Difinah dan Diusir

1246 Kata
Willy sedang duduk di sofa ruang tamu. Ia adalah seorang pengusaha sukses yang tengah menunggu putri tunggalnya pulang. Willy melihat ke layar ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan malam. "Kemana Ayra? Tidak biasanya dia pulang selarut ini," pikir Willy mengingat Ayra yang akan wisuda S2 besok lusa. "Apa dia terjebak macet?" "Kalaupun iya, kenapa tak menghubungiku?" Willy mulai cemas. Willy hanya duduk sendiri di sofa ruang tamu itu. Sementara Dona istri barunya sedang berada di kamar Gina, putrinya. "Bu, rencana kita pasti berhasil kan?" Tanya Gina, Gadis berusia dua puluh dua tahun itu menatap lekat Dona, ibunya. "Harus berhasil. Agar kita dan Evan bisa menjadi penguasa rumah dan perusahaan Willy," ucap Dona sambil tersenyum. Gina pun ikut tersenyum senang. Di sisi lain, Willy yang dari tadi menunggu Ayra melihat kedatangan putri semata wayangnya itu dengan pakaian sedikit berantakan. "Kamu dari mana saja Ayra? Ini sudah jam sembilan!" Seru Willy sambil berdiri dari sofa ruang tamu. Willy paling tak suka jika Ayra pulang malam. "Maaf ayah tadi aku bertemu teman lamaku, aku sampai lupa waktu," jawab Ayra berbohong. Faktanya Ayra dihubungi Elang, kekasihnya untuk bertemu. Tapi ternyata Elang tak datang. "Ya ampun kamu ini, kalau begitu kabari ayah. Agar ayah tak khawatir," ucap Willy mulai melunak. "Iya ayah, maafkan Ayra," jawab Ayra kemudian. "Ya sudah kamu ke kamar, lusa kan kamu wisuda. Besok kamu jangan kemana-mana. Istirahat," pinta Willy. "Baik ayah," jawab Ayra sambil tersenyum. Setelah itu Ayra dan Willy pun masuk ke kamar mereka masing-masing. "Ah untunglah ayah tak mempertanyakan kenapa pakaianku kusut seperti ini," ucap Ayra sambil masuk ke kamarnya. *** Keesokan harinya Ayra sarapan bersama ayahnya, ibu tirinya Dona dan dua adik sambungnya yaitu Gina dan Evander. Baru saja Willy menghabiskan sarapannya, seorang satpam mendekati kursi Willy dan satpam itu menyerahkan amplop coklat ukuran besar kepada Willy. Satpam itu menjauhi Willy dan keluar dari ruang makan setelah Willy mengibaskan tangannya. "Paket apa ini?" Ucap Willy. "Coba buka ayah," ujar Ayra. Willy pun mengangguk. Sementara Donna, Gina dan Evander hanya diam tak berekspresi. Mereka tak penasaran dengan isi dari amplop itu. Setelah amplop itu dibuka alangkah terkejutnya Willy saat melihat foto-foto Ayra dengan seorang lelaki diatas ranjang. Willy menatap foto-foto itu seksama. "Mataku masih normal, ini kan Ayra?" Ucap Willy pelan. Ayra masih memperhatikan Willy yang tengah memperhatikan beberapa lembar foto di tangannya. Hingga akhirnya Willy berdiri sambil memanggil nama Ayra dengan suara keras. "AYRA!" Ayra langsung melihat ke arah Willy. "APA-APAAN INI?" Tanya Willy dengan nada tinggi sambil melempar poto Ayra ke depan Ayra. Ayra mengambil foto yang dilempar Willy dan ia membelalakan matanya, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Oh jadi kamu semalam pulang telat bertemu dengan teman di hotel ya? Kamu mau menjatuhkan reputasi ayah? Hah!" Teriak Willy dengan tatapan kecewa pada putri semata wayangnya itu. "Ayah, aku bisa jelaskan. Ini tak seperti yang ayah bayangkan," ucap Ayra sambil menatap wajah Willy, berusaha memberi penjelasan. "Pasti ada yang sengaja menjebakku ayah," ucap Ayra sambil berdiri dan ia melirik ke arah Dona, ibu tirinya. Dona memasang wajah yang datar, ia sama sekali menanggapi lirikan maut Ayra padanya. "Saya tidak mau mendengar alasanmu itu," ujar Willy. "Lalu… Ayra harus apa ayah? Ayah tak melakukan hal yang ayah pikirkan. Please ayah," ucap Ayra sambil menangkupkan tangannya memohon pada Willy agar tak percaya dengan ucapannya. Willy pun terdiam. Tak lama kemudian ada paket lain dan ternyata flash disk. Willy meminta asistennya untuk mengambil laptop. Dan ternyata flash disk itu berisi soft file foto-foto Ayra tadi malam. Saat itu juga Willy meminta asistennya untuk menghubungi ahli IT. Willy yang seharusnya pergi ke perusahaan terpaksa mengurusi itu terlebih dahulu. Keluarga Willy kini sudah ada di ruang keluarga termasuk asisten dan ahli IT. “Bagaimana hasil analisismu?" tanya Willy pada ahli IT. “Maaf Tuan, ini semua fotonya asli dan bukan editan,” ucap ahli IT itu jelas. "Kamu yakin?" tanya Willy. Ahli IT itupun mengangguk. "Apa kamu bisa memperkirakan wajah laki-laki di foto itu? Saya sangat penasaran, siapa laki-laki itu!" seru Willy. “Tidak bisa Tuan. Di semua foto ini semua posisi laki-laki membelakangi kamera,” ujar ahli IT itu. Setelah memberikan penjelasan ahli IT itu pun keluar dari ruangan itu. Begitupun dengan asisten pribadi Willy. Ayra menundukan kepalanya, ia sungguh tak habis pikir bagaimana bisa ada yang menjebaknya seperti itu dan keadaan Ayra yang semalam tak sadar juga membuat ia ragu apa ia masih suci atau sudah ternoda. Di sisi lain Willy sangat marah dan kecewa, ia benar-benar merasa sangat malu. Hingga ia memutuskan sesuatu di saat amarahnya sedang memuncak. Willy berdiri dan langsung mengusir Ayra, putrinya. Ia tak peduli pada Ayra, ia tak pernah sekecewa ini pada putrinya itu. "Ayra, silahkan angkat kaki dari rumah ini sekarang juga." "Jangan ada yang kamu ambil selain pakaian yang kamu pakai sekarang!" Seru Willy sambil berdiri. Ayra yang mendengar perintah Willy seperti itu membuat ia mengangkat wajahnya dan menatap Willy tak percaya. "Ayah bahkan belum mendengarkan penjelasanku, aku harus pergi kemana?" Ayra mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar tak percaya Willy mengusirnya. Aku yakin mereka yang menjebakku, batin Ayra sambil melirik ke arah Dona, Gina dan Evander. "Keluar!" "Aku malu dengan sikapmu Ayra! Ayah tidak mau ada orang yang tahu hal ini. Jadi lebih baik kamu keluar dari rumah ini!" Teriak Willy. Ayra pun memejamkan matanya. Mengatur nafasnya lalu ia membuka matanya kembali. "Baiklah ayah. Ayah nanti akan sadar jika aku ini sangat berharga dan aku tidak bersalah," ucap Ayra pelan. "Terserah. Pergilah," ucap Willy. "Untunglah kamu belum sempat ayah kenalkan pada semua orang kalau kamu itu anakku," tambah Willy. Ayra tak percaya ayahnya yang sangat baik padanya kini mengusirnya tanpa memberi Ayra kesempatan menjelaskan. Karena kecewa, Ayra pun pergi dari ruang keluarga dan keluar dari rumah itu. Tanpa tahu ia akan pergi kemana. Ayra berjalan kaki, setelah berjalan kaki selama lima belas menit ia ingat akan Elang. Ayra pun naik sebuah bus kota untuk sampai ke rumah Elang. Tapi sesampainya di sana, Ayra melihat Gina ada di sana dengan foto-foto itu. Saat itu juga Elang memutuskan Ayra dan Marini, ibu Elang mengusirnya. Elang juga sama halnya dengan Willy tak mau menerima penjelasan darinya. Sementara Gina menyunggingkan senyum liciknya, membuat Ayra memilih pergi daripada menjelaskan. Ayra akhirnya pergi dari kediaman Elang dan Ayra berjalan kaki tak tentu arah. Beberapa kali ia beristirahat, hingga ia berpikir. "Aku tahu ini adalah ulah tiga orang itu, mereka sengaja menyingkirkanku. Sepertinya aku harus langsung mencari pekerjaan, suatu saat nanti aku harus menunjukan pada ayah kalau aku tak bersalah," gumam Ayra. Saat Ayra beristirahat di pinggir jalan ia melihat mobil barunya melaju melewatinya dan Ayra tersenyum getir saat melihat Evander yang ada di balik kemudi. "Sudah kuduga," gumam Ayra. Ayra pun kembali berjalan ke sebuah kawasan sekolah. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, waktu anak TK pulang. Saat Ayra berjalan di trotoar, Ayra melihat seorang anak kecil berlari ke tengah jalan untuk mengambil bola sementara ada sebuah mobil melaju ke arah anak itu. "Adik Awas!" Seru Ayra pada anak laki-laki yang memakai seragam TK itu. Ayra berlari dan menarik tangan anak itu, memeluknya dan membawanya ke pinggir jalan hingga ia duduk terjatuh di trotoar. Semua orang disana langsung melihat ke arah Ayra dan anak laki-laki itu. Pengasuh anak itu langsung menghampiri Ayra setelah ia mengakhiri panggilannya dengan seseorang dekat gerbang sekolah. “Den, kamu tidak apa-apa?" tanya pengasuh itu berusaha meraih Vano dipangkuan Ayra. Tapi anak itu memeluk Ayra sangat erat. Ayra berusaha bangkit dari duduknya dan tetap menggendong anak laki-laki yang baru saja ia selamatkan. Bersamaan dengan itu sebuah mobil mewah berhenti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN