Nara merasakan kepalanya berdenyut setelah entah berapa banyak minuman beralkohol masuk ke dalam perutnya, tapi rasa pusing yang dia rasakan di kepalanya juga rasa mual yang ia rasakan di perutnya tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa sakit di dalam hatinya.
Setelah menyelesaikan semua urusannya dengan bartender, Nara menuruni kursi yang ia duduki. Langkahnya sempoyongan meninggalkan club malam tempatnya menumpahkan segala rasa sakit dengan berbagai celotehan dan makian yang ia tujukan pada sang mantan kekasih yang saat ini entah berada di mana bersama kekasihnya yang lain.
"Dasar b******k selama ini aku bantuin dia, nggak sedikit juga duit yang aku kasih tanpa pinjaman ke dia ternyata duit itu dia gunain buat ngajak jalan pacarnya yang lain! Dasar b******k!" Maki Nara, pandangannya terasa berkunang-kunang saat menatap tulisan yang ada di depannya wanita itu berdecak, rupanya langkah yang diambil salah bukan tulisan exit yang dia baca tetapi tulisan toilet.
"f**k!"
Gadis cantik itu tidak bisa menahan makiannya ketika ia membalik badan untuk mengambil langkah lain mencari jalan bertuliskan exit tapi dia malah menabrak seseorang.
"Apa?" tanya seorang laki-laki bertubuh tinggi besar yang Nara tabrak, tubuhnya begitu kekar tinggi berdiri dengan tegap seolah terpaku ke bumi hingga laki-laki itu sama sekali tidak terpengaruh oleh tabrakan Nara, justru Nara lah yang sedikit terhuyung.
"Valdo b******k, bisa-bisanya dia selingkuh!" Kata Nara menjawab pertanyaan laki-laki itu, "eh nggak, salah, bisa-bisanya Valdo jadiin aku selingkuhan!"
Gadis cantik itu merasa sedikit tersinggung ketika laki-laki yang diajak bicara tanpa kesadaran penuh malah tertawa mendengar apa yang dia katakan.
"Tukang selingkuh emang b******k! Sama kayak cewek aku," jawab laki-laki itu lalu kini Nara lah yang tertawa mendengar apa yang dia katakan.
Merasa menemukan teman untuk mengadu nasib, keduanya kini malah sama-sama duduk bersandar pada dinding toilet, bersebelahan bagaikan teman lama.
"Aku udah dua tahun jadi pacarnya, tapi aku nggak pernah tau kalau sebelum itu dia udah punya pacar dan si b******k itu macarin kami berdua. Si b******k itu poligami padahal belum nikah? Gimana kalau udah nikah nanti?" racau Nara sambil menatap laki-laki di sebelahnya padahal wajah laki-laki itu pun sama sekali tidak bisa dia kenali dengan baik, pandangannya berkunang-kunang, wajahnya benar-benar samar hanya suara berat laki-laki itu yang bisa dengan jelas Nara dengar walaupun ucapannya juga kadang meracau sama seperti dirinya.
"Aku udah tiga tahun pacaran sama dia dan selama tiga tahun itu dia udah tiga kali ketahuan selingkuh, dan dengan gobloknya aku selalu maafin dia!" Kata laki-laki itu membuat Nara tertawa geli.
"Kamu emang g****k, kayak aku dong aku langsung mutusin dia tadi, tapi rasanya sakit," kata Nara, kini tawa yang tadi terdengar berubah jadi tangisan.
"Kayaknya udah nggak ada lagi orang setia di dunia ini," ucap laki-laki yang duduk di sebelah Nara Sambil tertawa hambar, sama seperti Nara laki-laki itu pun sepertinya mabuk berat hingga ia tidak bisa melihat raut wajah Nara dengan jelas yang bisa laki-laki itu lihat hanya rambut panjang Nara yang tergerai.
Jika bisa dideskripsikan laki-laki itu saat ini melihat Nara seperti melihat sosok kuntilanak di film-film apalagi dari tadi Nara sibuk menertawakan dirinya.
"Ada yang setia di dunia ini, aku, tapi aku disia-siain!" Kata Nara menjawab ucapan laki-laki itu.
"Aku juga," timpal laki-laki itu, keduanya lalu sama-sama tertawa hambar hingga tiba-tiba ....
"Hoek ...."
Bagaikan sebuah air terjun Nara mengeluarkan semua isi perutnya yang sedari tadi membuatnya kelimpungan.
"Sial!"
Memang sial karena muntahan Nara tepat mengenai bagian depan tubuh laki-laki yang duduk di sebelahnya bahkan karena mereka duduk, cairan itu pun mengenai celananya bahkan pakaian Nara sendiri.
"Sorry," kata Nara lirih sebelum Gadis itu ambruk ke dalam pelukan sang lelaki yang saat ini sedang mengumpat kesal.
Akhirnya walaupun sedikit sempoyongan laki-laki itu membopong tubuh mungil Nara dengan tubuh kekarnya, sadar tidak mungkin bisa mengemudi dan tidak tahu harus mengantarkan Gadis itu ke mana akhirnya sang laki-laki memutuskan untuk membuka kamar yang ada di bagian atas klub malam itu.
Tanpa sedikit pun sadar untuk berhati-hati laki-laki itu menghempaskan begitu saja tubuh Nara di atas ranjang, selain karena dirinya juga mabuk berat laki-laki itu merasa tubuh Nara semakin lama semakin berat karena Gadis itu semakin pasrah dalam ketidaksadarannya.
"b******k!" gerutu laki-laki itu sambil melucuti pakaiannya sendiri yang basah oleh muntahan Nara, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya tapi tetap saja itu tidak bisa menghilangkan rasa pengarnya.
Setelah keluar dari kamar mandi laki-laki itu masih melihat Nara di posisinya, dan hanya dengan mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya dia menghempaskan diri di samping tubuh Nara tapi dia sadar jika pakaian Nara juga basah, maka niat baiknya muncul dan dia membuka pakaian Nara dengan kedua tangannya.
Nara benar-benar tidak sadar Walaupun dia tetap bergumam tapi ternyata dia tidak bisa menguasai dirinya hingga membiarkan seluruh pakaiannya dilucuti oleh laki-laki asing itu, awalnya niat laki-laki itu baik hanya ingin membantu Nara lepas dari pakaiannya yang penuh dengan muntahan tapi melihat kemolekan tubuh gadis itu tentu saja sebagai laki-laki normal dia tergoda.
Laki-laki itu mengenakan handuk yang semula melilit bagian bawah tubuhnya untuk membersihkan tubuh Nara, dan sentuhan lembut itu semakin membangkitkan sesuatu yang tidak seharus.
Nara benar-benar tidak bisa menguasai dirinya, dia tidak sadar dengan apa yang terjadi walaupun sesekali dia menyadari dia terhanyut dalam sebuah keindahan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya Gadis itu pun tidak kuasa menolak saat merasakan tubuh kekar laki-laki itu mengungkungnya membawanya semakin mendalam dalam sebuah keindahan.
Mungkin sudah menjadi sebuah kebiasaan kamar itu menjadi saksi sebuah penyatuan raga dalam sebuah hasrat membara dan malam ini kamar itu kembali menjadi saksi penyatuan raga dari anak manusia yang tidak mengenal satu sama lain hingga keduanya terlelap setelah selesai menuntaskan hasrat yang muncul begitu saja.
***
Rasanya begitu berat bagi Nara untuk membuka kelopak matanya apalagi ditambah tubuh yang terasa remuk redam juga kepala yang terasa begitu berdenyut, tubuhnya terasa lemas bahkan tidak kuasa untuk bangkit dari rebahannya Nara membuka mata dan melihat sebuah lukisan terpasang di dinding.
"Aku di mana?" Gumam Nara saat menyadari dirinya berada di sebuah ruangan saat ini hingga walaupun kepalanya terasa berat Nara berusaha bangkit dan dia menyadari dirinya berbaring tertelungkup di atas sebuah ranjang, bantal empuk berwarna putih menyangga kepalanya yang terasa berat.
Nara menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan dia sama sekali tidak sadar bagaimana dirinya bisa berada di tempat itu tapi kepalanya benar-benar sedang tidak bisa diajak untuk berpikir saat ini.
Jika di hari biasa saja Nara malas untuk bangun pagi apalagi ketika dia merasa begitu pengar seperti saat ini, Gadis itu masih berada di posisi yang sama tertelungkup di atas ranjang sambil memeluk bantal yang menjadi sandaran kepalanya ia merasakan selimut menutupi tubuhnya hingga tidak begitu merasakan dingin dari pendingin udara tapi seketika perasaannya menjadi tidak enak saat dia melihat pakaian yang semalam ia keenakan berserakan di lantai.
Kedua mata gadis cantik itu membola ketika ia juga melihat pakaian dalamnya berada di atas lantai hingga tiba-tiba saja tubuhnya seakan mendapat kekuatan ekstra, Nara langsung bangkit dari rebahannya dan duduk di tepi ranjang, jantung Gadis itu seakan hampir meledak saat menyadari dirinya sama sekali tidak berpakaian saat ini dan yang lebih membuatnya kebingungan adalah rasa tidak nyaman di bagian tersensitif tubuhnya.
"Apa yang terjadi semalam? Kayaknya aku ngobrol sama patung, terus aku muntahin patungitu tapi emang beneran dia patung? Kayaknya aku terlalu halu, masa patung itu bisa nyahutin apa yang aku omongin! Tapi sekarang? Semalam kan Risa pergi ninggalin aku, apa iya dia balik lagi buat bawa aku ke kamar ini terus ngapain aku ditelanjangin apa baju aku kena muntah?" Gumam Nara, kepalanya semakin terasa berdenyut karena pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di otaknya saat ini.
Nara mendelik kaget jantungnya terasa semakin berdegup kencang ketika ia merasakan pergerakan di atas ranjang yang ia duduki.
"Aku nggak sendirian di sini? Terus kenapa mimiuw aku sakit? Aku beneran dibungkus semalam?" Gumam Nara, lalu perlahan Gadis itu menoleh ke atas ranjang.
"Aaakkkhhh!" Nara langsung menutup bibirnya dengan kedua tangan saat melihat seorang laki-laki juga tidur tertelungkup tanpa pakaian, hanya ujung selimut saja yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Ini beneran? Aku beneran dibungkus, sama dia? Dia siapa?" Ucap Nara di dalam hatinya dengan tangan yang masih membungkam bibirnya sendiri dan kedua mata yang melotot menatap tubuh kekar laki-laki itu, Nara hanya bisa melihat punggung tegapnya saja dan kulitnya yang putih bersih tanpa bisa melihat wajahnya yang terbenam di atas bantal.
"Gawat, aku harus cepetan pergi dari sini. Jangan sampai dia tau muka aku atau tahu identitas aku!" Pikir Nara, Gadis itu lalu beringsut turun Dari ranjang yang ia duduki tidak ingin laki-laki yang tampak masih terlelap dalam tidurnya itu bangun.
"Oh my Godz kenapa rasanya gini!" Nara berjalan sambil merasakan rasa benar-benar tidak nyaman di bagian tersensitif tubuhnya yang baru pertama kali mendapat sentuhan laki-laki dan sialnya yang melakukan itu adalah seseorang yang sama sekali tidak dikenal bahkan Nara sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam.
"Ih ..."
Nara mengernyit geli ketika mengambil pakaiannya dan menyadari pakaian itu terkena muntahan semalam tapi dia tidak punya pilihan lain selain mengenakan pakaian itu, maka Nara harus menahan rasa jijiknya dan mengenakan kembali pakaiannya sambil awas menatap laki-laki yang masih terlelap di atas ranjang takut tiba-tiba dia terbangun.
Setelah sedikit merapikan rambutnya Nara bersiap keluar dari kamar tapi rasa penasaran membuat Nara mendekati laki-laki itu dan berusaha menatap wajahnya tapi Nara tidak bisa, yang terlihat olehnya hanya sebuah tato yang tergambar di bahu belakang laki-laki itu.
"Ini beneran hari tersial buat aku!"