Bingung

2912 Kata
        Raffa mengadakan makan malam bersama di kediamannya. Ia sangat merindukan kedua keponakan kembarnya. Sudah beberapa tahun Raffa tinggal di Jerman bersama keluarganya. Kenzo mengendarai mobil sportnya menuju rumah Raffa yang merupakan rumah peninggalan almarhum kakeknya. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang makan dan disambut para maid dengan membungkukkan tubuhnya. Kenzo melihat Tante Fairis yang sangat cantik  datang menyambutnya.         "Wah ponakan tante yang paling tampan akhirnya datang juga" Ucap fairis menggoda Kenzo. Kenzo hanya menatap datar tantenya.         Fairis melangkahkan kakinya ke ruang makan, disana telah ada Kenzi dan seseorang yang membuat Kenzo terkejut namun ia membuat raut mukanya menjadi datar kembali. "Tante kira si Ela pacar kamu Ken eeee...Kenzi bilang calon pacar dia!" Ucap fairis. Kenzo mengalihkan pembicaraan "Om mana tante?" tanya Kenzo. "Om barusan ke atas tadi ada telepon dari anak-anak jahil tante biasa mau curhat sama bapaknya...maklum mereka nggak mau pulang ke Jerman dan masih betah di Singapura!" Jelas Fairis.         Raffa turun dari lantai atas dan melihat kedua keponakanya yang telah menunggunya. "Wah...kalian sudah besar tambah nggak mirip. Ini pacar siapa?" Tanya Raffa melihat  sosok Ela. "Saya Ela, Om teman mereka!" Ucap Ela lemah lembut dan terlihat santun. "Hahaha...dia ini calon pacar Kenzi om"  ucap Kenzi sambil tersenyum setan kepada Kenzo yang menatapnya dingin.         "Wah...hebat kamu Nzi, ini pacaramu yang keberapa? La hati-hati sama Enzi soalnya playboy mending sama kenzo!" Goda Fairis.         "Saya duluan makan udah lapar!" Ucap Kenzo ketus membuat Kenzi merasa diatas angin karena berhasil  menggoda kembarannya yang minim ekspresi. Sebegitu nggak sukanya kak Kenzo akan kehadiranku. Batin Ela menatap Kenzo sendu.         Namun lamunan Ela terhenti ketika Enzi menginjak kaki Ela. "Aw..." ucap Ela membuat Kenzo dan yang lainnya menatap Ela yang merasa kesakitan dengan tatapan bingung. "Ada apa Ela?" Tanya Fairis menatap Ela dengan raut wajah khawatir. "Nggak apa-apa tante Kak Enzi keinjak kaki saya tante!" "Hahaha sory sayang!" ucap Kenzi mencubit pipi Ela. Kenzo menatap Enzi dingin membuat Kenzi kembali terkekeh.         Mereka menyatap makan malam dengan gelak tawa, Enzi dan Putri menuruni sifat Cia bunda mereka sedangkan Kenzo lebih menuruni sifat Varo. Kalau Putri bodoh seperti Cia tapi Kenzi jahil seperti Cia tapi memiliki kepintaran seperti ayahnya. Perpaduan antara Cia dan Varo menjadi  sosok Kenzi yang memiliki sosok hampir sempurna.         Kenzi mendekati kakaknya yang masih menutupi ekspresinya dengan topeng datarnya.  Ia sengaja menggoda Ela untuk melihat ekspresi Kenzo yang cemburu. "Lo nggak usah bohong Kak, lo suka kan sama Ela?" Tanya Kenzi         "Nggak usah sok tahu!" Dengus Kenzo menatap kesal adik kembarnya yang selalu saja ingin ikut campur dengan urusannya.         "Hahaha gue lebih paham diri lo dari pada lo sendiri Kak. Nggak usah ditutupi wajah cemburu lo itu Kak. Kalau lo nggak suka  Ela biar gue yang akan jadiin Ela pacar". Ucap Kenzi menatap Kenzo dengan serius. "Jangan pernah mengusik Ela, dia wanita polos Enzi!" ancam Kenzo. "Wah..wah...nggak gitu juga kakaku yang dingin, gue rasa wanita baik dan polos seperti dia itu langkah" Ucap Kenzi sambil menatap Kenzo tajam. "Jangan sampai lo menyesal kak, saat lo nanti kehilangan dia. Gue tahu lo menyukainya!" Ucap Kenzi meninggalkan Kenzo yang saat ini meminum minumanya dengan kesal.         Kenzi berbincang kepada Raffa masalah bisnis. Ia sama seperti Kenzo memiliki profesi diluar bisnis yang mereka geluti. Jika Kenzo seorang dokter maka Kenzi adalah seorang polisi. Namun profesi mereka tidak mengganggu perusahaan yang mereka miliki.         Ela hanya tersenyum menanggapi pembicaraan mereka yang tidak dimengerti olehnya. Namun saat mata tajam Kenzo menatapnya seperti ingin mengulitinya membuat Ela menundukkan kepalanya menghidar dari tatapan Kenzo.         "Ayo pulang!" Kenzi menarik lengan Ela membuat Ela tersenyum kikuk. Kenzo hanya menatap mereka dengan datar lalu melangkah tanpa menegur Ela sedikitpun membuat Ela kecewa. Entah mengapa sikap Kenzo yang mengacuhkannya saat ini membuatnya ingin menangis. Kak Kenzo marah sama aku. Kalau tahu begini aku akan menolak mentah-mentah saat Kak Kenzi memaksaku naik mobilnya sore tadi.         Kenzi memang sengaja menjemput Ela di kampusnya hanya ingin menggoda sang kakak dengan membawanya makan malam bersama keluarganya. Kenzi mengantar Ela sampai pintu Apartemen karena ia memutuskan untuk menginap di hotel keluarga. Ia tidak ingin melihat kemarahan sang Kakak jika saat ini ia memilih untuk menginap di Apartemen ini.         "Hati-hati La, Kakak gue ganas banget bisa-bisa lo dikurung semalaman dikamarnya dan di raba-raba!" Goda Kenzi  sengaja menakut-nakuti Ela. Ela menelan ludahnya, entah mengapa ia membayangkan sosok Kenzo yang akan menggodanya membuat bulu kuduknya meremang.         Kenzi meninggalkan Ela yang masih berdiri di pintu Apartemen Kenzo. Ia merasa takut dengan ucapan Kenzi, namun suara dari dalam Apartemen mengejutkanya.  "Masuk hari sudah malam atau kau ingin menginap di Apartemen lain?" Ucap Kenzo dingin. Mati gue dia benar-benar marah.         Ela menghembuskan napasnya  dan berusaha menyiapkan diri bertemu Kenzo saat ini. Ia masuk dengan perlahan dan mendapati Kenzo berdiri didekat pintu masuk dengan melipat kedua tangannya.         "Ooo sekarang kamu sudah berhasil menggoda adikku?" Ucap Kenzo tanpa emosi namun membuat jantung Ela berdetak lebih cepat. "Maaf Kak, Ela dijemput Kak Kenzi dikampus dan Ela juga nggak menyangka bakal di ajak ke rumah Omnya Kakak!" Cicit Ela.         Ela bernapas legah saat Kenzo meninggalkannya dan masuk kekamarnya. Ia merasakan jantungnya akhir-akhir ini merasa tidak sehat semenjak bertemu Kenzo yang sifatnya seperti bunglon. Ia segera mandi dan mengganti pakaiannya. Ela mengambil sebuah buku dan mulai menuliskan kata hatinya untuk seseorang yang telah membuatnya bingung dengan perasaanya. Baru kali ini merasakan hal yang tidak wajar ketika betemu dengan seorang laki-laki. Sosok dingin yang membuatnya jatuh hati tapi seketika senyuman Ela hilang ketika ia mengingat jika ia bukan siapa-siapa dan laki-laki itu adalah keluarga kaya yang tidak pantas untuk ia miliki. Bahkan untuk memiliki rasa cinta, ia tidak pantas karena dengan latar belakangnya yang tidak jelas membuatnya sadar jika ia  harus segera membuang perasaannya sebelum terlambat. ***       Hari minggu dipagi yang cerah  Ela disibukkan dengan memasak makanan untuk Kenzo. Namun ketukan pintu membuatnya menghentikan kegiatanya. Ela membuka pintu Apartemen dan mendapati sesosok wanita cantik nan sexy tersenyum padanya. Wanita itu wanita yang sama yang memeluk Kenzo di ruang penelitian membuat senyumnya berubah menjadi senyuman kaku. "Kenzonya ada?" Tanya  wanita itu sambil menatap Ela sinis. "Ada Mbak masuk saja!" Ucap Ela.  