Tak lama setelah berbincang dengan wanita bernama Sulistiyani, emak pun tak sadarkan diri. Begitu cerita dari sang perawat siang tadi. Aku hanya bisa mendengar cerita sakitnya emak dari orang lain. Yang mana seharusnya aku yang ada di sampingnya. Apa yang sudah kulakukan selama ini? Aku meninggalkannya saat ia benar-benar membutuhkan aku. Kini aku hanya bisa menggenggam tangannya yang memucat di saat tubuhnya telah tak bernyawa. Di dalam mobil jenazah, aku tak ingin melepaskan tangan emak. Sampai pada kampung halaman emak tempat aku dirawat dan dibesarkan. Keranda untuk mengangkat jenazah emak telah menyambut kami. Tempat pemandian jenazah telah didirikan di samping rumah gubuk kami. Ya Allah, apa aku sanggup melalui ini? “Jang! Ieuh, gera sholat heula, Jang! Tos keun engke ie ku emak