Malam yang manis

1132 Kata
Sudah larut malam, tapi Anima belum juga pulang. Dia memperhatikan jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Mengusap matanya, dia terduduk memperhatikan tempat kosong di sebelahnya. Mendesah karena di juga tidak bisa tidur melihatnya belum pulang. Menyibakkan selimutnya, Kai berdiri dan berjalan menuju pintu kamar. Tangannya baru akan membuka pintunya, saat mendengar bunyi pintu utama terbuka. Dia buru-buru kembali ke tempat tidur. Menarik selimut, cepat-cepat memejamkan matanya. Tidak lama, dia juga mendengar pintu kamarnya terbuka. Berusaha agar terlihat sedang tertidur, dia mulai dapat membaui aroma manis menusuk hidungnya. Karena lantai meredam suara langkah kaki, dia hanya mulai menebak apa yang tengah Anima lakukan. Terdengar lagi suara barang yang diletakan kasar. Kai masih dalam kepura-puraan, saat tiba-tiba merasakan sentuhan seseorang. Anima membenahi selimut yang hampir yang hampir menutupi wajahnya, karena terburu-buru dia hanya menutupi tubuhnya asal. Dia benar-benar berusaha agar tidak menunjukkan respon. Meskipun. Cukup bahagia dengan perhatian kecilnya. Seharusnya wanita itu pasti lelah, tapi masih sempat memperhatikannya. "Yah, aku sudah masuk. Hati-hati di jalan!" Suara Anima pada seseorang. Kai memberanikan diri mengintip sedikit, dan melihat Anima sedang bertelepon dengan seseorang. Posisinya masih berdiri di sebelah tempat tidur, tepat di sebelahnya. Mengerutkan keningnya, artinya Anima pulang diantarkan seseorang. Dia mulai menebak-nebak, siapa yang mengantarkannya. Apakah pak Tama? Tapi cara bicaranya agak berbeda. Kai tidak tahu, kalau Anima sempat melirik Kai mengejutkan kening. Dia memperhatikan sebentar, sebelum akhirnya menarik kesimpulan sendiri. Berjalan menuju kamar mandi. Anima sudah sekalian membawa baju ganti. Dia tidak ingin mandi, tapi hanya akan menggosok gigi dan mencuci wajah saja. Saat melirik tempat tidur. Bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, laki-laki itu masih betah untuk berpura-pura. Maka dia tidak akan mengacaukan aktingnya. Mendengar suara pintu tertutup, Kai menebak Anima mausk ke kamar mandi. Dia langsung membuka matanya lebar-lebar! Mendesah melihat ke arah kamar mandi. Dia merasa sedikit sakit, Anima harus bekerja sampai larut malam, sedangkan dia masih bisa menikmati waktu bersantai. "Gue harus punya pekerjaan yang lebih baik!" gumamnya dengan penuh keluhan. Dia bersyukur Anima bahkan memberikan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Juga dia tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit ibunya. Tapi melihat Anima yang sangat sibuk, bekerja lebih keras darinya, itu semakin membuatnya merasa rendah. Melihat beberapa paperbag di dekat tempat tidur dan laptop di atas tempat tidur, Kai ingin membantu membereskan. Dia jadi berpikir, apakah dia sudah makan? Pintu kamar mandi terbuka, Kai belum sempat berbaring, jadilah matanya bertemu tatap dengan mata sayu Anima. Tidak perlu berpura-pura lagi, dia memperhatikan Anima. "Nona sudah makan?" tanya Kai sepenuhnya menyibakkan selimut. "Belum, ayo temani aku makan!" jawab Anima sudah lebih dulu berjalan menuju pintu. Anima bohong, dia sebenarnya sudah makan malam bersama para pegawainya di resort utama. Dia tadi sempat mengambil minum ke dapur sebelum masuk kamar, dan melihat ada makanan dibungkus plastik wrap. Dia tidak tahu apakah Kai sudah makan, atau sebenarnya sudah, tapi menyisakan makanan untuknya. Jadi Anima dengan bijak menjawab kalau dia belum makan. Padahal dia bukan orang yang suka makan larut malam. Mendudukkan dirinya di meja makan. Melihat Kai sudah menyusul langkahnya dan buru-buru memanaskan terlebih dahulu ke microwave. Dia lelah, tapi melihat Kai masih menunggunya, lelahnya sedikit terangkat. Jika saja Anima tahu, alasan orangtuanya memintanya segera menikah, adalah agar ada yang memperhatikan Anima, menjaganya, dan membantunya dalam berbagai hal. Sayangnya Anima terlalu keras kepala, merasa pernikahan hanya akan mengikatnya dalam sebuah belenggu tak terbatas. Kai tidak tahu harus mengatakan apa. Dia ingin bertanya, kenapa pulang sangat larut. Dan mengungkapkan kekhawatirannya. Tapi terlalu malau untuk mengatakannya. Dia bukan siapa-siapa. Tidak ada hak untuk bertanya seperti itu. Bibirnya sudah akan terbuka, tapi hanya berakhir tertutup lagi. Melihat wajah lelahnya, dia agak merasa sakit. Ingin sekali memeluknya, memarahinya karena bekerja sangat keras. Bukankah dia sangat kaya? Kenapa masih bekerja keras? Tatapan kesalnya itu tiba-tiba bertatapan dengan mata Anima. Terlihat wanita itu mengerutkan keningnya. Kai langsung berbalik untuk mengecek apakah makanannya sudah selesai dipanaskan. Padahal sebenarnya dia malu telah menatapnya kesal, padahal Anima tidak salah. "Aku pulang sangat larut karena banyak pekerjaan di resort. Apa kau marah karena menungguku lama?" Kai menggeleng kuat, saat Anima selesai mengatakannya. Salahkan matanya yang telah lancang. Dia jadi bingung harus menjawab bagaimana. Anima sebenarnya juga agak terkejut saat melihat Kai menatapnya kesal. Dia pikir itu karena telah membuatnya menunggunya pulang. Dia juga lelah, karena jarak yang lebih jauh dari Resort cabang, butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai apartemen. Kai menghidangkan makanannya. Dan terlihat kalau laki-laki itu seperti akan mengatakan sesuatu. Anima tidak suka bertele-tele. Dia memegang dagunya, agar menatap matanya. "Kau marah?" tanya Anima yang dijawab oleh Kai dengan gelengan lagi. Melepaskan dagu laki-laki itu, dia masih menatapnya. Mereka saling melihat. Anima melihat ada kekhawatiran dalam pandangannya, dia menampik hal tersebut, dan mencoba menebak alasannya menatapnya kesal barusan. "Apa kau sudah makan?" Anima akhirnya tidak lagi mencari tahu dengan arti tatapan tadi. Dia mulai menyendok sup buntut dalam mulutnya. Mencecap dalam lidahnya, itu sangat enak seperti biasa. Dia tidak mencari tahu apakah itu masakan Kai atau restoran, karena rasanya sama. "Sudah. Saat selesai memasak aku langsung makan. Maaf tidak menunggumu!" Kai merasa bersalah. "Tidak masalah. Kau akan kelaparan jika menungguku!" Anima merasa ada kehangatan dalam hatinya. Laki-laki itu selalu punya cara membuatnya merasa lega. Rasanya seperti angin segar mendapatkan perhatian seperti itu. Sebelumnya dia tidak suka tinggal dengan orang lain, tapi Kai bahkan mengambil alih dapur dan kamarnya. Dia pikir akan merasa sedikit tidak nyaman, tapi nyatanya itu baik-baik saja. Sama seperti Anima. Kai merasa rasa sesak di hatinya tadi jadi terangkat melihat Anima menikmati sup yang dimasaknya. "Makan nasinya juga!" ucap Kai melihat Anima sama sekali tidak menyentuh nasi di piringnya. "Terlalu malam untuk makan nasi!" jawab Anima datar. "Nona, takut gendut?" Kai merasa agak tidak puas, dan lagi-lagi ekspresinya dilihat oleh Anima. Kedua orang di meja makan saling memiliki pemikiran diam-diam. Anima menyendok nasinya, membawanya dalam kuah lalu memakannya. Kai yang tadinya merasa tidak enak karena sikapnya yang terlalu berani, melihatnya memakan nasi membuatnya tidak menyesal dengan ucapannya. "Makan juga!" Anima menyendokkan nasi dengan kuah dan membawanya menuju mulut Kai. Tentu saja Kai tidak menolak. Hanya orang bodoh yang akan menolak suapan tangan seorang Anima. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Anima sambil menyuapkan nasi lagi pada Kai. "Baik! Berkat Nona, ibu akan menjalankan operasi. Setelahnya, hanya tinggal menjalani perawatan. Dan mungkin akan dilakukan tindakan lain, untuk benar-benar mematikan sel kankernya!" Kai menceritakan dengan antusias. Karena Anima adalah penyelamat untuk ibunya. Anima hanya mengangguk. Dia selesai makan, dan Kai langsung buru-buru membereskan bekas makannya. Dia membawa mangkuk dan piring ke wastafel untuk langsung mencucinya. Di sini lain, Anima memegangi perutnya. Dia terlalu kenyang. Lebih lagi, gak juga makna nasi. Untung saja Kai mau ikut makan. Anima tidak menyadari, kalau dengan perbuatannya tadi telah membuat Kai merasa bahagia. Makan bersama di sendok yang sama, makan dari tangan Anima adalah sesuatu yang paling menakjubkan. Jika saja Kai tahu alasannya sebenarnya karena Anima kekenyangan. Malam yang manis untuk hari-hari yang sulit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN