Nyaris Jadi Simpanan Tante-tante

1220 Kata
Hari hari Wahyu selama bekerja di restoran nasi Padang ini semakin menyenangkan. Dia juga telah belajar banyak tentang bagaimana cara untuk menghidangkan makanan dengan piring bertingkat di kedua tangannya. Bahkan, banyak tamu-tamu wanita yang terang-terangan naksir melihat ketampanannya. Dan yang lebih parahnya mereka itu tak hitung umur dari tua dan muda, semuanya menyukai Wahyu bak pangeran tampan yang didamba-dambakan di negeri dongeng. Seperti halnya kini, dia menyajikan hidangan untuk 4 orang ibu-ibu sosialita yang baru saja datang. Mereka memesan satu ruangan penuh area VIP. Beberapa karyawan di sana juga telaten menghidangkan makanan dan melayani tamu tersebut dengan ramah. “Wahyu, nanti setelah makanan ini dihidangkan kamu coba tawarkan best seller di menu kita ya,” tutur Mas Budi. “Baik Mas,” sahutnya. Wahyu pun selesai menghidangkan makanan di meja tersebut. Mereka juga meminta tolong Wahyu untuk memfoto momen mereka sedang makan. “Dek, tolong fotoin kita ya,” ucap salah satu ibu-ibu di sana. “Baik Bu,” jawab Wahyu. “Hei! Jangan panggil ibu dong sayang, panggil kita ini Kakak. Ya ngak say,” tegur seorang wanita di sebelahnya. “Ah... ha ha iya, Kak,” sahut Wahyu ragu-ragu. Alamak! Wanita yang udah keriput kayak nenek-nenek muda ini malah kekeuh minta dipanggil kakak olehnya? Wahyu berusaha menahan tawa gelinya mati-matian lantaran tak kuasa melihat ekpresi genit dari para ibu-ibu ini menggodanya. Memang sih mereka sudah tua, namun gaya mereka sangat mentereng dan cetar membahana seperti wanita 40 tahun. “Saya izin foto ya Kak,” kata Wahyu memposisikan kamera ponsel. “Oke,” sahut mereka. Beberapa jepretan pun diambil dengan sangat baik oleh Wahyu. Dia juga memberikan arahan gaya kepada mereka untuk berganti pose supaya terlihat bagus di kamera. “Wah, ngak nyangka kalau kamu bisa fotoin kita sebagus ini juga, makasih loh ya ganteng,” ucap ibu-ibu itu memuji fotonya. “Iya Bu.. eh kak,” kata Wahyu yang hampir salah-salah panggil lagi. “Btw, malam minggu nanti kamu ada acara ngak Dek?” tanya salah satu ibu-ibu yang terlihat cantik dengan rambut panjang se bahu. “Ngak ada Kak, saya kerja sampai malam,” jawab Wahyu. “Yah… padahal kita mau loh ajakin kamu malam mingguan. Kita senang-senang bareng,” kata ibu itu dengan nada manja. Mendadak jantung Wahyu berdebar karena cemas. Dia merasa tidak nyaman dengan tawaran ibu-ibu ini yang ingin mengajaknya malam mingguan. Belum lagi dia juga berusaha tenang saat salah satu dari mereka memengang tangannya dan mengelus-ngelusnya. “Maaf ya Kak. Saya harus bekerja dulu,” tolak Wahyu untuk pergi. “Tunggu dulu dong Dek Tampan. Kita ini udah sewa tempat semuanya loh, masa kami ditinggal begitu saja sih. Mau dong ditemanin sam kamu,” renggek mereka manja. “Hi hi.. baiklah Kak. Silahkan dimakan dulu,” ujar Wahyu meringis. Mereka pun segera beralih ke piring makanan dan mengisi nasi hingga memilih lauk-lauk yang enak. Memang dasar ibu-ibu, walaupun ditutupi dengan gaya semuda apa pun tetap saja mereka norak dan heboh. lihatlah kini, mereka tak berhenti mengoceh memuji masakan restoran itu yang enak. “Waw, rasanya mantap banget. Ngak sia-sia kita ke sini ya besti,” ucap mereka mengobrol. “Iya, kuah gulai ayamnya enang banget,” “Aku paling suka sama ayam pop sih. Rasanya beda dari restoran lain. eh Yun, lain kali coba dong koki kamu masakin menu seperti ini,” ucap seorang ibu. “Aku itu kalau di rumah paling anti sama makanan bersantan. Nanti bisa-bisa si bapak ngamuk karena menu sehatnya diganti dengan begini,” sahut ibu bernama Yuni. “Tapi, nanti kalian semua harus cari waktu luang untuk makan di sini. Jarang-jarang loh kita bisa makan besar sambil ditemanin mas Tampan seperti dia,” tunjuk Bu Yuni. “Nah itu adalah bonusnya,” sahut yang lain. Wahyu hanya menahab senyuman mendengar ocehan dari ibu-ibu di sana. Dia hanya berdiri sembari menunggu apa pesanan yang kurang untuk dihidangkan. “Dek, kamu mau makab juga yuk. Nanggung loh berdiei doang di sana. Kalau sama kita mah santai aja, yuk makan temanin kakak,” kata Bu Yuni menarik ujung baju Wahyu. “Oh, jangan bu.. eh Kak. Saya sudah makan tadi,” jawab Wahyu terbata-bata. Mampus, kok lidah aku belibet bengini sih, rutuk Wahyu. “Nah, ayoklah. Kalau kamu ngak mau ya sudah,” sahutnya. “Tapi, menu minuman best seller di sini apa saja?” tanya ibu yang satu lagi. “Di sini yang paling laris dan enak ada es kopyor alpukat, es puding, es paya jeruk, es kacang merah kak,” kata Wahyu. “Oke, kamu pesanin semuanya dan bawa ke sini,” sahut bu Yuni. “Baik,” Wahyu pun buru-buru berjalan ke tempat Mas Aryo untuk memberikan pesanan tersebut. Melihat ibu-ibu narsis itu makan dengan lahap, Wahyu menjadi senang karena mereka tidak komplain dengan pelayanannya. Habis ini, siap-siap saja Mbak Alen dan Mas Johan memberinya uang bonus karena telah melayani tamu VIP dengan baik. Bahkan mereka juga memesan minuam best seller di sini. “Wahyu, nanti kamu tawarin juga minuman yang lain ya,” kata Mas Aryo sambil tersenyum. “Sip Mas. He he..” sahut Wahyu. Beberapa waktu kemudian, Wahyu pun selesai melayani para tamu yang makan di ruang VIP tersebut. Dia juga diberi banyak tips oleh ibu-ibu itu. bahkan ada juga dari mereka yang memberikan nomor teleponnya. “Dek, ini sedikit uang tips buat kamu. Dan ini nomor hp saya kalau sewaktu-waktu kamu butuh pekerjaan baru. Kakak mau nampung kamu, loh,” kata mereka merayu Wahyu. “Aduh, ini kebanyakan loh Kak?” ucap Wahyu tak enak hati. “Udah, ngak apa-apa. Itu rejeki buat kamu, simpan aja,” ucap mereka lagi. Wahyu menjadi canggung menerima segepok uang di genggamannya. Dia tidak tahu seberapa banyak uang tersebut, namun jika ditebak itu pasti lebih dari lima juta. “Astaga! Banyak banget. Masak iya aku dapat tips sebanyak ini,” batin Wahyu yang masih ragu-ragu bercampur senang. “Nanti, kapan-kapan kita mampir ke sini lagi ya,” kata ibu yang bernama Yuni. “Baik kak. Ditunggu kedatangannya lagi,” kata Wahyu dengan ramah. Dia pun keluar menemani para tamu sosialita itu sampai ke parkiran. Mereka merasa senang dengan pelayanan restoran ini, termasuk Wahyu yang menjadi bintang utamanya. “Ih,, coba aja aku masih umur 30 tahun, pasti udah aku sikat kamu ke pelaminan,” ucap salah satu ibu itu dengan wajah gemas melihat wajah Wahyu. “Kita bagi rata ya beb,” timpal yang lain. “Benar banget!” sahut Bu Yuni. Mereka pun pergi meninggalkan Wahyu, yang masih setia dengan senyum lebar penuh kehangatan. Uang dalam sakunya terasa menganjal karena gulungannya yang tebal. Dalam hatinya, Wahyu berdoa agar sering-sering mendapat tamu restoran sebaik ibu-ibu tadi. Namun tanpa Wahyu sadari, saat dia hendak berbalik ternyata Celine juga baru turun dari mobilnya. Wahyu tak menyadarinya dan dia terus berjalan masuk hingga suara teriakan Celine membuat langkah Wahyu terhenti, “Hei! Mas norak! Jangan nyelonong masuk aja dong. Nih bantuin parkirin mobil saya,” ucap Celine sembari melempar kunci ke hadapan Wahyu, dan membuat dia gelagapan saat menangkapnya. “Astaga!” ucap Wahyu kaget. Sementara Celine dengan lagak sombong berjalan masuk ke dalam. Hari ini dia mau curhat dengan Alen karena kesal dengan suatu hal. Wahyu hanya meringis melihat kelakuan Celine yang bar-bar. Bahkan dia membandingkan sikap ramah ibu-ibu tadi dengan Celine. Mending ibu-ibu tadi, walau mereka genit, tapi sikap mereka tak menyinggung orang lain, batin Wahyu berkata sedih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN