3. "Tolong aku!"

1042 Kata
Pria itu hanya menatapnya dan tersenyum simpul. Menantang. Itulah yang ada dipikiran pria itu. Baru kali ini dia merasa tidak bisa menolak gejolak birahinya. Seumur-umur, dia selalu menjaga gejolaknya dari para perempuan malam. Ya, dia menjaganya. Karena pria itu memiliki seorang adik perempuan. Jadi dia tidak mau dosanya jatuh ke adiknya. Tapi malam ini, benar-benar .... Entahlah. Ini malam terburuk atau malam terindahnya. Kita lihat saja nanti. Ting!! Pintu lift terbuka. Pria itu segera menuju kamarnya. Dan dengan segera meletakkan Baby ke ranjang besarnya. Dia segera melepas sepatu Baby dan sepatunya. Baby bangkit dari posisi tidurnya dan menarik tubuh pria itu dengan tidak sabar. "Slow Babe," pria itu membuka dress hitam Baby dan yang tersisa hanya dalamannya saja. Pria itu menelan Salivanya saat melihat bukit sintal di depannya yang masih terbungkus bra. Kulitnya putih bersih, mulus, lembut dan harum vanilla...kalo dia tidak salah. Baby segera membuka dasi, vest dan kemeja pria itu. Melumat bibir pria itu dengan ganas. Pria itu sekarang berada diatas tubuhnya sedang melumat bibir merah ranum Baby lalu turun ke leher dan meninggalkan beberapa dan bahkan banyak stempel merahnya. Lalu menjilati tubuh Baby terus sampai ke dadanya. Pria itu melepaskan kaitan bra hitam Baby dan... Glek!! Pria itu menatap tubuh Baby dengan intens. Pemandangan surga dunia yang tidak bisa ditolak. Pria itu melepaskan celana dalam hitam milik Baby. Dan pria itu segera melepaskan celananya. Sekarang sudah tidak ada sehelai benangpun ditubuh mereka. Adegan memagut, gigit menggigit, jilat menjilati sudah dilakukan. Suara lenguhan mereka berdua mendominasi ruangan kamar hotel besar itu. Sambil meremas bukit sintal Baby, pria itu terus menatap Baby dengan senyuman. "Gue mulai ya Babe?" Pria itu meminta ijin. Baby hanya mengangguk, tidak mengerti ingin memulai apa. Bukankah ini sudah dimulai dari tadi? Dan... "Arrggh......sakit," ucap Baby sambil sedikit mengeluarkan air matanya. "s**t!! Lo virgin?" Pria itu kaget. Tapi tidak bisa menghentikan aktivitasnya, sudah setengah jalan. Dilanjutkan atau tidak, akhirnya sama saja. Si gadis ini bukan gadis lagi mulai malam ini. Akhirnya pria itu tetap melanjutkan, dia memasukkan miliknya dengan cepat, lalu berhenti memberi jeda pada Baby agar tidak terlalu sakit. Dan segera melahap habis bibir ranum Baby, memberikan rangsangan untuk mengalihkan rasa sakitnya. Pria itu memaju mundurkan pinggulnya dengan lembut. "Gila!" racau pria itu. Miliknya serasa sesak di dalam sana. "Emmmmhhhh..." Baby tak dapat menolak lagi rasa ini. Rasanya luar biasa. Baby memandangi pria itu yang sedang bermain diatasnya, menggairahkan. Terlihat keringat di pelipis pria itu, menambah kesexy-annya. "Oh...sayang," pria itu sambil meremas kedua bukit sintal Baby. Hentakan demi hentakan pria itu lakukan, membuat Baby tak bisa menahan lagi. Baby pun teriak bersamaan pelepasannya yang pertama. "Aahhhhh....shit!" Pria itu tersenyum, mendengar racau-an Baby. Membuatnya serasa menjadi pria sejati. Wanita ini benar-benar membuatnya menikmati malam penuh dosa ini. "Yes Baby, your so hot!" Racau pria itu. Baby meracau sambil mencakar pundak pria itu. "Ahhhh...shit!!!!" Pria itu mempercepat laju miliknya dan menengadah keatas. Baby meremas sprei dengan kencang seiring dengan tusukan-tusukan yang pria itu lakukan. "Ahhh..." racau Baby. "Tahan .." pria itu sambil meremas kedua bukit sintal Baby. Kembali pria itu menengadah keatas sambil menikmati pelepasannya. Pria itu mencumbu Baby lembut dan mencium pipinya. Lalu melepaskan penyatuannya. Baby sudah terkulai lemas, entah sudah berapa kali Baby merasakan pelepasannya. Matanya sudah terpejam dan meringkuk seperti bayi yang sedang tidur. Lalu pria itu menyelimuti tubuh polos Baby dengan selimut. "Thank you Baby," pria itu berucap sambil mencium pucuk kepala Baby dan mengelus rambut Baby yang lembut dan harum. Pria itu memeluk Baby dari belakang, mengeratkan pelukannya dan menghirup aroma vanilla Baby dalam-dalam. Dia akan mengingat aroma ini. Aroma yang baginya memabukkan. Sungguh, pria itu tidak menyesal akan malam ini. "Ah, besok pagi kita harus berkenalan Babe," ucapnya pada Baby yang sudah terlelap. "Sweet dream babe," ucap pria itu lagi. Sambil mengeratkan pelukannya. ***ALVINO**** Malam ini ia ke Club "Red Wine". Club miliknya. Memantau sekaligus mencari hiburan. Menghilangkan stress akibat pekerjaan yang beberapa bulan ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Ya proyek pembangunan Mall di luar kota. Ada sedikit masalah soal dana proyek. Akhirnya ia bisa pulang juga ke ibukota ini. Menikmati bingar bingar suasana kota sibuk 24 jam. Kota yang tidak pernah tidur. Ia sedang duduk diruang VVIP yang memang khusus diperuntukkan buat dirinya dan para koleganya. Saat ini ia sendiri. Belum ada yang tahu, teman dan keluarganya, belum sempat ia kabari. Tadi ia ditemani asistennya, Adit. Tapi sekarang Adit sudah pulang, ia menyuruhnya untuk istirahat. Ia memandangi kaca didepannya, dari situ ia bisa melihat para manusia yang sedang menikmati malam ini berdansa dengan gilanya. Inilah tampilan dosa nyata dunia. Dunia malam. Penuh dosa. Namun menguntungkan dari segi bisnis. Lalu matanya tertuju ke arah wanita cantik, sexy sedang bergoyang dengan sexy. Wanita itu memakai pakaian serba hitam, dress sexy ditutupi dengan blazer hitam, rambut bergelombang yang tergerai indah, heels silver yang mencolok namun cantik. Wanita itu sedang menari dengan bebasnya bersama seorang pria gagah. Pria tersebut melihat wanita itu dengan intens dan penuh gairah. Lalu tak lama, teman wanita itu menciumnya dengan tiba-tiba. Dan sontak si wanita kaget dan menjauhkan tubuh teman prianya. Tak lama wanita itu menampar wajah si pria dan meninggalkan pria itu dilantai dansa sendirian. Alvino masih mengawasi wanita itu. Lalu ia keluar dari ruangannya. Dan ia melihat wanita itu masuk ke ruang VVIP yang tak jauh dari ruangannya. Alvino masih berdiri di depan pintu ruangannya. Menunggu. Tak lama, wanita itu keluar dengan tas genggam kecilnya. Alvino mengikutinya dari belakang dengan menjaga jarak. Alvino mengira wanita itu akan masuk ke toilet. Lalu dia menunggu dan melihatnya dari jarak jauh saja. Agak lama, si wanita akhirnya keluar juga. Namun alvino melihat si wanita berjalan dengan linglung, dia berpegangan pada dinding saat berjalan. Seperti sempoyongan. Ada apa? Bukankah tadi saat menuju toilet masih sadar dan baik-baik saja? Alvino menghampirinya, takutnya terjadi hal yang tidak baik pada wanita itu. Dan si wanita itu menabrak tubuh alvino hampir terjatuh, alvino memegang kedua bahunya. Wanita itu menatap Alvino. Mata wanita itu mulai b*******h melihat Alvino. "Hey nona, kau kenapa?" Tanya Alvino dengan raut wajah cemas. Si wanita hanya tersenyum menggoda. Dan seketika wanita itu menarik tengkuk Alvino agar menunduk sejajar dengan siwanita dan.....wanita itu mencium bibir Alvino. "Ahh, panas. Tolong aku," ucap si wanita Namun, wanita itu menggesek-gesekkan dadanya ke d**a bidang Alvino. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN