Malam itu Kenzio kembali mendapatkan undangan dari salah satu rekan bisnisnya. Undangan makan malam bersama itu dalam rangka memperingati hari ulang tahun pernikahannya. Para tamu undangan terdiri atas beberapa pengusaha muda serta investor. Kenzio tidak datang seorang diri. Seperti biasa, ia akan datang bersama Devon.
Bila dulu ia selalu membawa Lucy Hayley kemana pun ia pergi dan mendapatkan undangan, maka kini tidak lagi. Meskipun ia kerap berganti wanita di setiap malamnya, tapi ia tidak pernah membawa satupun wanita itu ke tengah-tengah kegiatannya. Cukup sebatas penghangat ranjang. Tak lebih. Ia bahkan tak pernah menghabiskan malam dengan satu wanita lebih dari satu kali. Ia tidak ingin ada wanita yang terbawa perasaan sehingga merasa ia memiliki tempat tersendiri di sisi Kenzio. Tidak. Cukup satu kali. Dan takkan pernah terulang lagi.
Kenzio mematut dirinya di depan cermin sambil mengacungkan lengan kemejanya. Setelah selesai, ia membalut tubuhnya dengan jas berwarna biru tua membuat penampilannya terlihat sempurna.
Setelah selesai, ia pun keluar dari wardrobe di hotel itu. Kenzio memang lebih memilih tinggal di kamarnya yang ada di hotel daripada pulang ke rumah. Ia malas pulang ke rumah sebab bila ia pulang ke rumah, pasti orang tuanya khususnya kakeknya akan mencecarnya dengan pertanyaan, 'Kapan menikah?'.
Keluarganya tentu tahu alasan ia enggan menikah. Apalagi karena trauma sekaligus merasa rendah diri akibat kemandulan yang ia alami.
"Jangan terlalu mendengarkan ucapan orang-orang! Lagipula kami tidak menuntut keturunan darimu. Kau bisa mengadopsi anak yang kurang beruntung dan menjadikannya anakmu. Kami ingin kau menikah agar kau bisa merasakan kebahagiaan berumah tangga. Bukannya berpetualang dari satu wanita ke wanita lain. Kau pikir dengan begitu, kau akan bahagia? Tidak. Percayalah, akan ada wanita yang menerimamu apa adanya. Buktikan kalau kau bisa bahagia meskipun tidak dengan pengkhianat itu. Kau sadar, bila kau terus seperti ini, yang ada kau hanya akan menjadi bahan tertawaan mereka. Percayalah pada mama. Tidak semua wanita seperti Lucy. Mama selalu berdoa agar kau segera menemukan kebahagiaanmu," ucap ibu Kenzio kala itu.
Kenzio tahu, keluarganya bermaksud baik. Tapi semua orang hanya bisa berkata, sementara Kenzio yang mengalami semuanya. Tidak semudah itu. Bagaimana ia bisa berbahagia sementara ia selalu saja dihantui mimpi buruk itu? Ia khawatir, lama-lama pasangannya akan jengah lalu meninggalkannya karena menganggapnya belum bisa berdamai dengan masa lalu. Padahal bukan maksud hati seperti itu. Ia sudah berusaha berobat, namun mimpi buruk tetap saja menghantui dirinya. Kenzio sampai mengalami insomnia parah. Ia hanya bisa tertidur setelah meminum obat tidur dengan dosis tinggi. Sebelum itu, ia harus memuaskan hasrat biologisnya terlebih dahulu agar ia akhirnya benar-benar kelelahan dan bisa tertidur tanpa dihantui mimpi buruk.
"Pergi sekarang?" tanya Devon saat melihat Kenzio sudah keluar dari dalam kamarnya.
Kenzio mengangguk tanpa menjawab. Dengan wajah datar, ia pun keluar. Saat berjalan melintasi lobby, semua kepala menunduk hormat. Pun para tamu hotel yang mengenal jelas siapa Kenzio.
Sopir membukakan pintu mobil, Kenzio pun segera masuk dan duduk di bangku belakang. Sementara Devon duduk di depan, samping sang sopir. Tak lama kemudian, mobil pun melaju kencang menuju tempat tujuan.
***
20 menit kemudian, tibalah Kenzio di sebuah rumah mewah yang terletak di kawasan elit. Dengan gagah, Kenzio pun masuk ke dalam rumah tersebut diikuti oleh Devon.
Kehadiran Kenzio seketika menjadi bahan perhatian. Sang tuan rumah, Tuan Abraham pun segera menyambut Kenzio.
"Selamat datang, Tuan Kenzio. Selamat datang di gubukku ini," ucap tuan Abraham.
Kenzio tersenyum tipis. Lalu ia menyalami tuan Abraham. Tuan Abraham mempersilahkan Kenzio masuk dan bergabung dengan para tamu undangan. Mereka dijamu dengan berbagai hidangan mewah. Di sana para pengusaha tampak beramah tamah, namun di dalam hati mereka justru saling mengukur kemampuan masing-masing sekaligus mencari titik untuk saling menjatuhkan. Begitu kehidupan para pengusaha. Penuh intrik. Lain di depan lain di belakang.
"Ah, akhirnya tuan Alfons dan istri hadir di sini. Sudah lama aku ingin berkenalan dengan Anda. Terima kasih atas kehadiran Anda dan istri," ucap Abraham. Sontak ucapan Tuan Abraham menarik perhatian Kenzio yang duduk tak jauh dari tempat mereka. Tubuh Kenzio tiba-tiba menegang. Devon sampai harus memperingatkan Kenzio agar bisa bersikap tenang.
"Saya pun sudah lama ingin berkenalan dengan Anda. Sayangnya kita tidak memiliki projects bersama sehingga kita belum memiliki kesempatan berkenalan. Oh, bagaimana kalau setelah ini kita menjalin kerja sama. Aku yakin, kerja sama kita bisa sukses besar," ujar Alfons penuh percaya diri.
"Sangat menarik. Aku menunggu saat itu." Keduanya lantas tertawa.
"Oh ya, aku juga ingin mengucapkan selamat atas kehamilan kedua istri Anda. Semoga dalam waktu dekat, istri saya juga bisa hamil anak kedua kami," ucap tuan Abraham.
"Tenang saja, kalian sudah terbukti bisa memiliki keturunan jadi tidak perlu khawatir. Cepat atau lambat, kalian pasti akan memiliki anak kedua seperti kami."
Tuan Abraham tertawa renyah pun Alfons. Namun berbanding terbalik dengan Kenzio yang sudah mengepalkan tangan. Ia merasa kalau kata-kata Alfons barusan bermakna sindiran padanya.
"Sialan. Sepertinya si brengsekkk itu sengaja ingin memancing emosiku," desis Kenzio dengan rahang mengeras.
"Kenzio, tahan dirimu!" bisik Devon.
Kenzio berdecih. Belum lagi ternyata bukan hanya dua pasangan suami istri itu yang tertawa, tapi hampir semua orang yang mendengarnya. Kenzio merasa seakan-akan semua orang menertawakannya. Sekuat tenaga Kenzio mencoba menahan dirinya. Beruntung, tak lama kemudian acara makan malam pun dimulai. Setelah selesai, Kenzio pun bermaksud ke toilet. Ia diantarkan pelayan ke toilet yang ada di sana. Setelah selesai, Kenzio pun keluar. Saat keluar, ternyata di saat bersamaan ada Lucy yang berjalan ke arahnya. Sepertinya ia juga ingin ke toilet.
"Lucy," lirih Kenzio yang terpaku. Kilatan kenangan manis saat mereka masih bersama pun melintas. Pesona Lucy ternyata tidak berubah meskipun ia kini sedang hamil anak orang lain.
***
Hampir di setiap pertemuan dengan Alfons dan Lucy, Kenzio selalu berakhir dengan suasana hati yang buruk. Emosinya selalu saja meledak-ledak setiap setelah bertemu dengan keduanya. Nyatanya, setelah kecelakaan yang dialaminya dan perginya Lucy yang kemudian menikah dengan Alfons, cukup menggoreskan trauma mendalam. Hanya tiga hal yang ia inginkan saat ini, wanita, alkohol, dan obat tidur dosis tinggi. Sebab bila tidak, ia pasti akan kesulitan tidur. Ia akan berakhir dengan mengamuk tidak jelas lalu menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya. Oleh sebab itu, setibanya di hotel, tampak seorang wanita yang sudah menunggu untuk melayani Kenzio.
Devon ternyata sudah antisipasi setelah mengetahui keberadaan Alfons dan Lucy yang juga menjadi tamu undangan. Ia pun segera meminta orangnya untuk mencarikan wanita dan menunggu Kenzio pulang. Tentu Devon sudah hafal kebiasaan Kenzio beberapa tahun ini.
Tiba di depan kamarnya, Kenzio segera menyeret wanita itu masuk ke dalam kamar dan mengungkungnya. Lalu dengan gerakan kasar, ia menyerang bibir wanita itu hingga menimbulkan desahan apalagi saat Kenzio meremas kasar salah satu d**a perempuan itu.
Dengan kasar Kenzio merobek gaun seksi wanita itu hingga hanya menyisakan dalamannya saja. Lalu dengan tergesa, Kenzio menarik tangan wanita itu dan menghempaskannya di atas ranjang. Ia kembali mencumbunya dengan kasar. Ia melakukan itu hanya sekedar untuk memancing libidonya agar segera naik ke puncak. Namun anehnya, ia tidak merasakan tubuhnya terbakar sama sekali. Tidak seperti biasanya, bahkan senjatanya di dalam sana seakan masih tertidur lelap.
Mata Kenzio terbelalak. Seperti ada sesuatu yang hilang. Kenzio termenung membuat wanita di bawahnya merasa heran. Wanita itu pun mencoba menggoda Kenzio dengan sentuhannya, namun yang terjadi justru Kenzio menepis kasar wanita itu. Terlebih saat sileut seorang wanita yang entah siapa melintas begitu saja di pelupuk matanya. Hidung Kenzio tiba-tiba mengerut. Ia pun bergegas turun saat membaui aroma yang justru membuatnya muak.
"Pergi kau!" seru Kenzio tiba-tiba membuat wanita tadi tersentak.
"Apa?" beo perempuan itu terkejut.
"Pergi kataku, Jalaang! Apa kau tuli?" bentaknya membuat wanita tadi bergetar ketakutan.
"Ta-tapi, Tuan ...."
"Pergi kataku sebelum aku menyeretmu keluar dari gedung ini dengan kasar!" serunya lagi membuat wanita itu benar-benar ketakutan. Ia pun segera mengenakan pakaiannya kembali. Meskipun robek di sana sini, ia tidak peduli. Daripada Kenzio menyeret dan melemparkannya keluar yang pasti akan membuatnya malu setengah mati.
Setelah selesai berpakaian, wanita itupun segera keluar.
Mendadak Kenzio teringat Sheina. Ia membutuhkannya. Aroma Sheina terbukti selalu mampu menenangkan pikirannya yang kacau.
Kenzio pun segera menghubungi Madam Olive yang merupakan kepala Cleaning service di Kenz Hotel.
"Suruh wanita itu ke kamarku sekarang juga!" serunya melalui sambungan telepon.