Ia segera kembali ke dapur dengan perasaan kesal. Kehadiran perempuan itu dipagi hari membuat Ela merasa sangat marah namun ia sadar siapa dirinya. Wanita itu langsung menuju kamar Kenzo dan sepertinya wanita itu hapal dengan Apartemen Kenzo. Ela bisa menduga jika wanita itu bukan pertama kali datang ke Apartemen ini.  Sarapan yang Ela buat sudah tersaji di meja makan namun ia takut untuk mengetuk pintu kamar Kenzo. Ela lebih memilih keluar dari apartemen dan memberikan pesan dimeja makan. Ia tidak sanggup melihat kemesraan mereka. Ela membayangkan jika wanita itu saat ini sedang memeluk Kenzo. Lebih baik gue pergi, ngapain gue ngeliat orang pacaran. Gue harus kuat, karena gue juga bukan siapa-siapanya Kak Ken, gue nggak pantas cemburu. Ela melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe yang beradandipinggir jalan. Ia memutuskan  untuk membeli sarapan disana.  Ia butuh sarapan agar setidaknya ia tidak kelaparan hanya karena merasa sakit hati dan melupakan apa yang dibutuhkan tubuhnya saat ini.  Ela memilih duduk di sudut agar tidak ada orang yang mengganggunya namun tetap saja pandangan laki-laki dan perempuan menatap kagum dengan wajah asia yang ia milik. Kencantikan yang membuat orang tidak bosan melihatnya. Ela meruntuki dirinya  sendiri karena lupa memakai kaca mata. Ia sadar jika matanya memang sedikit berbeda hingga membuat orang-orang mengaguminya. Laki dengan tampilan kasualnya mendekati Ela dan duduk tepat dihadapan Ela. "Ela kemana saja kamu La? ponsel yang aku berikan tidak pernah kamu aktifkan" Ucap Bian alias Brayen dengan kesal. "Maaf Kak Bian aku tidak terlalu menyukai ponsel pemberian Kakak karena itu terlalu mahal" Ucap Ela. "Kalau begitu kau ikut aku. Aku akan membelikanmu ponsel yang kamu inginkan!" Ucap Bian dengan senyum menggodanya. "Maaf  Kak Bian, aku tidak mau menerima pemberian orang asing" ucap Ela menundukkan kepalanya. Bian menggenggam tangan Ela dengan erat, ia mengangkat wajah Ela dengan memegang dagu Ela "Aku bukan orang asing Ela, aku suka padamu sejak pertama kali kita bertemu" Jujur Bian menatap Ela dengan serius. Tak ada kebohongan dari ucapan Bian membuat Ela menatap Bian dengan tatapan sendu. "Maaf  Kak Bian,  aku nggak pantas menjadi kekasihmu dan aku tidak mau kejadian waktu itu terulang kembali!" jelas Ela.  Ia ingat saat dipesta omnya Kenzo ia menjadi tatapan banyak laki-laki yang menatapnya seolah-olah ingin menelanjangi tubuhnya. Apalagi mereka menganggap ia jalang yang sering dibawa Bian ke berbagai acara. "Maafkan aku Ela aku janji akan berubah demi kamu sayang!" Bian mengelus pipi Ela dengan lembut membuat Ela menjauhkan wajahnya dan menarik tangan Bian agar tidak mengelus wajahnya lagi. "Maaf aku tak bisa!" Seru Ela sambil melihat jam ditangannya. “Hmmm aku permisi dulu Kak” ucap Ela tersenyum kaku. Ela bergegas menuju seminar yang dikatakan Demi seminar pasangan dokter yang sukses dan harmonis walaupun sama-sama sibuk. Kedua dokter ini pun juga seorang penulis tentang buku kesehatan hingga sering diundang diberbagai seminar kesehatan. Ela meninggalkan Bian dengan tatapan amarah Bian. Ela tak peduli dengan Bian, dia hanya ingin menghindari masalah. Ia tidak ingin dianggap perempuan jalang dan saat ini ia ingin fokus dengan kuliahnya. Ela meilihat gedung seminar yang telah dipadati para peserta seminar. Ia mencari-cari keberadaan Demi dan mendapati Demi yang saat ini berdiri didepan lobi sambil tersenyum kepadanya. "Ayo masuk ini undanganya!" ucap Demi menunjuk undangan yang ada padanya dan mereka melangkahkan kakinya menuju ruangan seminar. Ela menatp takjub ruangan yang ada dihadapanya, didalam ruangan ini telah hadir orang-orang dari berbagai profesi. Namun saat ia melihat seorang wanita yang menjelaskan masalah kesehatan kulit, entah mengapa tiba-tiba air matanya menetes. Ela menyeka air matanya dan menatap wanita itu dengan haru. Ibu..Dia ibuku. Wajah yang sama yang ada di dalam foto pemberian Papi. Ibuku ternyata lebih cantik dari pada yang ada difoto. Ibu...ibu ingat Ela Bu. Ini Ela anak ibu hiks...hiks... Namun tatapan keharuan itu berubah menjadi tatapan sendu. Wanita yang dihadapanya  adalah Reni,  ibu yang telah melahirkan Ela dan  ibu yang juga tega meninggalkannya. Kenapa ibu terlihat sangat bahagia. Ibu bahagia tanpa Ela. Apa ibu begitu membenci Ela hingga tak mau menemui Ela, Bu?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dihati Ela, kenapa ibunya tega meninggalkannya sendirian dan harus menderita dibesarkan oleh papinya. Ia hidup bersama orang-orang yang sangat membenci kehadirannya. Tak ada kasih sayang yang ia dapat selama tinggal bersama Papinya.  Kenapa ibunya tidak membawanya, apa benar kehadirannya didunia ini tidak diharapkan?. Demi menatap Ela yang berurai air mata  dengan tatapan bingung. "Ada apa La? Kamu terlalu terharu dengan kisah cinta pasangan Dokter ini ya?" Demi menujukkan buku yang mengisahkan perjalan keduanya menjadi orang yang sukses. Ela memejamkan matanya dan mengatakan pada Demi jika ia sakit perut dan ingin pulang. Demi ingin mengantarkan Ela pulang namun Ela menolak untuk diantar karena ia tahun sahabatnya ini sangat  ingin sekali mendengar diskusi diseminar ini. Bahkan Demi sangat mengidolakan pasangan Dokter ini. Ela mempercepat langkahnya namun tiba-tiba sebuah tangan memegang lengannya dan membuatnya terkejut. "Ela kenapa kamu ada di jerman, apa kabar papimu si p*******a b******k itu?" ucap wanita cantik itu. wanita yang sangat mirip dengannya. "Aku...akkku...aku kuliah disini Bu!" ucap Ela menundukkan kepalanya, ia terkejut karena Reni ternyata mengenalnya.  Reni belum pernah bertemu dengannya tapi kenapa Reni mengenalnya? Itu yang saat ini membuat Ela penasaran. Apalagi saat ini ia tahu jika ibu kandungnya pun membencinya dan tidak mengharapkan kehadirannya. "Laki-laki itu pasti sengaja memintamu kuliah disini agar suatu saat kau bertemu denganku" Ucap Reni dingin. "Hahahaha dia menghubungi untuk memintaku mengambil alih dirimu, tapi maaf aku tak bisa membawamu bersamaku karena melihatmu aku seperti memelihara b******n yang telah memperkosaku!" ucap Reni membuat Ela merasa ia adalah orang paling menyedihkan didunia ini. Tak ada satu pun yang menginginkanya. "Tapi Bu aku..." ucap Ela terbata ia ingin sekali meeluk Reni dan mengatakan jika ia rindu pelukan dari ibu kandungnya. Ia ingin merasakan pelukan ibunya bukan pengasuh atau pembantu yangselalu memeluknya ketika ia menangis karena iri. Ia iri ketika  Dini dipeluk Gendis yang dulu ia anggap ibunya. "Aku tak menginginkanmu bagiku kehadiranmu mengingatkanku pada masa lalu yang ingin ku hapus! Dan aku harap kau jangan pernah menampakkan dirimu dihadapanku!" Ucap Reni kejam. Ela menatap wajah Reni sendu, ia merasa benar-benar sebatang kara tidak ada satupun yang menginginkanya  lagi bahkan ibunya pun tak ingin bertemu denganya. Ela menapaki jalan dengan hati terisris, air matanya mengalir begitu deras hingga membuat pandangannya menjadi kabur. Tak ada orang yang akan sukarela menyeka iar matanya bahkan memeluknya dengan erat. Haruskah aku mati saja? Tak ada yang menginginkanku.. Aku anak haram. Anak hasil pemerkosaan Aku tidak berhak hadir di dunia. Maafkan aku Papi, kak Rian aku tak bisa menjadi orang yang kuat seperti yang kalian inginkan. Ela pulang dengan langkah lunglai, sejak tadi beberapa orang saling berbisik melihat Ela yang meneteskan suara tanpa isak tangis. Ela terus berjalan menuju Apartemen Kenzo. Ia membuka pintu Apartemen dan melihat Kenzo yang sedang tertawa bersama Clara. Clara wanita yang mencintai Kenzo. Clara  terlihat kesal saat melihat kehadiran Ela, membuat  Ela masuk ke kamarnya. Ia mengabaikan kehadiran Kenzo dan Clara yang duduk di sofa ruang tengah sambil tertawa. Ia baru melihat ekspresi Kenzo yang bisa tertawa seperti itu  membuatnya tidak rela, sedangkan saat bersamanya Kenzo seperti membencinya. Ia menelungkupkan tubuhnya di ranjang dan kembali menangis tersedu-sedu. Ela menulis sepucuk surat untuk Kenzo. Ia yakin jika ia bisa memulai kehidupan baru tanpa keluarganya, ia bahkan akan menjauh dari orang yang mengenalnya. Ela mencintai Kenzo dan ia telah menyadari perasaannya  bahkan ia berusaha menghilangkan rasa cintanya. Mengharapkan orang yang tak mungkin membalas cintanya adalah hal yang paling menyakitkan baginya. Hari ini adalah hari dimana ia sangat terluka dalam satu waktu. Waktu yang mempertemukannya dengan ibunya, waktu yang memperlihatkan senyuman laki-laki yang dicintainya ternyata bukan untuknya. Terima kasih kak, atas kebaikan kakak kepada Ela. Maaf jika selama ini Ela merepotkan kakak.       Ela pergi kak...      Salam      Ela Ela melipat ketas yang ia tulis dan menaruhnya di atas tempat tidur. Ia mengapus air matanya yang masih saja terus menetes. Sekarang yang ia pikirkan adalah kemana ia harus pergi. Saat semua alasanya untuk mengejar mimpinya tidak bisa ia lakukan. ibu kandungnya jelas tidak ingin melihatnya. Jerman menjadi kenangan indah sekaligus kenangan menyakitkan baginya. Ela membawa semua kaca mata pemberian Kenzo, ia tersenyum mengingat kebaikan Kenzo kepadanya. Ia  memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya di Jerman. Ia akan pergi ke tempat yang layak untuk ia tinggali dan mengubur semua kenangannya. Malam semakin larut, Ela melihat kamar Kenzo tertutup dan sepertinya Kenzo telah terlelap. Ela mengendap-ngedapkan langkahnya agar Kenzo tidak mendengar langkahnya. Ia bernapas lega saat ia berhasil keluar dari Apartemen Kenzo. "Hiks...hiks...selamat tinggal kak!" ucap Ela sambil menatap Apartemen Kenzo dari kejahuan. ia berjalan menuju bus dan ia memilih kembali ke Indonesia  dan memulai hidup baru tanpa keluarganya. Sementara itu Kenzo yang saat ini baru  bangun dari tidurnya segera mencari keberadaan Ela namun yang ia dapati  adalah sepucuk surat. Kenzo duduk dipinggir tempat tidur Ela dan ia membaca surat itu dengan serius. Kenzo menggegam surat yang ditulis Ela dengan kasar.  Prang... Kenzo meninju kaca yang ada dikamar Ela membuat tangannya terluka dan ia menggenggam pecahan kaca membuat  telapak tanganya robek dan meneteskan darah. Kenzo mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Hali Jonas aku butuh bantuanmu cari keberadaan wanita yang bernama Ela dan aku akan segera mengirimkan fotonya kepadamu. Dia kabur dari apartemenku tadi malam!". "Wah seorang Kenzo sudah bisa bermain dengan wanita rupanya!" Goda Jonas. "Tutup mulutmu Jonas atau aku akan memecatmu dan memblokirmu dari semua perusahaan yang ada di jerman agar kau miskin!" Teriak Kenzo penuh amarah. Baru kali ini Kenzo menampakan amarahnya biasanya ia bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. Kenzo mencengkram kepalannya dengan gusar. Ia baru menyadari betapa ia sangat menyayangi wanita itu. Wajah luguh Ela dan sikap polosnya meruntuhkan hatinya yang beku. Bahkan Kenzo menginginkan Ela selamanya berada didekatnya. Ia bahkan menolak kembali ke Indonesia sampai Ela menyelesaikan kuliahnya. Akan aku pastikan jika aku bertemumu kembali  denganmu, aku akan mengurungmu dan membuatmu selama-lamanya bersamaku hanya bersamaku.  *** Satu bulan Kenzo tanpa Ela, sifatnya menjadi lebih dingin dan kata-katanya menjadi sangat kasar. Clara wanita itu sebenarnya ia anggap sebagai sahabatnya namun wanita itu beberapa hari ini menyatakan cinta kepadanya. Kenzo menolaknya dengan tegas  namun wanita itu bersihkukuh menginginkan agar mereka berpacaran. Bahkan Clara mengiris urat nadinya agar mendapatkan Kenzo. Namun Kenzo tetap tidak menghiraukan Clara. Hatinya telah beku karena wanita itu meninggalkannya tanpa pamit. Ela wanita  yang membuatnya akhirnya bisa mengabaikan buku-buku yang ia baca. Ela yang terlihat malu-malu membuatnya terhibur. "Ken...jangan pergi tetaplah tinggal di Jerman bersamaku!" Ucap Clara saat Kenzo dibandara dan akan segera pulang menuju Indonesia. Kenzo memutuskan kembali ke Indonesia karena menurut Jonas, Ela telah kembali ke Indonesia. Bukan hanya karena Ela ia kembali ke Indonesia tapi ia juga merindukan keluarga besarnya. Ia telah meminta kakak sepupunya Revan untuk membantunya mencari keberadaan Ela. "Ken aku akan mati jika kau tidak bersamaku!" Teriak Clara, tapi Kenzo menatapnya dingin. Kenzo tidak memperdulikan Clara, karena ia yakin Clara bisa melupakannya. "Kalau begitu lebih baik kau mati saja. Aku tak peduli dan jangan lupa suruh orang menghubungiku agar aku bisa datang ke pemakamanmu!" Ucap Kenzo kejam meninggalkan Clara yang terduduk  dilantai bandara dan menangis tersedu-sedu. Kenzo ternyata pulang bersama Kenzi karena satu bulan ini Kenzo bagaikan mayat  yang hanya menatap foto wanita culun diponselnya hingga Bunda Cia meminta Kenzi untuk melihat keadaan Kenzo di Jerman dan membujuk Kenzo agar segera pulang. Kenzi tertawa melihat Kenzo yang mengeluarkan kata-kata kejamnya. "Waw...gara-gara kehilangan Ela kekejamanmu bertambah menjadi 100% Kak. Ini pasti berita mengejutkan bagi Putri dan Bunda hahaha..." tawa Kenzi. "Tutup mulutmu kita dipesawat atau kamu ingin aku memukul wajahmu itu!" Ucap Kenzo kasar. "Widih takut gue hahaha" Goda Kenzi. Ia sangat terhibur melihat ekspresi kekesalan Kenzo. Dulu kakaknya ini hidupnya hanya datar-datar saja seperti ekspresinya tapi ketika bertemu Ela, Kenzo banyak berubah.                   Tujuh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN