33. MALING

1809 Kata
Wanita berpakaian seksi mendekati dan menggoda Stev, bahkan Stev merasa ketakutan dengan tingkah wanita seksi itu. Akhirnya Stev memilih kabur hingga sekarang sedang bermalam di penginapan desa Centaro. *** Malam ini, Stev sedang menikmati bersantai di taman sederhana depan penginapan, tampak pedang suci legendaris diletakkan di pinggir kursi, sedangkan pedang biasa milik kakek Chimon mungkin ditinggal di kamar tidur. Beberapa bunga berwarna putih yang mungkin melati bermekaran, ada juga bunga warna ungu di taman itu, rumput hijau tertanam sebagai lantai taman, cukup membuat taman itu terlihat indah meski sederhana. Stev tersenyum dan masih melihat ke arah langit berbintang, sesaat kemudian ada bintang jatuh. "Hey, ada bintang jatuh, indahnya. Kata orang-orang, kalau berdo'a saat ada bintang jatuh, bisa dikabulkan? Hmm, entahlah. Aku kurang percaya dengan hal begituan, tapi sebagian orang percaya akan hal itu," gumam Stev berpendapat. "Meonk!" suara kucing warna hitam putih ada di sekitar Stev, mungkin ingin mengatakan sesuatu pada Stev, entah itu apa, tapi sangat sulit mengartikan suara binatang. "Ehh, kucing. Lucu sekali. Sini sini, pushi pushi meonk!" ucap Stev mencoba ajak bicara si kucing imut. "Meonk!" Akan tetapi kucing itu hanya melihat dan bersuara sekali lagi, lalu pergi tidak mau mendekati Stev. "Lah, kok pergi. Apa kamu gak suka sama aku?" teriak Stev. "Padahal ganteng gini, huft!" lanjutnya konyol. "Meonk!" suara kucing hanya melihat sebentar lalu berjalan pergi lagi. "Oh, jadi beneran gak suka aku. Oke, gak perlu jadi masalah." Pada akhirnya Stev memilih untuk bersantai lagi, bernyanyi pelan sambil rebahan. Sekian menit kemudian, terdengar suara teriakan seseorang ... "Maling, tolong ada maling!" Mendengar itu, Stev langsung beranjak dan mendengarkan lagi dengan serius, dia juga bersiap membawa pedang suci legendaris. "Maling! Maling!" teriak seseorang lagi berkali-kali. "Hah, maling? Aku harus segera ke sana dan membantu warga!" ucap Stev langsung berlari ke sumber suara seseorang itu. Sampai di sana, ada beberapa orang yang bermunculan juga. "Bik, di mana malingnya?" tanya Stev. "Dia lari ke sana!" jawab seorang ibu paruh baya sambil menunjuk arah dengan jari telunjuk. "Baiklah, Bibik tenang saja. Aku akan mencoba kejar maling itu," ucap Stev dan segera berlari dengan cepat, dia juga memakai sedikit kekuatan energi miliknya agar lebih cepat, bahkan lari di tembok pagar pinggir jalan, karena petunjuk ibu paruh baya melewati sebuah tembok. Beberapa orang yang melihat Stev terkejut, sebab melihat Stev mampu berlari di dinding tembok itu, mereka segera menyusul meski berlari dan melewati jalan biasa. Karena gerakan Stev lebih cepat dari pencuri, maka dia sudah bisa melihat sosok maling itu. "Itu dia malingnya!" gumam Stev saat melihat maling berlari, si maling memakai pakaian serba hitam, dan bahkan penutup kepala. "Woii, maling! Berhenti kau!" teriak Stev terus mengejar si maling, tampak maling itu menengok sebentar dan merasa khawatir akan tertangkap, kemudian dia berusaha kabur secepat mungkin. "Sialan, gak mau berhenti dia. Apa? Dia bisa lompat ke beberapa tembok dengan mudah, apa dia juga bisa menguasai kekuatan energi?" ucap Stev terkejut sekaligus penasaran. Selanjutnya Stev meningkatkan kekuatan energi miliknya, sehingga bisa lari dan bergerak lebih cepat, setalah beberapa detik, si maling mulai dekat, akan tetapi dia berlari masuk ke hutan. Stev tidak mau menyerah dan terus mengejar si maling. "Berhenti kau!" teriak Stev. Mereka semua, baik Stev maupun si maling, sama-sama sudah berada di hutan. Tidak lama kemudian, karena Stev sudah cukup dekat, yaitu sekitar 3 meter, tiba-tiba si maling berhenti dan ingin menyerang Stev dengan senjata pisau tapi cukup besar. Stev terkejut dan bersiap menghadapi si maling. "Tlenk!" suara pedang legendaris berbenturan dengan pisau besar, meski sebenarnya pedang legendaris milik Stev masih di sarung pedang, tapi masih bisa berbunyi karena tekanan yang kuat. Stev melawan si maling dengan pedang yang masih terbungkus wadahnya, hal itu agar tidak melukai parah si maling, Stev mengayunkan pedang ke si maling, namun si maling berhasil menghindar ke samping dengan melompat, bahkan menyerang balik Stev. Untung saja Stev gesit dan berhasil menahan serangan pisau besar si maling dengan pedang legendaris. Setelah itu, Stev mencoba menendangnya, namun berhasil dihindari lagi dengan lompat mundur, tampaknya si maling cukup hebat. "Huh, apa aku harus pakai kekuatan pedang legendaris ini?" pikir Stev. "Ah, gak perlu!" lanjutnya yakin. Stev meningkatkan kekuatan energi miliknya, tampak energi dalam tubuhnya mengalir lebih cepat ke seluruh tubuh, bahkan kedua matanya menyala meski tidak terang. Hal itu membuat kecepatan gerak Stev meningkat pesat, si maling terkejut melihat mata Stev menyala. Stev sudah berada di depannya sangat dekat, tapi si maling masih berusaha bertahan, saling beradu menahan pedang lagi. Tiba-tiba Stev melesat ke samping dan langsung menendang si maling hingga terdorong jauh, Stev tidak mau memberi kesempatan si maling, lalu melesat ke arahnya dengan cepat. Si maling berusaha menahan serangan pedang Stev dengan pisau miliknya, akan tetapi Stev mendorongnya sangat kuat hingga si maling jatuh ke tanah. Mengetahui itu, Stev maju dan berada di atasnya sambil menginjak tangan si maling saat ingin mengambil pisau yang juga terjatuh di tanah. "Akkh!" keluh si maling merasa sakit tangannya diinjak oleh Stev, apalagi dengan kaki kanan. "Mau lari ke mana lagi kau, hah?" tanya Stev dengan lantang, kedua matanya masih menyala. Melihat itu, si maling merasa ketakutan dan memohon ampun. "Ampun, maafkan aku!" ucap si maling. "Hah, maaf?" ucap Stev. "Aku kapok, aku menyerah! Aku akan kembalikan semua barang yang aku curi," ucap si maling mengakui kekalahan. "Baiklah." Stev menendang pisau besar milik si maling agar menjauh dan sulit dijangkau lagi. Kemudian dengan perlahan si maling berdiri, lalu mengambil sesuatu di kantong celananya. Sebuah perhiasan emas cukup banyak, yaitu sebuah kalung, 3 gelang, dan semuanya emas, pasti barang hasil curian si maling tentunya. Si maling memberikan perhiasan itu kepada Stev, kemudian Stev menerima itu dan tentu saja akan dikembalikan kepada pemiliknya. "Apa sudah semuanya?" tanya Stev masih ragu. "Iya, hanya itu yang aku ambil," jawab si maling. "Oke, jangan pernah ulangi lagi perbuatan mu, atau kamu akan tau akibatnya! Mengerti?" pinta Stev dengan tegas. "Me-mengerti!" jawab si maling merasa ketakutan. Sesaat kemudian ada beberapa warga yang datang ke sini ... "Itu mereka!" Stev menengok ke arah para warga yang datang, akan tetapi hal itu malah membuat si maling mencari kesempatan untuk kabur. "Bamm!" Sebuah bom asap membuat Stev terbatuk-batuk, mata pedih, dan pandangan tidak jelas. "Uhuk, Uhuk! Kurangajar! Uhuk!" ucap Stev, dia berusaha mengejar si maling tapi sudah pergi entah ke mana. "Sial, ke mana dia, uhuk!" Para warga pun sudah datang dan berusaha mencari maling itu, akan tetapi benar-benar sudah pergi jauh. "Cepat sekali perginya!" ucap Stev, itu karena dia terkena efek bom asap sehingga kesulitan mencari si maling. "Gak apa-apa anak muda, gak perlu kejar lagi," saran salah 1 dari mereka. "Baiklah, aku juga sudah mendapatkan barang yang dia ambil," jawab Stev dan menunjukkan perhiasan tersebut. "Wah, benarkah? Syukurlah kalau begitu. Semua itu milikku," ucap seorang ibu paruh baya mendekati Stev untuk mengambil dan mengecek perhiasan miliknya. "Ah, benar sekali. Ini perhiasan milikku. Makasih banyak anak muda, siapa nama kamu?" lanjutnya bertanya. "Stev, Stev Diego Toshiro, aku biasa dipanggil Stev." "Oh, Stev. Nama yang menarik, orang ya juga tampan," ucap ibu paruh baya itu membuat Stev tersipu malu. Semua warga di situ bertanya-tanya mengenai si maling, sayang sekali tidak bisa mengungkap identitas si maling, tapi mau bagaimana lagi kalau dia sudah berhasil kabur, tidak ada pilihan selain ikhlas, yang penting perhiasan hasil curian sudah bisa diambil kembali, semua berharap maling itu kapok dan tidak akan pernah mencuri lagi. Ibu paruh baya tersebut ingin memberi suatu imbalan pada Stev, namun Stev tidak mau karena dia hanya ingin menolong dengan ikhlas dan senang hati, ibu paruh baya itu tersenyum mengetahui kebaikan Stev. Seorang warga mengamankan senjata pisau besar milik si maling, dia akan menyimpannya rapat-rapat. Setelah itu, semua warga kembali ke rumah masing-masing, mereka akan meningkatkan penjagaan di desa mereka agar tidak ada maling lagi. Stev masih di situ sebentar, ingin mengecek kondisi sebelum kembali ke penginapan. "Maling itu, dia bisa menggunakan kekuatan energi, dia belajar di mana?" batin Stev sambil melihat hutan. "Udahlah, gak perlu mikirin hal yang gak penting buatku. Semoga maling itu takut dan gak berani ke sini lagi," gumam Stev, kemudian melangkah pergi menuju penginapan. Saat Stev mulai melangkah, ada seseorang yang berada di atas pohon, memakai baju warna ungu. "Pemuda itu, apa dia seorang kesatria hebat? Apa mungkin dia akan mengikuti turnamen itu?" ucapnya pelan. Tampak orang tersebut memakai masker dan membawa senjata besar di punggungnya, berbentuk seperti sabit malaikat kematian, mungkinkah itu adalah salah 1 senjata legendaris? Sulit diketahui karena tidak menunjukkan kekuatannya, tapi bisa saja itu memang sabit legendaris. Kemudian orang tersebut pergi dengan melompat dari pohon ke pohon lain, sangat lincah dan tentu saja bisa menggunakan energi dalam tubuhnya dengan baik. Stev kembali ke penginapan dan berniat untuk istirahat setelah mencuci muka, dia menaruh pedang suci legendaris di pinggir tempat tidur bersama perlengkapan lain miliknya, termasuk pedang biasa milik kakek Chimon. "Huft, malam yang sedikit mengejutkan. Andai aku bisa mencari informasi lebih mengenai maling itu ... Ah, gak perlu. Tidur saja lebih enak," gumam Stev sambil melihat langit-langit kamar, kemudian memejamkan mata. Dia sudah makan malam di petang tadi sebelum bersantai di taman, Stev makan malam di penginapan ini, karena di sini menjual menu makanan juga. Besok pagi Stev ingin melanjutkan perjalanan menuju lokasi turnamen, dia merasa cukup menginap di desa ini satu malam. *** Pagi hari sudah tiba, dia segera membereskan semua perlengkapan pribadinya dan bergegas meninggalkan penginapan. "Terima kasih sudah menginap di sini! Semoga suatu saat bisa ke sini lagi, kami akan menerima kedatangan Tuan dengan senang hati," ucap pelayan gadis yang kemarin itu. "Oke, sama-sama. Oh, jadi itu kucingmu! Imut sekali, sayang dia gak mau sama aku, hehe," balas Stev setelah melihat kucing itu bersembunyi di belakang kaki gadis pelayan penginapan. "Iya, dia memang kucing manja dan sedikit penakut." "Oh, jadi begitu. Baiklah, aku akan segera berangkat!" "Hati-hati!" Stev memberi senyum sebelum melangkah pergi, dia merasa senang bisa berbicara dengan seorang gadis manis dan baik. "Hiks, si tampan itu akhirnya pergi. Semoga suatu saat datang lagi ke sini," gumam si gadis pelayan sedikit sedih. Beberapa detik setelah meninggalkan penginapan, Stev bertemu dengan ibu-ibu paruh baya yang perhiasannya sempat dicuri si maling malam tadi. "Tunggu Nak Stev!" ucap ibu tersebut sambil melangkah mendekati Stev. "Ini sedikit ucapan rasa terima kasih karena sudah menolong saya," ucapnya sambil memberi sesuatu yang dibungkus, sepertinya makanan sekantong plastik. "Apa ini Bik?" tanya Stev. "Sedikit makanan untuk bekal perjalananmu, Nak." "Oh, terima kasih banyak, Bik!" "Iya, sama-sama." Ibu-ibu paruh baya itu tersenyum bahagia, setelah itu Stev melanjutkan perjalanan. "Hati-hati di jalan!" ucap ibu tersebut, Stev menjawab dengan mengangguk dan tersenyum. Setelah cukup jauh dari ibu-ibu tersebut, Stev penasaran dengan isi bekal pemberiannya itu. "Wah, banyak sekali makanan ini. Asik nih, gak perlu berburu atau cari makanan di hutan," ucap Stev sangat senang. Isi bekal tersebut ada ayam goreng, telur goreng, ikan bakar, tumis sayuran, sambal dan nasi. Porsinya cukup banyak, lebih dari cukup untuk makan seharian ini. Stev merasa bahagia mendapat itu, tentu saja menu makanan pemberian ibu paruh baya itu sangat lezat dan bergizi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN