2 : Pernikahan Bisnis

1662 Kata
Kabur, itulah yang langsung Lita lakukan setelah dua wanita yang baru saja meninggalkan area rias dan telah mengubahnya menjadi sangat memukau tak ubahnya seorang Ratu dari keraton besar di tanah Jawa, pergi. Demi mempermudah langkahnya yang menjadi terbatas karena kain jarit selaku bawahan dari kebaya pengantin warna putih yang menyempurnakan penampilannya, Lita sengaja menarik tinggi kain jaritnya hingga di atas lutut. Mengendap, dan terus menyelinap, ia jalani. Suasana di lantai atas selaku lantai keberadaan kamarnya masih agak sepi, tetapi Lita langsung menurunkan kain jaritnya karena ternyata di lantai bawah yang menjadi tujuannya sudah sangat ramai. Sebentar lagi ijab kabul pernikahan Lita memang digelar. Rumah keluarga Lita sudah dipenuhi bunga segar selaku dekorasi untuk acara sakral tersebut. Saking banyaknya bunga, aroma rumah Lita menjadi sangat segar mengalahkan suasana taman rumah di luar sana. Bahkan, aroma parfum mahal dari setiap tamu juga sampai tersamarkan. Tampak keluarga besar yang mulai berdatangan. Semuanya tersenyum cerah dengan nuansa merah yang melekat pada mereka. Para wanita memakai kebaya merah, sementara para laki-laki memakai kemeja warna merah dan dibalut dengan jas hitam. Tidak ada yang tidak bahagia, di lantai bawah sana, semuanya tampak bahagia di tengah obrolan renyah yang sering menghasilkan tawa. Hanya saja, kenyataan tersebut tidak sejalan dengan yang Lita rasakan. Iya, di balik kebahagiaan semuanya, hati Lita justru menangis. Berulang kali benda tajam tak kasat mata seolah sibuk mengiris di sana. Semua itu terjadi karena Lita tidak pernah mengharapkan pernikahan yang beberapa saat lagi akan digelar, terjadi. Pernikahan bisnis, itulah yang akan terjadi jika Lita tidak melarikan diri. Lita sungguh tak menyangka dirinya akan mengalaminya. Tak ada kekurangan dana apalagi kebangkrutan yang menimpanya sekeluarga, tetapi demi masa depan lebih baik, orang tua Lita menerima pinangan dari keluarga kaya raya. Dikata mereka, calon suami Lita merupakan pria gagah yang sudah mapan sekalipun usianya masih muda. Masalahnya, memang benar-benar ada, pria gagah, mapan, dari keluarga kaya raya, yang juga masih muda dan mau dijodohkan padahal dia memiliki segalanya? Lita tidak percaya hal semacam itu ada dalam kehidupan nyata. Baginya, hal semacam itu hanya ada dalam n****+ yang sengaja diadakan demi hiburan semata. Karena kalaupun memang ada, kemungkinan terbesar pasti pemuda itu memiliki KELAINAN! Di mana-mana dan masuk logika, pria mapan dan mau dijodohkan pasti usianya sudah tua, entah perjaka atau malah sudah duda. Sebab faktor usia yang tua ini juga, si pria menyerah dan terpaksa menerima perjodohan, yang Lita yakini begitu. Masalahnya, Lita takut dirinya justru terjebak hubungan dengan kakek-kakek yang hobi jajan daun muda atau malah sengaja mengoleksi istri. Iya jika nasib Lita sebagus Dara yang hidup bahagia setelah dinikahi om Fean sekalipun usia keduanya terpaut ibarat anak dan ayah. Jika yang ada malah pria itu sering berulah? Lita terlalu takut, dirinya yang bar-bar dan benci penindasan malah nekat melakukan pembalasan semacam KDRT atau malah pembunuhan berencana. Bisa mendekam di penjara untuk selama-lamanya, dan tentu saja hidup Lita hanya akan sia-sia. Bersikap setenang mungkin dan membalas setiap sapaan yang dipenuhi pujian dengan senyum bahagia, itulah yang Lita lakukan sekarang. Gadis itu melangkah ayu melewati setiap tamu undangan dan kini baru saja keluar dari rumahnya yang megah. “Mau ke depan dulu, Tan, sebentar. Ini temanku sepertinya nyasar,” ucap Lita benar-benar santun. Kedua tangannya dan salah satunya menenteng dompet, bertumpu di atas lutut guna sedikit menarik bagian di sana. Ia baru saja menjawab sapaan salah satu wanita cantik yang menyanggul modern kepalanya. Selanjutnya tanpa membuat pemandangan mencolok, ia melanjutkan langkahnya dengan agak buru-buru. Kini, kedua tangannya kembali bekerja sama menarik bagian sisi jaritnya hingga lutut. Makin lama langkah Lita makin cepat, membuatnya melewati setiap papan ucapan bunga untuk pernikahannya yang sampai memenuhi hingga keluar dari area rumah karena semua itu juga sampai menyita sebagian jalan di depan rumah tetangganya. Sederet mobil mewah juga terparkir di sepanjang sana dan diamankan oleh beberapa polisi yang disewa secara khusus oleh orang tua Lita. Mah, Pah, maaf. Aku enggak bisa jalani semua ini. Lebih baik aku pergi daripada aku menyesal seumur hidup bersama kalian dan juga anak-anakku kelak. Terlebih sampai detik ini, bahkan meski ijab kabul nyaris digelar, aku masih belum tahu seperti apa wujud suamiku termasuk itu dari sekadar foto. Apakah ketampanannya sampai mengalahkan Kera Tupai? Atau malah dia merupakan reinkarnasi dari paman Cu Pat Kai seperti yang kalian bangga-banggakan! Batin Lita. Kini ia menuruni jalanan aspal yang menurun meninggalkan jalan sekitar rumahnya, ia sampai berlari saking tak sabarnya menjemput kebebasan. Lita terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang. Tak ada tanda-tanda ada yang mengejar, tetapi Lita tetap waspada. Terlebih, setiap mata yang melihatnya sudah langsung memperhatikannya dan mungkin karena penampilannya yang harusnya duduk ayu di pelaminan. Akan tetapi, kenyataan rumah Lita yang ada di kawasan elite dan jauh dari jalan raya juga menjadi masalah tersendiri. Tak ada transportasi yang bisa Lita naiki. Namun Lita tak menyerah. Lita membawa dompet yang di dalamnya sudah Lita isi dengan ponsel, buku tabungan, dan juga modal penunjang kehidupannya nanti. Sadar heels yang dipakai bisa membuatnya jatuh, Lita segera melepasnya kemudian menentengnya di tengah kesibukannya dalam berlari. Lita baru saja membuka aplikasi taksi online, tetapi pandangannya tak sengaja mendapati mobil sport besar warna hitam dan ia kenali milik Arkana. “Serius, itu mobil Arkana!” Buru-buru Lita lari ke tengah jalan selaku tujuan mobil sport hitam yang dimaksud dan memang mengarah ke arah jalan yang baru saja ia tinggalkan. Ia melakukannya sambil kembali menyimpan ponselnya di dompet selempang. “Kana, berhenti!” seru Lita yang berdiri di tengah jalan sambil menggerak-gerangan kedua tangannya dan masih dalam keadaan terlentang. Arkana merupakan adik Dara, sahabat baik Lita. Kendati demikian, hubungan Lita dan Arkana jauh dari kata baik karena mereka justru tidak pernah akur. Sementara sejauh ini, sekalipun Arkana berasal dari keluarga kaya raya, tuan muda yang memiliki ketampanan paripurna itu selalu menyetir sendiri dan memang paling anti dilayani. Kalaupun sampai disertai pengawalan karena untuk semacam keamanan khusus sudah menjadi hal biasa dalam keluarga Arkana, pengawal Arkana pasti ada tak jauh dari Arkana. Entah itu memakai motor maupun mobil. Benar, semua dugaan Lita benar. Mobil yang ia hadang baru saja berhenti, sementara kini, Arkana berangsur melongok dari jendela kaca pintu sebelah kemudi. Pemuda berusia dua puluh tiga tahun dan memang hanya dua tahun lebih muda dari Lita itu baru saja menurunkan kacamata hitam tebalnya hanya untuk menatap Lita dengan lebih saksama. Arkana mengawasi penampilan Lita dari ujung kepala hingga ujung kaki, tetapi Lita tidak peduli. “Aku pikir ondel-ondel, atau malah reog yang mau pentas?” ucap Arkana yang sama sekali tidak memuji penampilan Lita. Memang sudah seperti itu dan Lita pun tidak peduli. Justru, Lita akan langsung takut jika pemuda menyebalkan itu sampai memujinya. “Eh, mau ngapain?” tanya Arkana panik dan masih bertahan melongok dari jendela pintunya. “Tolong bawa aku pergi dari sini.” Lita memaksa dan masih buru-buru. Ia mencoba membuka pintu bagian penumpang persis di belakang Arkana, tetapi pemuda itu melarangnya. “Di depan. Kamu pikir, aku sopir kamu!” omel Arkana. Jengkel, Lita nekat mencubit gemas bibir berisi milik Arkana. “Aku yakin kamu tahu kenapa aku sampai melakukan ini dan nekat meminta bantuan kamu, tapi begini tanggapan kamu!” “Ya ampun!” protes Arkana kesal kemudian mengomel, “Lakukan itu dengan bibirmu! Jangan pernah menyentuh bibirku, kecuali kamu melakukannya dengan bibirmu juga!” Lita yang nyaris berlalu memutari mobil bagian depan Arkana, langsung mengepal kencang saking kesalnya. Ia nyaris mencekik Arkana andai ia tidak ingat, kini dirinya tengah mencoba melarikan diri dari pernikahan bisnis keluarganya, dan Arkana tengah mendadak menjelma menjadi dewa penolong untuknya. “Kamu mau aku antar ke mana?” tanya Arkana setelah akhirnya Lita duduk di sebelahnya. Matanya masih kerap mengawasi penampilan Lita khususnya wajah dan kaki gadis itu. Wajah Lita terlihat memendam kesedihan mendalam meski gadis itu sibuk berusaha tegar. Sedangkan kedua kaki Lita, telapak kakinya tak hanya kotor, tetapi sampai dihiasi sedikit darah dan sepertinya memang karena ada yang terluka di sana. Arkana yakin, itu terjadi karena Lita lari tanpa alas kaki dalam waktu terbilang lama. Lita tak langsung menjawab, wajahnya yang kali ini terlihat sangat cantik dan memang sampai membuat Arkana pangling, menunduk lesu seiring ia yang mendengkus pasrah. “Tolong, bawa aku pergi sejauh mungkin,” ucapnya lemah sekaligus pasrah. “Bukankah kamu akan menikah?” balas Arkana yang mulai menyalakan mesin mobilnya. “Jangan bahas itu. Aku yakin kamu tahu bahkan sekarang kamu akan menertawakan aku,” balas Lita tak bersemangat. “Kamu bilang begitu, seolah-olah kamu memang tahu banget tentang aku. Kenapa kita enggak nikah saja?” ucap Arkana yang tersenyum cerah dan sampai melepas kacamata hitamnya. Lita menatap sebal Arkana. “Ini yang ke dua belas kalinya kamu mengajakku menikah!” “Satu lusin? Aku sudah mengajakmu menikah sebanyak satu lusin? Mirip kesebelasan.” Arkana menahan tawanya. Ia mulai mengemudi tapi sengaja putar balik. “Baiklah, aku akan membawamu ke hotel milik orang tuaku dulu karena aku ada urusan penting di sana. He, heh, jangan dilepas sekarang. Lepas saja setelah nanti sampai di hotel karena aku enggak mau orang yang bersamaku berpenampilan aneh!” Lita yang nyaris melepas cunduk di sanggulnya menjadi urung. Ia menatap Arkana yang tiba-tiba saja membuatnya ragu. Terpikir olehnya, apakah meminta bantuan Arkana merupakan keputusan tepat? Bagaimana jika gara-gara Arkana, ia justru harus menjalani pernikahan bisnis dari orang tuanya dengan laki-laki yang sampai detik ini masih menjadi tanda tanya untuknya? “Kana, andai kamu gagal membawaku pergi dan sampai bikin aku harus menjalani pernikahan bisnis dari orang tuaku, mati kamu!” ucap Lita dan memang sengaja mengancam agar Arkana bisa jauh lebih tanggung jawab kepadanya.yang sedang melarikan diri. “Aku yang akan menikahi kamu! Percayalah!” tegas Arkana sambil terus mengemudi. “Dasar, bocah edan!” cibir Lita makin kesal. Tak seperti sebelumnya, kali ini Arkana tak membalas. Pemuda itu kembali memakai kacamata hitam tebalnya demi menghalau sinar matahari pagi menuju siang yang memang sangat silau. Menikah dengan Kana? Bisa jadi setiap saat akan kami lewati dengan banyak tragedi. Dari tragedi perabotan, bahkan rumah terbang! batin Lita yang diam-diam memikirkan ajakan pernikahan dari Arkana dan memang sudah pemuda itu lakukan sebanyak dua belas kali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN