Bab 6. Tertangkap Basah

1168 Kata
Tertangkap Basah Setelah seharian dikurung di kamar, pada akhirnya Sonya diperbolehkan lagi untuk keluar dari kamar. Dia telah menyusun segenap rencana dalam kepala untuk melakukan beberapa hal, termasuk membalaskan dendam pada suami dan juga orang-orang yang berusaha untuk mengkhianati dirinya. “Ririn!” Sonya memanggil pada kepala pelayan di rumahnya. “Iya, Nyonya!” Wanita yang sekaligus menjadi selingkuhan dari sang tuan rumah tersebut, menghampiri Sonya dengan wajah masam. “Kau yang menitipkan Pluffy di Petshop? Bisa kaujemput dia hari ini?” pinta Sonya. “Oh, itu! Emmm ... iya!” jawab Ririn dengan wajah mencurigakan. Sonya pun merasa ada yang tak beres. “Kapan akan kaujemput dia? Boleh aku ikut?” “Tidak perlu! Aku akan segera menjemputnya nanti!” timpal Ririn sambil pergi. “Eh, Ririn!” panggil Sonya lagi yang mengurungkan Ririn meninggalkan dia. “Ada apa lagi, Nyonya?” “Bisakah kau ambilkan aku minum? Aku ingin meminum sesuatu yang dingin dan segar!” ujar Sonya. Di sana juga ada asisten lain sebenarnya, tapi Sonya kali ini bicara pada Ririn. “Oh, iya! Kalian, tolong buatkan minuman untuk Nyonya, ya!” titah Ririn. “Baik, Bu!” Sonya memperhatikan interaksi mereka. Namun ada yang lucu, ketika Ririn memiliki niat jahat pada Sonya yang ia lakukan tepat di depan mata korbannya. “Hei ..., ssst!” Ririn berbisik pada salah seorang asisten yang sedang membuat minuman. “Berikan air mendidih itu pada gelas ini.” Jelas sekali Sonya melihat jika Ririn sedang membisikkan sesuatu, lalu sang asisten langsung menganggukkan kepala. Tangannya mengambil air panas yang berada dalam pemanas air listrik dan menuangkan dalam minuman untuk Sonya. Dari sana juga sudah terlihat, apa yang sebenarnya direncanakan oleh Ririn dan pelayan tersebut. Namun Sonya hanya tersenyum dalam hati dan mencoba membantu agar rencana mereka menjadi lebih menarik. “Ini minummu!” Bahkan Ririn menyodorkan gelas tersebut dengan tangan yang dilapisi dengan lap agar tidak terasa panas. Sonya mengulurkan tangan dan mencoba meraba di mana gelas tersebut. Namun yang terjadi adalah dia malah menyenggol tangan Ririn hingga membuat air dalam gelas itu tumpah mengenai tubuhnya. “Ah! Panas! Panas!” jeritnya. “Ririn, apa aku menumpahkan air minumku?” Sonya menutup bibirnya sendiri karena merasa tak sengaja melakukan sesuatu. “Eh, jalang! K.au pasti sengaja, ya?” bentak Ririn dengan refleks di depan semua orang. Saat Ririn sedang melotot begitu, Sonya pun menimpali. “Kau ... berani berkata seperti itu padaku, Rin?” Lalu ibu mertua Sonya pun langsung hadir karena mendengar keributan di dapur. “Ada apa ini?” Ririn langsung merasa jika dia memiliki tameng begitu bertemu dengan ibu dari Hardi tersebut. Dia berlari dan sembunyi di belakang sang mertua. Sonya sudah bisa menerka jika hal ibu mertuanya ini akan membela Ririn, si selingkuhan. “Ibu ..., dia menyiramiku dengan air panas!” Ririn mengadu pada sang ibu mertua. Bahkan dia tidak menyebut majikannya itu dengan panggilan ‘nyonya’ seperti biasa. “Aku hanya menyenggol tanganmu, Rin. Bagaimana mungkin kau tiba-tiba menyebut aku menyiram dengan air panas?” Sonya mencoba membela diri. “Memang kejadiannya bagaimana?” Si ibu mertua mencoba menjadi penengah. Walau tahu jika dirinya tidak akan dibela, tapi Sonya tetap menegakkan kepala dengan percaya diri. “Dia sengaja menyenggol tanganku, padahal dia juga tahu bahwa aku sedang membawa minuman untuknya. Lihat tanganku melepuh karena airnya tumpah!” Ririn bicara dengan nada yang dibuat-buat. Sonya di sini hanya tersenyum tipis, tak ada satu pun pelayan yang membela padanya, semua terdiam dan hanya menjadi penonton saja. “Kau sengaja melakukan itu, Sonya?” tanya sang ibu mertua. Kali ini Sonya menggeleng. “Tidak, aku tidak sengaja! Kalian, kan, tahu aku ini buta! Aku tidak bisa melihat! Jadi aku menyenggol tangan Ririn tanpa disengaja! Lagi pula, minuman yang aku minta kan minuman segar dan dingin, Rin! Kenapa tanganmu bisa melepuh?” Pertanyaan Sonya barusan langsung membuat Ririn skakmat. “Oh, begitu?” Si ibu mertua langsung bisa mengerti apa yang diniatkan oleh Ririn tersebut. Dia pun menyipitkan dan menggelengkan kepala. “Ririn ..., Ririn ...! Kau berniat memberi air panas padanya? Tapi malah mengenai tubuhmu sendiri?” Ririn langsung menunduk, dia merasa dipermalukan. “Seharusnya kau tidak bertindak ceroboh!” tegur ibu mertuanya tersebut pada Ririn. Sonya memilih untuk pergi, dia tahu jika ibu dari Hardi itu mungkin tidak akan memarahi Ririn secara berlebihan. Tapi setidaknya ia cukup merasa puas dengan melihat tangan kepala pelayannya yang melepuh karena ulah sendiri. “Nyonya Sonya,” panggil seseorang saat Sonya berjalan di area belakang rumah. “Fat?” Sonya menghentikan langkah. “Ini minumannya.” Sonya merasakan ada sesuatu yang dingin ditempelkan pada tangannya. Dia tersenyum, karena kebaikan hati pelayannya yang satu ini. “Terima kasih!” Sebenarnya, Sonya sendiri juga tidak terlalu ingin minum. Dia memang sengaja sedang menguji Ririn dan pelayan lain saat di dapur tadi. ** “Mas ... kenapa kau memarahiku?” Ririn merengek pada Hardi. “Aku sudah mendengar semuanya! Dan kau terlalu ceroboh hari ini!” tegas Hardi pada selingkuhannya tersebut. “Seharusnya kau tidak seperti itu pada Sonya, terutama saat aku tidak ada!” Hardi masih memarahi Ririn yang saat ini tangannya sedang dibalut oleh perban tersebut. “Iya, aku tahu aku salah! Tapi seharusnya kau tidak perlu marah padaku!” timpal Ririn sambil menangis tersedu. Sementara itu, dari kejauhan, Sonya memperhatikan percakapan mereka diam-diam. “Aku tetap harus marah, agar kau berpikir! Karena jika tidak, kau pasti akan mengulang kesalahan yang sama!” ujar Hardi pada Ririn. Dapat dilihat, jika wajah Ririn kali ini benar-benar merah padam dengan mata sembab. “Bagaimanapun juga! Kau harus sadar dengan posisimu! Di sini Sonya masih menjadi majikanmu dan kau hanya seorang pelayan! Tidak seharusnya kau secara terang-terangan berkata kasar dan hendak menjebaknya seperti itu!” Sonya yang mendengar hal tersebut sedikit tersenyum. “Tumben kau melakukan hal yang benar, Hardi?” Dia pun lanjut melihat bagaimana akhir dari drama kedua sejoli tersebut. “Jadi begitu?” Ririn menatap wajah Hardi dengan air mata yang bercucuran. “Oke, aku akan lebih tahu diri kalau aku ini cuma pembantu! Dan kalian memang majikanku! Aku memang rendahan dan hina jika dibandingkan dengan kalian! Aku permisi!” Perempuan itu pergi dan berbalik meninggalkan Hardi. Tapi drama rupanya masih berlanjut. “Ririn! Bukan begitu maksudku! Bukan seperti itu!” Hardi kini malah bersikeras mengejar Ririn. Sonya hanya bisa menertawakan mereka dari kejauhan. “Ririn! Ririn!” panggil Hardi yang tampak menyesal karena sudah memarahi selingkuhannya. Sebenarnya Sonya ingin tertawa terbahak-bahak, tapi sepertinya dia tak berani bersuara karena takut ada yang menyadari keberadaannya. Apalagi, jika ada yang sampai tahu jika sejak tadi, Sonya memperhatikan apa yang terjadi antara Ririn dan Hardi di sana. Namun, ternyata memang sial tidak pernah bisa dijadwalkan. Seseorang benar-benar memergoki Sonya, sesuai dengan yang ia khawatirkan. “Nyonya ...? Anda bisa melihat?” tegur seorang pelayan. Sonya langsung menoleh dan ia melihat, ada salah satu pelayan yang sempat menertawakannya saat di lorong waktu itu. Dengan segera, Sonya pun kembali berakting menggunakan tongkat seperti biasanya. “Saya sejak tadi melihat Anda, Nyonya! Tak perlu sandiwara!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN