di sini!" ajak Gennai serius. "Baiklah, jika itu yang kamu inginkan! Mungkin roh kesatria yang seharusnya menjadi tumbal itu sangat penting," jawab Marxo. "Kau benar. Dengan membunuh mereka bertiga, kita bisa menyempurnakan ritual kita!" "Hmm, benar sekali." "Apa?" kaget Stev dan teman-teman. " Jadi ritual masih bisa dilanjutkan?" lanjut Ricko. "Kurang ajar! Jangan harap kalian bisa membunuh kami!" teriak Chely dengan berani. "Hahaha! Baiklah, kita lihat seperti apa nanti," balas penyihir Gennai, sementara penyihir Marxo tersenyum sinis. Sesaat kemudian, kekuatan energi gelap milik Gennai dan Marxo meningkat pesat, mungkin mereka menggunakan kekuatan energi secara maksimal. Itu sangat berbahaya bagi para kesatria, mereka semakin waspada dan ektra hati-hati. Mulai sekarang, mungkin serangan kedua penyihir itu semakin hebat dan berbahaya. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN