Aku menawarkan kemudahan hidup dan dia menolaknya! Luar biasa! Bisakah aku bertepuk tangan sekencang-kencangnya? Ah, sepertinya aku lupa baru saja ditolak, ya? Aku, Hagia Putra Dewangga hanya bisa bertepuk sebelah tangan. Pathetic. Well, well, well, adegan yang kujalani ini merupakan lelucon garing di hari menjelang sore. Okay, aku harus menerima kenyataan pahit ini. Tapi jangan kira aku akan mundur dan menyerah, ya? Tidak akan pernah terjadi. Never say never. "Izinkan aku mengantarmu pulang," ucapku terburu-buru. Secepat kilat kusambar ponsel dan kunci mobil. Puding s**u dalam gelas masih sangat banyak, aku masih ingin menikmatinya. Ah, persètan! "Tidak perlu," jawab Sophia tak kalah cepat. Gesit juga perempuan satu ini. Usahanya untuk menghindariku patut kuacungi jempol. Tapi aku mem