14. PEDANG SUCI LEGENDARIS

1438 Kata
Stev dilatih oleh Kakek Hamzo agar bisa menjadi pendekar atau kesatria, tapi semua itu tergantung Stev, jika bisa mengembangkan kekuatannya, maka Stev bisa menjadi kesatria hebat. *** Stev ingin lajut latihan, tapi masih penasaran. "Kek, jadi ada energi spesial dalam diri kita?" "Benar sekali. Sekarang, silakan coba lagi lari ke pohon itu!" perintah Kakek Hamzo. "Baik Kek!" Stev langsung berlari ke arah pohon hidup, tiba-tiba dia merasa ada yang berbeda, dia lebih mudah dan ringan dalam berlari, bahkan dia bisa lari di pohon sebanyak 10 langkah. Sungguh berbeda dari yang sebelumnya, akan tetapi Stev belum bisa sampai ke atas, saat ini memilih turun lagi karena akan terjatuh. "Wah, ini keren," ucap Stev merasa bahagia. "Kakek, ini luar biasa! Ternyata memang ada perbedaan. Makasih banyak, Kakek Hamzo," teriak Stev sangat bahagia. Selanjutnya, Stev mencoba lagi dan kali ini 12 langkah. Semua akan bisa dilakukan dengan mudah, semua itu hanya butuh konsentrasi dan memfokuskan energi miliknya terutama di kaki. Setelah mencoba beberapa kali, dia sudah mencapai 20 langkah. Hampir sampai di atas, Stev akan terus berlatih hingga sempurna, termasuk latihan yang lain. Sekitar 1 jam berlalu, Stev cukup kesulitan dalam berlatih, tapi dia tidak mau menyerah dan akan berusaha hingga bisa menguasai teknik beladiri spesial tersebut. Hari sudah sore, Stev terus berlatih bersama Kakek Hamzo. Saat ini Stev bisa dalam lari di batang pohon hidup, meski belum sampai di atas yang diwajibkan, dia turun lagi. Saat lari di atas 20 batang pohon, dia sudah bisa lari dan melompati semuanya, akan tetapi masih lambat dan kurang gesit, bahkan hampir terjatuh. "Stev, kita istirahat dulu. Ini sudah sore," ajak Kakek Hamzo yang baru datang untuk melihat Stev latihan, dia dari melakukan aktivitas lain seperti mandi, dan mungkin masak. "Nanti saja Kek, aku masih ingin latihan," jawab Stev bandel, memang begitulah Stev, kalau terlalu semangat sering tidak mempedulikan kondisi dirinya. Kakek Hamzo menghela napas, kemudian tersenyum sambil mendekati Stev. "Nak Stev, kamu gak boleh memaksakan diri, ini gak baik untuk badanmu. Istirahat itu wajib hukumnya, terutama dalam latihan," ucap Kakek Hamzo sambil menyentuh pundak Stev. Mendapat nasehat itu, Stev jadi teringat ayahnya. "Baiklah Kek," jawab Stev tersenyum dan menuruti nasehat Kakek Hamzo. Kakek Hamzo menyuruh Stev untuk mandi, dia memberi tahu bahwa ada sungai kecil di belakang gua. Sebelum itu, Kakek Hamzo mengambil sesuatu di dalam gua, sepasang pakaian ganti untuk Stev, tampak masih baru, mungkin Kakek Hamzo sudah mempersiapkan itu untuk muridnya. Pakaian berwarna biru dengan corak garis merah, pasti cocok dengan Stev. "Wah, makasih banyak Kek. Ini pasti keren," ucap Stev merasa senang. Selanjutnya bergegas mandi sekalian mencuci pakaian sebelumnya, meski tidak memakai sabun, seharusnya bisa bersih, karena dicuci dengan air sungai yang jernih. Sekitar 15 menit Stev kembali dan sudah berpakaian rapi, mirip seorang pendekar, ada juga ikat kepala berwarna biru. "Hmm, ternyata memang cocok untukmu," ucap Kakek Hamzo tersenyum. "Iya Kek, sekali lagi terima kasih." Selanjutnya, Kakek Hamzo mengajak Stev makan sore, ternyata Kakek Hamzo sudah menyiapkan makan sore, ada semacam dapur tradisional di samping gua, tempatnya juga aman dari hujan. Stev sangat senang mendapat itu, ternyata Kakek Hamzo sangat baik. Sebenarnya Stev bisa membantu menyiapkan makanan, tapi tadi sedang latihan dan Kakek Hamzo dengan senang hati masak untuk mereka berdua. Ada masakan jamur dan ikan panggang. Dari mana Kakek mendapat itu, katanya dia mendapat bahan makanan di sekitar hutan ini, dia juga menanam beberapa sayuran termasuk bumbu di sekitar gua. Kakek Hamzo mengatakan bahwa dia datang ke kota 3 bulan sekali untuk mencari kebutuhan hidup yang penting dan tidak bisa didapat di hutan, seperti garam, minyak atau alat memasak yang diperlukan, tidak butuh banyak. Tentu saja Kakek Hamzo menyamar sebaik mungkin dan memastikan tidak ada yang mengikuti jejaknya. Stev kagum dengan apa yang dilakukan Kakek Hamzo, apalagi hidup di tengah hutan belantara seorang diri. Tapi ditemani para monyet dan kambing. Stev dan Kakek Hamzo makan bersama sambil mengobrol santai, menikmati hidangan yang terasa lezat. Setelah makan sore, Stev dan Kakek Hamzo bercerita banyak hal, terutama Kakek Hamzo yang memberi tahu mengenai sedikit rahasia di dunia ini. Stev sangat penasaran dengan rahasia itu, dia ingin fokus mendengarkan. "Dahulu kala ada bencana besar melanda dunia ini, mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Bencana mengerikan yang membuat dunia menjadi gelap sepanjang waktu, baik siang maupun malam. Dunia bagai ditelan kegelapan, waktu itu ada 3 kesatria hebat yang berhasil mengatasi bencana itu, meski kegelapan menghilang, namun 3 kesatria hebat itu menghilang bersama kegelapan entah ke mana. Sepertinya mereka mengorbankan diri demi dunia kembali normal," kata Kakek Hamzo bercerita. Stev terdiam fokus mendengarkan, namun dia pasti terkejut dalam hatinya. Kakek Hamzo lanjut bercerita ... "Konon katanya, ada 3 pedang suci legendaris yang tersebar di 3 tempat dunia ini." "Hah, 3 pedang suci legendaris?" tanya Stev. "Iya, 3 pedang itu ada di titik penting dunia ini. Sepertinya hanya orang terpilih yang bisa mendapatkan pedang itu, karena aku sudah pernah mencoba mencarinya, namun gagal. Ada sesuatu pelindung yang menghalangi jalanku masuk. Aku gak tau kenapa bisa begitu, padahal mungkin sudah dekat dengan salah 1 pedang itu," ucap Kakek Hamzo. "Apa? Medan pelindung? Sungguh menarik," kata Stev terkagum. "Akhirnya aku pulang dengan tangan hampa. Mungkin aku memang bukan orang terpilih itu, tapi itu tidak menjadi masalah. Asal semua aman tanpa ada bencana misterius itu lagi. Tapi aku khawatir jika itu terjadi lagi, mungkin hanya kesatria terpilih yang bisa mengatasi bencana itu." "Kek, saya ingin mengambil salah 1 pedang itu," ucap Stev secara tiba-tiba namun yakin dan serius. "Hah, apa kamu serius?" tanya Kakek Hamzo kaget. "Saya sangat serius Kek! Siapa tau saya bisa mendapatkan salah 1 pedang itu," jawab Stev dengan yakin. "Baiklah jika itu sudah menjadi tekad bulat mu. Mungkin jika memang kamu berhasil, pedang itu bisa membantumu dalam mengikuti turnamen." Kemudian Kakek Hamzo memberi tahu sedikit kira-kira lokasi beberapa pedang. Stev harus memilih salah 1 tempat itu dengan kata hati dan aura yang dimilikinya. Ketiga lokasi pedang ada di 3 titik yang berbeda dan tentunya jaraknya sangat jauh antara pedang 1 dengan yang lain. Kata Kakek Hamzo, titik lokasi pedang membentuk segitiga dan sebenarnya gua ini berada tepat di tengah-tengah segitiga itu. Stev terkejut mendengar itu, jadi gua ini sangat istimewa, sungguh tidak disangka. Kakek Hamzo mendapat petunjuk dari guru ke guru sebelumnya, mungkin guru terdahulu ada yang pernah menyaksikan bencana mengerikan itu. Saat Ini hanya Kakek Hamzo yang mampu bisa dengan mudah sampai di gua ini, namun Kakek Hamzo tidak menyangka bahwa Stev mampu sampai di sini. Kebaikan hati adalah kunci utama agar bisa sampai ke sini, jika orang jahat, pasti tidak akan mampu atau malah bisa terbunuh. Rumor mengatakan memang ada korban yang mencoba mencari gua ini, dan banyak yang gagal kembali pulang. Kakek Hamzo mengatakan bahwa ketiga pedang ada di dasar laut dekat gunung berapi, di gua lereng pegunungan curam, dan di atas bukit yang berawan. Tempat-tempat itu sulit dijangkau oleh manusia biasa, ditambah pasti semua ada medan pelindung yang tidak sembarang orang bisa melewatinya. Akan tetapi Stev yakin dan akan mencoba mengambil salah 1 pedang, jika memang gagal dan dia bukan yang terpilih, dia akan kembali lalu menuju turnamen. Meski begitu, Kakek Hamzo melarang Stev untuk terburu-buru mengambil salah 1 pedang itu, dia akan melatih Stev dulu agar jauh lebih baik dalam hal beladiri dan teknik bertarung. Stev setuju dengan itu, dia akan bersabar karena itu yang terbaik baginya. Saat ini latihan cukup untuk hari ini, Stev penasaran dengan para kambing dan monyet betina, kemudian Kakek Hamzo mengantarnya ke tempat para binatang tersebut. Sesampainya di sana, ada banyak kambing betina, sedangkan di atas pohon para monyet betina. Stev terkagum melihat itu, bagaikan ternak 2 binatang lucu. Apalagi ada anak-anak kambing dan monyet yang lucu. Saat Stev mendekat, ada 2 monyet betina yang langsung menempel pada Stev, sepertinya menyukai Stev, terlebih Stev adalah pemuda yang tampan. "Hahaha, ada apa dengan kalian?" tanya Stev tertawa lucu. "Sepertinya mereka menyukai kamu, Stev!" ucap Kakek Hamzo. "Hah, yang benar saja." Kedua monyet betina itu memang tampak memeluk kaki Stev, mendapat itu Stev duduk di rerumputan sambil bermain dengan para kambing dan monyet, beberapa kambing betina juga mendekat pada Stev hingga mengelilinginya bersama Kakek Hamzo. Stev mengelus pundak, kepala hingga punggung mereka. Bahkan salah 1 monyet betina tampak memeluk Stev dan membuatnya tertawa geli. Stev dan Kakek Hamzo duduk bersama para binatang selama beberapa menit, karena waktu terus berjalan dan hampir gelap, Stev dan Kakek Hamzo kembali menuju gua untuk persiapan istirahat malam. "Sampai jumpa semuanya! Besok lagi ya!" ucap Stev kepada para binatang. Terdengar para kambing dan monyet betina itu bersuara seperti bersorak gembira, sungguh menarik. Hari sudah gelap, sebelum tidur mereka mengobrol sebentar di depan gua sambil menyalakan api unggun kecil. Hingga malam semakin larut, kemudian mereka tidur di dalam gua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN