"Saya sudah siap, apa kamu mau ....” Daylon tidak meneruskan kalimatnya karena melihat Zalikha tertidur di sofa. Tanpa Daylon sadari bibirnya tertarik, dia tersenyum melihat wajah manis Zalikha yang tertidur pulas.
"Sepertinya dia lelah sekali," ucap Daylon pelan, lalu duduk di sofa satunya sambil menatap Zalikha pria itu menghubungi seseorang.
"Iya, Tuan,” sahut seseorang di sebarang sana.
"Cari tahu tentang Zalikha Abimana, sekarang!" titah Daylon.
"Siap.”
Panggilan pun berakhir.
"Siapa kamu yang sebenernya Zalikha? Sampai papi meminta aku menjemput kamu?"
Sambil menunggu Zalikha bangun, Daylon memutuskan untuk sedikit menghangatkan tubuhnya dengan minum sedikit minuman yang ada di mini bar. Selagi dia menikmati minumannya, ponselnya berbunyi.
Daylon mendengar penjelasan dari orang kepercayaannya yang dia suruh mencari data tentang Zalikha. Setelah itu pria berdarah Jepang-Indonesia itu menenggak satu gelas kecil minuman yang di pegangnya dan menyertakan keras gelas kosong ke atas meja hingga membuat Zalikha terbangun. Daylon pun sedikit terkejut karena ulahnya tanpa sadar dia membangunkan gadis itu.
"Maaf, membuat kamu terbangun."
"Maaf, aku ketiduran."
Kalimat itu bersamaan terdengar. Keduanya terkekeh kecil. Suasana sedikit mulai mencair karena hal tersebut.
"Uncle sudah siap?” tanya Zalikha setelah dia melihat penampilan Daylon yang sudah lebih segar dan terlihat lebih tampan.
"Kamu lihat sendiri, saya sudah tampan seperti ini," jawab Daylon sedikit menyombongkan diri.
Zalikha mengulum senyumnya, "Iya, keluarga Takizaki memang tampan-tampan," pujinya.
Sekilas Zalikha melihat gelas dan botol minuman beralkohol di atas meja mini bar. Ternyata rumor yang dia dapat dari beberapa orang benar kalau putra bungsu keluarga Takizaki memang suka minum bahkan sampai mabuk, hal itu yang membuat Daylon tidak pernah tampil di public.
Berjalan mendeka pada mini bar, Zalikha mengambil gelas kecil yang sudah kosong itu.
"Uncle Daylon habis minum?” tanyanya.
"Yup, kenapa? Kamu juga mau?”
"Bagaimana rasanya? Apa dengan minum ini masalah kita akan selesai?”
"Coba saja sendiri," tantang Daylon sambil menuangkan minuman itu, satu gelas penuh di sodorkan ke arah Zalikha.
Ragu tapi penasaran. Zalikha menenggak langsung satu gelas sloki berisi minuman beralkohol tersebut.
Daylon yang hendak memberinya interaksi sudah terlambat.
"Pahit dan tenggorokanku panas," ucap Zalikha mengeluh dengan lidah menjulur.
Daylon mendengus kecil.
"Siapa yang menyuruh minum langsung?” cicit Daylon.
"Lalu bagaimana cara minumnya?”
Daylon kembali menuangkan minuman itu dan memberinya contoh.
"Dinikmati, minum sedikit demi sedikit, rasakan bagaimana rasanya minuman ini."
Zalikha menyambar gelas yang di pegang Daylon. Kemudian meminumnya seperti yang pria itu contohkan.
"Pahit, getir tapi ada sedikit manis-manisnya, seperti kehidupan bukan?"
Zalikha terkekeh mendengar kalimat Daylon barusan, terlihat gadis itu mulai mabuk. Orang yang tidak pernah mencoba minuman haram itu, sekalinya dia mencicip maka akan berpengaruh cepat pada tubuhnya. Seperti Zalikha saat ini. Daylon minum lima gelas saja belum mabuk tapi Zalikha berbeda. Gadis itu belum menghabiskan dua gelas tapi sudah mulai melantur, wajahnya juga menjadi merah.
"Tahu apa Uncle tentang kehidupan? Apa Uncle pernah di khianati pasangan? Batal menikah karena pasangan ternyata selingkuh sampai menghamili orang lain? Bahkan orang tersebut adalah adiknya si pengantin wanita.” Zalikha meracau.
Daylon yang masih sadar memilih diam mendengar ungkapan hati Zalikha. Kata orang, ucapan orang mabuk itu jujur dari hati yang paling dalam. Gadis cantik itu terus mengoceh, tanpa perduli respon dari lawan bicaranya menyahut atau tidak.
"Apa karena aku tidak mau dia sentuh akhirnya dia lampiaskan pada Ara? Sampai hamil, itu berarti mereka sering melakukan hubungan itu. Selama ini mereka selingkuh di belakang ku, Uncle."
"Aku selalu mengalah sejak kecil, sejak ayah menikah dengan ibu Sarah. Aku sangat senang ketika Ara dan ibu Sarah datang ke kehidupan ku dan ayah. Aku pikir, aku punya adik dan ibu, tapi nyatanya ... Mereka ...." Zalikha menangis.
Daylon menarik Zalikha dalam dekapannya. Gadis itu menangis di d**a bidang Daylon Takizaki. Cukup lama hingga akhirnya nafas gadis itu mulai tenang dan teratur. Tubuhnya yang bersandar pada Daylon juga semakin berat dirasa.
Daylon melihat jam tangannya, pesta pernikahan diadakan malam hari, masih ada waktu beberapa jam untuk membiarkan Zalikha tidur dan nanti jika dia terbangun, Daylon berencana memberinya obat untuk menetralkan efek dari minuman beralkohol itu.
Pria itu membopong Zalikha, memindahkan gadis itu ke dalam kamar, dia letakan pelan tubuh mungil itu diatas kasur. Kemudian dia pergi.
Betapa terkejutnya Daylon ketika Zalikha memeluknya dari belakang saat dia hendak keluar dari kamar.
"Tolong, jangan tinggalkan aku, aku akan berikan semuanya agar kamu tidak perlu lagi berpaling dan meninggalkan aku," ucap Zalikha, melantur.
"Ternyata kamu sama sekali belum pernah minum, efek samping minuman itu bekerja luar biasa di kamu, Likha," ucap Daylon.
Zalikha yang mabuk tentu tidak mendegar apa yang Daylon ucapkan. Dia malah mempererat pelukannya.
Daylon berbalik, menatap wajah Zalikha. Tangan yang awalnya melingkar di pinggang beralih ke leher kokoh milik Daylon, sedikit berjinjit Zalikha mendaratkan bibirnya mencium pria itu.
Awalnya dia yang Zalikha panggil 'Uncle' itu membiarkan gadis cantik itu bermain di bibirnya, tapi lambat laun dia pun ikut terbawa dengan cumbuan yang mulai intens itu. Pria normal mana yang menolak hal yang mengasikan seperti itu? Dua bibir mulai bersatu dalam cumbuan panas dan semakin b*******h, Indra pengecap mereka saling bertaut di dalam sana.
Jemari lentik Zalikha mengusap d**a bidang sang Uncle, meski masih tertutup dengan jas dan tuxedo lengkap, Daylon dapat merasakan sentuhan itu.
Semakin bergelora, Zalikha membuka jas dan tuxedo yang melekat di tubuh atletis Daylon. Pria itu pun membantu melepas pakaiannya sendiri tanpa melepas tautan bibir mereka yang semakin membara. Kancing kemeja pun sudah terlepas semua. d**a bidang dengan otot yang pas pada tempatnya pun terpampang sempurna di mata Zalikha yang sudah berkabut.
"Akh!" Zalikha memekik ketika Daylon memutarnya dan menyudutkannya ke tembok, mengungkung dengan kedua tangan kekarnya.
"Apa kamu sadar sedang berhadapan dengan siapa, Likha?”
Bukannya menjawab Zalikha malah mengusap rahang tegas Daylon dan jari lentik itu turun menyusuri leher hingga d**a, terus ke bawah ...
"Heum, aku berhadapan dengan pria gagah yang memiliki ...."
"Shhhttt ... Ahhh ...," desis Zalikha ketika Daylon menjelajah leher jenjangnya dengan memberikan kecuman di sana.
"Akh!” Zalikha memekik, satu tangannya meremas sesuatu, milik Daylon yang sudah membesar dan satunya meremas rambut tebal Daylon ketika pria itu meremas lembut kedua bukit kembar Zalikha.
"Katakan stop, Likha. Maka aku akan berhenti sampai di sini atau—”
"Teruskan, Uncle."
"Kamu yang meminta."
"Iya, karena aku ingin ini ...."